Nonton Wayang Orang Ngesti Pandowo

by Rivai Hidayat
wayang orang ngesti pandowo

Dalam pertunjukan Wayang Orang Ngesti Pandowo malam ini, penonton berkali-kali dibuat tertawa terbahak-bahak ketika Gareng melempar canda kepada Bagong. Bagong hanya terlihat pasrah karena menjadi bahan komedi dari Gareng. Sementara itu, Semar dan Petruk menjadi pengumpan yang baik untuk komedi Gareng. Penampilan para pemeran Punakawan itu berhasil menghibur penonton yang memenuhi Gedung Ki Narto Sabdo malam ini.

Di pertunjukan kali ini, Bagong lebih sering terlihat duduk di kursi lipat yang sengaja dibawa ke atas panggung. Sementara itu, Semar, Gareng, Petruk tetap berdiri. Bagong ikut berdiri ketika para Punakawan menyanyikan beberapa lagu. Ikut bernyanyi untuk menghibur para penonton. Menurut informasi dari Pak Agus, “Pemeran Bagong memang sedang sakit sehingga beliau tidak kuat kalau disuruh berdiri lama.”

Selanjutnya Bagong tidak ikut tampil di beberapa adegan Punakawan selanjutnya. Sepertinya memilih untuk beristirahat di belakang panggung. Dalam pentas tadi beberapa kali Bagong batuk-batuk. Bahkan sesekali minum air putih di tengah-tengah pertunjukan. Meskipun penampilannya Bagong hanya sebentar, penampilannya sangat layak diapresiasi. Beberapa kali penonton memberikan tepuk tangan kepada Bagong, dan Punakawan lainnya.

Petruk, Bagong, Gareng, dan Semar

Sayangnya, ini merupakan pertunjukan terakhir atau last dance dari Pak Totok Pamungkas–pemeran Bagong. Selang beberapa hari kemudian beliau dikabarkan meninggal dunia di rumah sakit. Para seniman Ngesti Pandowo sangat bersedih dan merasa kehilangan atas meninggalnya tokoh wayang orang Kota Semarang ini. Sugeng tindak, Pak Totok. Selamat melanjutkan perjalanan dan pertunjukan ke Yang Maha Kuasa.
Baca Juga: Istirahat Siang di Desa Sepakung

Malam itu aku sedang menonton pertunjukan Wayang Orang Ngesti Pandowo di Gedung Ki Narto Sabdo yang ada di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang. Malam ini sedang ada perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-87 Wayang Orang Ngesti Pandowo. Acara pertunjukan dimulai pada pukul 19.00 dibuka dengan beberapa lagu yang dibawa oleh pemain karawitan. Kemudian dilanjutkan dengan Tari Gambyong dan Tari Pesisir oleh dua kelompok penari perempuan.

Waktu sudah menunjukkan pukul 20.10 dan belum ada tanda-tanda pertunjukan wayang orang akan dimulai. Suara alunan musik gamelan terdengar hening. Sepertinya para pengrawit tidak tahu mesti memainkan lagu apa lagi karena semua lagu yang disiapkan telah dimainkan. Sekitar 15 menit kemudian pejabat kota beserta rombongan mulai memasuki lokasi. Duduk di barisan depan bersama dewan pengurus dan pembina Ngesti Pandowo. Suara alunan musik gamelan mulai menggema di ruang pertunjukan.

Tari Gambyong

Pertunjukan wayang orang dimulai dengan seluruh pemeran berjalan dari tribun penonton menuju panggung dengan memegang lilin yang sedang menyala. Nyala api pada lilin ini adalah bentuk harapan dan semangat para pemain Wayang Orang Ngesti Pandowo. Prosesi ini diikuti oleh seluruh pengisi acara. Mulai dari anak-anak, remaja, pemuda, hingga orang tua yang lebih berpengalaman dalam pertunjukan wayang orang. Ini adalah sebagai simbol sebuah regenerasi yang ada di Ngesti Pandowo.

Dewan pengurus dan pembina memberikan sambutan dalam acara tersebut. Kemudian dilanjutkan pejabat kota dengan memberikan penghargaan kepada kelompok Wayang Orang Ngesti Pandowo. Setelah acara sambutan selesai, tak berselang lama pejabat kota dan rombongannya pergi meninggalkan gedung pertunjukan.
Baca Juga: Tiba-Tiba ke Kota Solo

wayang orang ngesti pandowo
Foto bersama sebelum pertunjukan

Menurut informasi, pejabat tersebut akan menghadiri acara di tempat lain. Pada awalnya aku mengira pejabat dan rombongannya bakal nonton pertunjukan wayang orang bareng warga lainnya. “Aah, sudah datang terlambat, tapi malah pulang lebih dulu. Seolah-olah tidak merasa bersalah atas keterlambatannya yang berdampak pada molornya acara”, gumamku dalam hati.

Wayang Orang Ngesti Pandowo didirikan oleh Sastro Sabdo pada 1 Juli 1937 di Madiun, Jawa Timur. Menurut info, pendirian Ngesti Pandowo bertujuan untuk membangkitkan kembali kehidupan wayang orang panggung, melestarikan wayang orang yang mulai dilupakan masyarakat, menanamkan rasa cinta kepada kesenian tradisi, dan memberikan hiburan kepada masyarakat. Pada awal berdiri Ngesti Pandowo sering melakukan pertunjukan secara berkeliling di berbagai tempat di Jawa Timur.

wayang orang ngesti pandowo
Pandawa Lima beserta keluarga Kerajaan Amarta

Pada tahun 1954, Wayang Orang Ngesti Pandowo berpindah tempat ke Kota Semarang. Saat itu, Ngesti Pandowo dipimpin oleh Sastro Sabdo dan Narto Sabdo. Puncak pertunjukan wayang orang terjadi pada tahun 1960-1970. Beberapa kali Ngesti Pandowo berpindah gedung pertunjukan hingga akhirnya menetap di komplek Taman Budaya Raden Saleh. Kemudian nama Ki Narto Sabdo diabadikan pada gedung pertunjukan.

Pada akhir tahun lalu, pemerintah kota telah selesai membangun gedung pertunjukan baru yang lebih besar dan megah. Gedung ini dibangun di dekat gedung yang lama. Kedua gedung ini diberi nama yang sama, Gedung Ki Narto Sabdo. Pada akhir bulan ini, Gedung Ki Narto Sabdo lama akan direnovasi tanpa mengubah bentuk gedung.

Pembangunan gedung baru adalah bentuk dukungan Pemkot Semarang untuk melestarikan kesenian Wayang Orang Ngesti Pandowo. Harapannya dengan adanya gedung baru pertunjukan wayang orang semakin menarik minat warga, khususnya generasi muda. Pada akhir pertunjukan wayang orang selalu eksis, menjadi tontonan dan hiburan warga bagi warga Kota Semarang.  Sesuai dengan tagline Ngesti Pandowo, Kami Masih Ada.
Baca Juga: Tiba-Tiba ke Kalikesek

Pertunjukan malam ini mengangkat lakon Kalimasada. Ceritanya tentang sebuah pusaka yang dimiliki Prabu Puntadewa yang hilang dicuri. Dalam pertunjukan itu juga tampil para Pandawa Lima (Puntadewa, Werkudara, Arjuna, Nakula, Sadewa), Bisma, Rama, Gatotkaca, Punakawan, Kurawa, Sengkuni, dan pemeran pendukung lainnya. Pusaka Kalimasada berhasil diambil oleh Gareng dan kemudian dikembalikan lagi kepada Prabu Puntadewa.

Salah satu adegan perkelahian yang ditampilkan

Aku sangat menikmati pertunjukan wayang orang malam itu. Sangat menghibur dan memberi kesan tersendiri padaku hingga aku menyadari bahwa seorang seniman wayang orang itu memiliki banyak skil. Seperti skil pertunjukan panggung, berakting, menyanyi, menari, koreografi, dan beberapa diantaranya bisa bermain alat musik.

Beberapa seniman memiliki keahlian merias wajah sesuai dengan karakter yang dimainkan. Ternyata tidak hanya itu, seorang seniman wayang orang juga bisa berkomedi untuk mengundang tawa penonton. Ada adegan perkelahian yang membuatku kagum, yaitu ketika ada seorang pemeran seolah-olah terlempar ke atas ketika adegan perkelahian. Aku yakin adegan tersebut diperhitungkan dan dilatih dengan baik. Semua penonton tepuk tangan dengan atraksi tersebut.

Tidak terasa waktu telah menunjukkan pukul 00.20. Pertunjukan Wayang Orang Ngesti Pandowo dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-87 telah berakhir. Seandainya saja pejabat kota tersebut tidak telat, pasti acara bisa selesai tepat waktu. Tanpa mengalami keterlambatan. Kelompok Wayang Orang Ngesti Pandowo rutin melakukan pentas setiap Sabtu malam di Gedung Ki Narto Sabdo, Taman Budaya Raden Saleh (TBRS). Kalau sedang tidak ada acara, tidak ada salahnya untuk nonton wayang orang lagi.

Cerita dari Semarang
Wayang Orang Ngesti Pandowo
13 Juli 2023

You may also like

18 comments

ainun July 22, 2024 - 9:42 pm

aku udah lama buanget ga pernah nonton langsung pertunjunkan wayang, apalagi wayang orang, kayaknya aku nemuin pertunjukkan wayang orang kalau lagi traveling ke daerah jawa tengah sana.
Sebagai orang jawa, seneng kalau bisa menikmati pertunjukan kayak gini langsung
dan turut berduka cita juga buat Pak Totok

Reply
Rivai Hidayat July 23, 2024 - 10:58 am

di jawa tengah masih banyak kelompok wayang orang. Yang terkenal wayang orang sriwedari, solo dan ngesti pandowo dari semarang. Kalau di jawa timur mungkin lebih populer ludruk.
Kayaknya mbak ainun bisa sesekali coba untuk nonton wayang orang.

Reply
Heni July 23, 2024 - 6:10 am

Tokoh empat punakawan ini dulu sering aku lihat di sebuah acara di TVRI, biasanya ada acara yang menampilkan wayang orang dari empat punakawan ini, walau saya enggak terlalu paham ceritanya karena di tuturkan dalam bahasa Jawa,namun tokoh” yg di gambarkan dalam wayang orang ini menampilkan watak manusia dengan berbagai ciri khas masing”…semoga almarhum pak Totok tenang di sana.

Reply
Rivai Hidayat July 23, 2024 - 10:57 am

Punakawan ini sudah jadi ikon dalam wayang orang di indonesia. Memang lebih seru dibawakan dalam bahasa jawa, tapi beberapa kelompok wayang orang ada yang menggunakan bahasa indonesia agar semua penonton paham dengan ceritanya. Cerita wayang biasanya memang membawa nasihat-nasihat untuk disampaikan kepada penonton.

Reply
ainun August 9, 2024 - 10:03 pm

nahhh ludruk, iya aku inget mas Vay, zaman aku SD dulu, aku ga asing sama ludruk ini, dulu nontonnya di TVRI kalau ga salah hahaha.
Kayaknya di kotaku dulu juga pernah ada pertunjukkan ludruk, tapi ga sering sering juga. Yang paling sering cuman wayang kulit

Reply
Rivai Hidayat August 12, 2024 - 12:30 pm

Wayang kulit juga menarik bagi mereka yang suka nonton. Dulu pernah nonton wayang kulit, tapi durasi dipercepat. Tidak semalam suntuk.

Reply
Nasirullah Sitam July 23, 2024 - 6:59 am

aku baru ngeh ada taman budaya di Semarang,
kayaknya jarang ban get orang mengulas tempat ini.
Seru banget bisa ikut tertawa mengikuti alur ceritanya.

Reply
Rivai Hidayat July 23, 2024 - 10:54 am

Dulu sepi mas, sekarang sedang proses untuk diangkat kembali kesenian wayang orang di semarang

Reply
Nasirullah Sitam August 5, 2024 - 9:34 am

Semoga prosesnya berjalan dengan baik, karena ini bisa jadi opsi untuk pementasan dan lainnya. Sehingga dapat menarik perhatian banyak orang

Reply
Rivai Hidayat August 8, 2024 - 7:26 am

Harapannya seperti itu mas sitam. Wayang orang jadi tontonan semua kalangan masyarakat

Reply
fanny_dcatqueen July 24, 2024 - 11:50 am

Aku belum pernah malah nonton wayang orang begini. Palingan nonton Petruk, Bagong dkk pas zaman kecil ada di TVRI acaranya .

Kalo yg nonton live belum. Dulu pernah diajak mama mertua nonton acara begini mas, tp aku ragu2 ikut Krn yakin bahasanya dibawakan dlm BHS Jawa kan. Sementara aku ga paham. Suami waktu itu nolak juga, Krn walopun dia bisa BHS Jawa, tp kayaknya Krn ga mau bikin aku ngerasa bosan di dlm Krn ga paham tadi. Padahal aku ada rasa pengen tahu juga, Krn terkadang pertunjukan begini , bisa dipahami juga dr adegannya walo ga paham percakapan.

Nyesel sih ga maksa suami utk DTG waktu itu.

Pak totok nya malah sudah meninggal yaa . Semoga sudah pengganti juga saat ini. Sayang kalo kebudayaan seperti ini hilang.

Reply
Rivai Hidayat July 26, 2024 - 10:41 am

Wayang orang yang terkenal itu antara lain wayang orang sriwedari dari solo, ngesti pandowo dari semarang, dan wayang orang bharata dari jakarta.
Kalau yang belum bisa bahasa jawa mungkin bakal sedikit kesulitan, tapi tetap bisa mengikuti dengan melihat adegan-adegan yang ditampilkan. Semoga mbak fanny bisa nonton wayang orang secara langsung

Berharapnya juga begitu, semoga bisa terus beregenerasi dan tetap diminati oleh anak muda.

Reply
fanny_dcatqueen July 24, 2024 - 11:50 am

Aku belum pernah malah nonton wayang orang begini. Palingan nonton Petruk, Bagong dkk pas zaman kecil ada di TVRI acaranya .

Kalo yg nonton live belum. Dulu pernah diajak mama mertua nonton acara begini mas, tp aku ragu2 ikut Krn yakin bahasanya dibawakan dlm BHS Jawa kan. Sementara aku ga paham. Suami waktu itu nolak juga, Krn walopun dia bisa BHS Jawa, tp kayaknya Krn ga mau bikin aku ngerasa bosan di dlm Krn ga paham tadi. Padahal aku ada rasa pengen tahu juga, Krn terkadang pertunjukan begini , bisa dipahami juga dr adegannya walo ga paham percakapan.

Nyesel sih ga maksa suami utk DTG waktu itu.

Pak totok nya malah sudah meninggal yaa . Semoga sudah pengganti juga saat ini. Sayang kalo kebudayaan seperti ini hilang. Krn juga sudah jarang kan

Reply
Rivai Hidayat July 26, 2024 - 10:41 am

Wayang orang yang terkenal itu antara lain wayang orang sriwedari dari solo, ngesti pandowo dari semarang, dan wayang orang bharata dari jakarta.
Kalau yang belum bisa bahasa jawa mungkin bakal sedikit kesulitan, tapi tetap bisa mengikuti dengan melihat adegan-adegan yang ditampilkan. Semoga mbak fanny bisa nonton wayang orang secara langsung 😀

Berharapnya juga begitu, semoga bisa terus beregenerasi dan tetap diminati oleh anak muda.

Reply
Sibayukun July 26, 2024 - 6:55 am

RIP buat Pak Totok Semoga beliau ditempatkan bersama dengan orang-orang Beriman… Sedihh banget pasti ya.. Pasti kehilangan banget. Apalagi budaya beginian nyari generasinya rada susah.. Semoga tetap bertahan sampai kapanpun.

Aku jujurr, nonton Wayang Orang belum pernah… Tapi kalau wayang kulit pernah sekali sewaktu di Temanggung. Cuma ya gitu, aku seringnya lost in translation karena sama sekali nggak paham mereka ngomong apa. Karena bahasa jawanya tipe yangg kromo-kromo gitu (?) jadi suliittt

Reply
Rivai Hidayat July 26, 2024 - 10:25 am

Menghidupkan ekosistem dalam berkesenian, khususnya tari dan wayang orang memang tidak mudah. Mesti ada keberlanjutan agar ilmu-ilmu bisa diwariskan ke generasi selanjutnya. Dengan begitu kesenian akan terjaga dengan baik.

Iyaa, wayang itu sering pakai bahasa jawa. Bisa bahasa jawa ngoko atau krama inggil. Tergantung konteks dialognya. Bagi orang yang bukan berasal dari jawa hal itu sedikit menyulitkan. Sebuah pertunjukkan wayang orang tidak hanya dialognya, tapi juga ada komedinya, menari, nyanyi, dan adegan lainnya.

Reply
Rudi Chandra July 31, 2024 - 11:12 am

Wah keren banget.
Saya sampe sekarang belum pernah kesampaian nonton wayang secara langsung

Reply
Rivai Hidayat August 1, 2024 - 8:42 pm

di bengkulu ada pertunjukkan wayang juga mas?
aku belum pernah dapat info apakah di luar jawa ada pertunjukkan wayang.
semoga bisa nonton wayang mas rudi.

Reply

Leave a Comment