Dalam perjalanan pulang, aku teringat ada satu pantai yang ingin aku kunjungi. Letaknya tidak jauh dari Pantai Mangunharjo atau masih berada di daerah Mangkang. Aku memutuskan menuju pantai yang belum memiliki nama itu. Aku memisahkan diri dengan dua pesepeda yang ada di depanku. Kemudian berbelok ke arah timur di sebuah persimpangan.
Kini aku bersepeda seorang diri lagi seperti ketika berangkat menuju Pantai Mangunharjo. Ini bukanlah hal yang aneh bagiku. Aku sudah terbiasa bersepeda seorang diri. Sepeda terus melaju di jalanan yang berbatasan dengan rawa-rawa yang ditumbuhi tanaman mangrove. Di sebuah persimpangan aku kembali mengarahkan stang sepeda ke arah utara.
Bisa dibilang aku sangat jarang main ke daerah Mangkang. Hal itu karena jarang mengikuti kegiatan di sekitar Mangkang. Selain itu, jaraknya terbilang jauh dari rumahku. Aku terus melaju melewati daerah permukiman. Dalam perjalanan itu aku juga bertemu dengan warga yang sedang mengadakan kegiatan kerja bakti.
Baca Juga: Bersepeda ke Pantai Mangunharjo
Aku berhenti cukup lama di ujung jalan permukiman. Sudah tidak ada jalan yang bisa dilalui lagi. Tepi pantai belum terlihat. Hanya ada sungai yang bermuara ke laut. Setelah aku amati, ternyata ada sebuah jalan tanah yang berada di tepi sungai. Aku memutuskan untuk mengikuti jalan tanah tersebut.
Setelah menempuh jarak sekitar 1 km, akhirnya aku tiba di ujung jalan tanah itu. Suasana sepi. Hanya ada beberapa motor yang terparkir di tempat ini. Pemiliknya tidak terlihat, Kemungkinan besar mereka sedang pergi ke laut untuk memancing. Tidak jauh dari sana, ada tiga orang yang sedang memancing.
Pantai ini juga dilengkapi dengan beton pemecah ombak. Tidak jauh dari bibir pantai juga terdapat tanaman mangrove yang berfungsi untuk mencegah abrasi dan sabuk pantai. Aku merasa tempat ini cukup populer di kalangan pemancing. Bahkan dalam perjalanan menuju tempat ini aku melihat banyak area tambak milik warga. Selain itu, juga terdapat pusat konservasi tanaman mangrove.
Hari mulai beranjak siang dan aku bersiap untuk melanjutkan perjalanan pulang. Kembali menyusuri jalan setapak dan melewati area permukiman warga. Dalam perjalanan pulang ini aku juga kepikiran untuk melewati jalan kampung yang belum pernah aku lewati. Aku berbelok arah menuju sebuah jembatan yang menarik perhatianku. Jalannya sedikit menanjak, tapi itu tidak jadi sebuah masalah.
Baca Juga: Khojas dan Cerita Kota Semarang Lama
Di pertengahan jembatan aku berhenti sejenak untuk menikmati suasana dan pemandangan area sawah. Di bawah jembatan terlihat seorang bapak-bapak yang sedang menggembala puluhan ekor bebek yang dibiarkan berenang di sungai yang dangkal. Suaranya sangat berisik, tapi menarik perhatianku untuk tetap melihatnya.
Aku sudah lama tidak melihat pemandangan ini. Terakhir tahun 2018 ketika berada di Purworejo. Saat itu, puluhan bebek berhasil digiring pemiliknya masuk ke kandang. Semuanya berjalan secara beriringan, tanpa kehilangan arah.
Perjalananku berlanjut dengan menyusuri Jalan Pantura dengan cuaca yang panas. Dalam perjalanan itu terjadi sebuah kecelakaan tunggal. Sebuah mobil pick-up terguling di sebuah jalan menurun dan menikung. Mobil ini membawa muatan yang berlebihan. Arus lalu lintas sempat tersendat. Namun, ada beberapa petugas yang mengatur lalu lintas.
Rasanya senang sekali bisa kembali bersepeda. Selain untuk berolahraga, aku juga terbiasa secara tiba-tiba mengubah rute yang ingin dilewati. Bagiku itu sangat menyenangkan. Seringkali aku malah bertemu dengan hal-hal baru. Tentu saja tidak lupa untuk menikmati setiap kayuhan dalam bersepeda.
Cerita Dari Sepeda
Pantai Mangunharjo
3 November 2024
6 comments
Asyik juga Mas bersepeda ke pantai. Jadi ingat sudah lama saya gak pernah mengnjungi pantai. Paling dekat dari sini Pantai Palabuhanratu. sekitar 60 km.
Itu beton-beton berwarna putih itu yang dimaksud dengan beton pemecah ombak ya Mas? Saya baru tahu ada beton semacam begini.
Salam,
Jarak ke pelabuhan ratu lumayan jauh juga untuk bersepeda. Kalau ada pemandangan dan rute yang bagus tidak ada salah untuk dicoba om 😀
Iyaa, beton pemecah ombak.
Aku jarang banget melihat sungai yg bermuara ke laut. Dari jarak Deket apalagi. Pernah lihat tp selalunya dari kejauhan . Atau liat dari atas pesawat terbang
Pantainya kliatan tenang ya mas. Tapi seneng sih pas tahu ada konservasi mangrove juga di sana.
Melihat bebek sebanyak itu, saluut Ama pengembala nya bisa ngatur mereka supaya ga lari kemana2 . Apa Krn bebek memang terbiasa diatur yaa
Bener mas, sepedaan sendiri itu enaknya bisa ngatur rute. Diubah mendadak, lalu ketemu hal2 menyenangkan begini, itu serunya
Di sana memang terkenal dengan konservasi tanaman mangrove. Suasana tenang dan ga banyak orang yang datang ke pantai ibi.
Sepertinya memang mudah diatur. Hampir semunya mengikuti arahan yang punya.
Sensasi bersepeda sendirian memang seperti itu mbak fanny.
Kalo liat bebek lagi diangon gitu, jadi inget iklan Yamaha mas.. hahaha.
Kangen sih, udah lama gak liat ada orang bawa bebek gitu. Seru liatnya, tapi sayangnya kalo di sekitaran Jakarta mah kayaknya ngga ada ya.
Iklannya valentino rossi bareng komeng. Iklan lama banget..hahahhaa
Kemungkinan ada di kabupaten bekasi mas. Khan kabupaten punya wilayah yang luas dan banyak area persawahan.