“Mas, es teh dan gorengannya biar kami yang bayar,” ucap seorang bapak-bapak yang berada di belakangku. Bapak ini salah satu dari rombongan pesepeda yang aku temui dalam perjalanan menuju Pantai Mangunharjo. Pantai yang menjadi tujuan kami di pagi itu.
Waktu menunjukkan pukul 05.45 ketika aku memulai perjalanan bersepeda di pagi itu. Pagi yang sudah terang dan matahari terlihat jelas. Dalam beberapa minggu terakhir, waktu subuh untuk Kota Semarang tepat sebelum pukul 04.00, sehingga waktu matahari terbit lebih cepat dibandingkan sebelumnya.
Aku belum memutuskan tujuan bersepeda pagi ini. Hanya kepikiran untuk bersepeda di area Car Free Day (CFD) Simpang Lima. Ini pertama kalinya aku bersepeda setelah vakum selama beberapa bulan karena ada kerusakan di sepedaku. Aku sangat senang karena bisa kembali menyusuri jalanan Kota Semarang dengan sepeda.
Pagi itu kawasan CFD sudah ramai dengan kegiatan warga. Baik itu yang sedang berjalan kaki, jogging, senam, bersepeda, maupun yang hanya duduk di tepi jalan. Situasi di sekitar Lapangan Simpang Lima sendiri masih semrawut seperti dulu. Warga yang berjalan kaki masih memenuhi tiga lajur yang ada. Seharusnya mereka berjalan kaki di sisi lajur bagian terdalam. Pada bagian tengah bisa diisi para pelari. Sementara itu, bagian terluar diperuntukan bagi para pesepeda.
Kesemrawutan ini memaksaku untuk lebih berhati-hati. Bahkan terkadang aku berhenti terlebih dahulu ketika banyaknya warga yang melintas tanpa sebuah aturan. Meskipun masih semrawut, aku tetap suka bersepeda di kawasan Lapangan Simpang Lima ketika Car Free Day.
Baca Juga: Khojas dan Cerita Kota Semarang Lama
Satu hal yang aku sukai adalah banyaknya pesepeda yang berkumpul di sana. Mereka biasa terbagi dalam beberapa kelompok. Rata-rata usianya di atas 50 tahun dan didominasi oleh bapak-bapak. Beberapa terlihat sudah pensiun. Bagi mereka kegiatan bersepeda itu seperti sebuah reuni. Ini menjadi hal yang positif dan patut ditiru.
Di usia yang sekarang, mereka masih bisa melakukan hobi dan berkumpul dengan teman-teman mereka. Masih memiliki teman untuk berbagi cerita, menyusuri jalanan kota dengan sepeda, dan kemudian ditutup dengan sarapan bersama. Sungguh hal yang menyenangkan bisa menikmati hari tua bersama dengan hobi dan teman sebaya.
Setelah puas berkeliling kawasan Simpang Lima, aku memutuskan untuk bersepeda ke arah barat. Tepatnya ke Pantai Mangunharjo yang berada di daerah Mangkang. Cuaca pagi ini terlihat berawan. Arus lalu lintas terpantau lengang. Sementara itu, di beberapa ruas jalan masih ada genangan air sisa hujan semalam.
Suasana jalan berubah menjadi ramai ketika aku melintas di persimpangan Kalibanteng. Tidak hanya kendaraan pribadi, tapi juga truk dan bus antarkota yang meramaikan suasana Jalan Pantura ini. Aku mesti lebih fokus dan berhati-hati. Jalan Pantura memang tidak pernah lengang.
Baca Juga: Berkunjung ke Masjid Raya Sheikh Zayed
Aku terus mengayuh pedal sepedaku hingga tiba di depan Pasar Mangkang. Di sini aku berhenti dan mengecek lokasi tepatnya Pantai Mangunharjo. Lokasinya memang tidak jauh dari pasar ini. Dari Pasar Mangkang aku harus melaju sekitar 300 meter dan kemudian putar balik arah. Pantai Mangunharjo terletak di sisi utara Jalan Pantura.
Perjalanan berlanjut dengan melewati jalan permukiman yang ramai dengan aktivitas warga. Di sini aku juga berjumpa dengan rombongan pesepeda yang akan menuju Pantai Mangunharjo. Aku menyalip rombongan pesepeda ini. Tidak lupa untuk mengucapkan salam kepada mereka.
Dalam beberapa bulan terakhir, Pantai Mangunharjo menjadi destinasi populer di kalangan warga Kota Semarang. Media sosial memberikan andil besar dalam mendatangkan warga ke pantai ini. Khususnya di saat sore hari hingga matahari terbenam. Tidak hanya warga, tapi juga para pedagang berburu cuan. Pantai Mangunharjo pun berubah menjadi pusat keramaian baru bagi warga Kota Semarang untuk menikmati suasana senja kala
Dari kejauhan terlihat sebuah penanda yang menandakan bahwa aku telah tiba di Pantai Mangunharjo. Dalam perjalanan tadi aku juga ruas jalan beton hasil dari dana CSR yang digelontorkan oleh salah satu perusahaan BUMN. Jalan ini berbatasan dengan laut dan beberapa tambak ikan milik warga. Selain itu, terdapat barisan pohon mangrove yang berfungsi mencegah abrasi dan sabuk pantai.
Pagi itu, Pantai Mangunharjo ramai dengan aktivitas warga. Mulai dengan jogging, memancing, jalan kaki, hingga mereka yang hanya duduk menikmati suasana pantai. Tampak keriangan anak-anak kecil yang sedang berenang di tepi pantai dengan pasir pantai yang berwarna gelap. Kecerian mereka tidak terganggu sedikitpun dengan adanya beberapa sampah plastik yang berceceran di sekitar tepi pantai.
Warga tidak dikenakan biaya masuk kawasan Pantai Mangunharjo. Ini seperti ruang terbuka hijau yang bisa dinikmati oleh siapa saja secara gratis. Pantai ini menjadi spot favorit untuk memancing. Tidak hanya di tepi pantai, tetapi juga di jembatan kayu yang dibangun menjorok ke arah laut. Bahkan ada pemancing yang menyewa perahu nelayan untuk memancing di tengah-tengah laut.
Tak berselang lama, seorang pemancing melintas di depanku dengan membawa ikan hasil tangkapannya dengan ukuran yang cukup. Senyum sumringah tanda kebahagiaan tampak terpancar dari orang tersebut.
Di sepanjang jalan terdapat warung-warung yang menjajakan aneka makanan dan minuman. Aku terus melaju pelan hingga tiba di warung yang berada di paling ujung jalan. Aku turun dari sepeda dan duduk di depan warung sambil menikmati hembusan angin. Tak selang berapa lama, rombongan pesepeda yang aku temui tadi juga tiba di depan warung.
Obrolan antara aku dengan bapak-bapak mengalir begitu saja layaknya obrolan sesama pesepeda. Tentu saja tidak jauh dari tinggal di mana, rute yang dilewati, hingga pertanyaan mengapa aku bersepeda sendirian. Dari obrolan itu, aku jadi tahu bahwa salah satu dari mereka tinggal di dekat rumahku.
Rombongan pesepeda ini memulai perjalanan mereka dari Jalan Pahlawan. Jalan yang tadi aku lewati dalam perjalanan menuju kawasan Simpang Lima. Hanya saja aku tidak menyangka bakal bertemu dengan mereka di pantai ini.
Baca Juga: Sate Buntel di Warung Sate Kambing Pak Kasdi
Obrolan tanpa skrip di pagi itu mengalir begitu saja. Terkadang obrolan yang tak tentu arah lebih seru dan menyenangkan. Aku jadi mendapatkan banyak cerita yang dari bapak-bapak yang usianya lebih dari setengah abad ini. Mulai dari cerita mereka yang pernah bersepeda jarak jauh, memulai bersepeda sejak tahun 2008, hingga salah satu dari mereka yang sangat bersemangat bercerita sambil memamerkan kaos relawan salah satu calon gubernur dan wakil gubernur dalam pemilihan kepala daerah Jawa Tengah.
Selama berada di warung aku makan tiga gorengan dan minum teh hangat. Beruntungnya, mereka membayar semua makanan dan minuman yang aku pesan. Tentu saja aku sangat senang dan berterima kasih atas kebaikan mereka. Pertemuan yang singkat ini berhasil memberikan kesan tersendiri di antara kami. Usia yang terpaut jauh bukanlah jadi masalah karena semuanya dieratkan oleh hobi yang sama.
Sekitar 45 menit kami berada di Pantai Mangunharjo. Saatnya kami bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan pulang. Kembali menyusuri jalanan beton dan Jalan Pantura yang ramai dengan kendaraan bermotor. Aku membersamai mereka dengan berada di belakang rombongan.
Dalam satu arahan, sebagian besar rombongan berbelok sebuah warung soto untuk sarapan terlebih dahulu. Dua pesepeda lainnya memilih untuk melanjutkan perjalanan pulang. Aku tidak ikut berhenti dan memilih untuk melanjutkan perjalanan bersama kedua pesepeda yang melaju di depanku.
Cerita Dari Sepeda
Pantai Mangunharjo
3 November 2024
12 comments
pengen gitu kalau hari Minggu bisa sepedaan kayak gini, kalau aku dateng ke CFD melihat mereka-mereka yang sepedaan rasanya happy, bahkan yang sebelumnya nggak kenal bisa jadi kenal. Biasanya kalau lagi ada event fun bike, banyak tuh komunitas pesepeda yang ikut meramaikan dan dari sini bisa nambah temen
apalah daya sepeda aja aku ga punya hahha, semoga bisa kesampaian buat sepedaan atau gowes bareng temen temen baru
Ayo mbak ainun, semoga bisa punya sepeda dan kemudian bisa mendapatkan pengalaman bersepeda. Termasuk bersepeda di kawasan CFD. Komunitas sepeda juga bisa jadi pilihan untuk teman bersepeda. Biasanya mereka punya agenda rutin untuk gowes bareng.
Waktu subuh disinipun sama Mas, jam 04.00+. Jadi jam 05.45 sudah terang. Kalau saya jam 05.45 sudah keluar rumah untuk berjalan kaki pagi, kalau pagi sebelumnya jam 06.00 baru keluar rumah.
Asyik sekali bersepeda rombongan seperti itu Mas. Dan foto terakhir, tampak asyik sekali. Pesepeda duduk-duduk di tepi pantai, ada juga yang duduk di bangunan dari bambu. Barangkali itu warung ya Mas.
Salam,
Keluar lebih pagi lebih menyenangkan ya om asa. Bisa lebih santai dan udara lebih bersih.
Bener om, itu warung yang terbuat dari kayu. Tempat kami istirahat dan makan gorengan..
seru banget bisa mancing, jadi pengen healing kesana juga 😀
Seru banget kak.
Di Banten sini subuh juga jam 4,25 mas Rivai, jam 5,30 juga sudah terang. Jam 6 sudah ramai orang berangkat kerja.
Ramai juga ya pantai Mangunharjo ini, mungkin salah satunya karena gratis tidak ada tiket masuk.
Tempatnya juga enak buat mancing. Kalo lagi mancing terus lapar bisa makan soto sapi gule kambing.
Pagi terasa lebih cepat yaa mas agus 😀
Bisa jadi. Selain itu, juga karena aksesnya mudah
Yang suka mancing memang harus datang ke sini mas agus
Waaah rameee cfd an di simpang lima . Pasti seru olahraga dj Sana. Paling godaannya banyak jajanan ajaaa
Btw pantainya itu ga kayak pantai biasa ya mas. Ga ada pasir, atau di sisi ini aja? Sebenernya LBH enak sih. Salah satu alasan aku ga suka ke pantai, Krn pasir. Bikin kaki kotor dan lengket . JD kalo dibikin pavement gini LBH enak buat yg ga suka kena pasir pantai
Bisa dibilang lengkap olahraga di simpang lima. Ada yang senam, sepatu roda, sepeda, dan lari. Kalau di lapangan tengah ada yang sepak bola dan basket juga. Serunya lagi bisa main bareng meskipun belum kenal 😀
Ada pasirnya, tapi hanya sedikit. Lebih banyak batu dan pondasinya. Biasanya orang-orang datang dan duduk di bangku beton yang ada di sepanjang jalan. biasanya mereka menikmati suasana sore hari.
Mirip-mirip kayak badminton mas. Kalo maen badminton tuh, kadang aku ketemu sama bapak-bapak tua gitu yang umurnya udah 50an lebih, tapi mainnya masih lumayan oke. Seneng sih kalo ketemu yang gitu, jadinya bisa bertukar cerita dan kagum aja… mereka bisa happy main badminton di usianya yang kian senja.
Oya, pantai disana memang banyak yang gratis ya mas?
Aku seneng si.. kalo disini soalny udah hampir mustahil ada pantai begitu, hiks
Umur 50an tapi mainnya masih bagus. Raket yang dibawa juga kualitasnya bagus. Sering ketemu dengan bapak-bapak seperti ini. Bahkan kemarin aku juga lihat bapak-bapak ini sparing dengan tim dari luar kota.
Beberapa ada yang gratis. Ada yang berbayar juga. Kalau pantai mangunharjo masih gratis. Kalau menurutku pantai ini sangat berpontensi untuk terus dikembangkan.