Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the soledad domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/masvayco/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114
Khojas dan Cerita Kota Semarang Lama - Rivai Hidayat

Khojas dan Cerita Kota Semarang Lama

by Rivai Hidayat
kota semarang lama

Tepuk tangan dan sorak sorai penonton membuyarkan obrolanku dengan Mas Arry tentang Kota Semarang Lama. Mereka terhibur dengan kehadiran seorang pria yang berperan sebagai Inspektur Vijay. Salah satu karakter yang sering keluar di film-film India. Penampilannya menarik perhatian dan menghibur penonton yang hadir di panggung Festival Kota Lama.

Inspektur Vijay ini bukan berasal dari India, tapi dari Komunitas Budaya Khoja Semarang (Khojas). Komunitas ini tinggal di Kampung Pekojan, Semarang. Kampung yang lahir karena banyak orang etnis Khoja yang menetap di kampung ini. Letaknya dengan kawasan Pecinan, Semarang.

Kampung Pekojan sangat terkenal dengan Masjid Jami Pekojan–salah satu masjid tertua di Kota Semarang. Masjid ini selalu menyediakan bubur india sebagai menu buka puasa selama bulan Ramadan. Proses memasak bubur masih menggunakan kayu bakar dan dimulai selepas waktu zuhur.
Baca Juga: Sate Buntel di Warung Sate Kambing Pak Kasdi

Etnis Khoja merupakan salah satu etnis pendatang yang ada di Kota Semarang. Selain itu, ada etnis Melayu, Tionghoa, Arab, dan orang-orang Eropa. Etnis-etnis tinggal di daerahnya masing-masing. Seperti etnis Melayu di Kampung Melayu, etnis Tionghoa di Kampung Pecinan, dan orang-orang Eropa yang tinggal di Kota Lama (Oudestad).

kota semarang lama

Penampilan dari Komunitas Budaya Khoja Semarang

Etnis atau kelompok masyarakat ini memberikan pengaruh yang besar dalam perkembangan Kota Semarang di masa lalu. Tempat tinggal mereka menjadi cikal bakal datangnya para pedagang. Konsep ini kemudian dikenal dengan istilah Kawasan Kota Semarang Lama.

Istilah Kawasan Kota Semarang Lama masih terdengar asing di kalangan masyarakat. Meskipun kawasan ini telah ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak Agustus 2020. Kebanyakan orang lebih mengenal Kota Lama Semarang, ketimbang Kota Semarang Lama.

Kota Semarang Lama pertama kali aku dengar dari temanku yang bernama Mas Arry yang merupakan seorang penggiat wisata di Kota Semarang. “Konsep Kota Semarang Lama itu mengacu pada pada kawasan Kota Lama, Kampung Melayu, Kampung Pecinan, dan Kampung Kauman.”

Di masa lalu, banyak peristiwa yang terjadi di empat tempat ini. Seperti peristiwa Geger Pecinan yang terjadi pada tahun 1740. Peristiwa ini adalah sebuah perlawanan etnis Tionghoa dan pribumi kepada VOC. Peristiwa ini mengakibatkan warga etnis Tionghoa ditempatkan dalam satu wilayah yang kini dikenal dengan Kampung Pecinan. Ini adalah sebagai upaya membatasi pergerakan warga etnis Tionghoa oleh pihak VOC.
Baca Juga: Berkunjung ke Masjid Raya Sheikh Zayed

Perkembangan Kampung Melayu lebih beragam dibandingkan daerah lainnya. Kampung ini berada di tepi barat Kali Semarang. Jalur utama perdagangan di Kota Semarang. Salah satu yang menjadi daya tarik Kampung Melayu adalah Masjid Menara atau yang lebih dikenal dengan nama Masjid Layur. Di kampung ini banyak terjadi akulturasi budaya. Baik dari para pendatang, maupun dari suku-suku lainnya. Seperti suku Melayu, Banjar, dan Bugis.

Etnis Arab yang mayoritas seorang Muslim banyak menetap di Kampung Kauman. Masjid Kauman menjadi ikon dari Kampung Kauman. Masjid ini menjadi pusat penyebaran agama Islam di Kota Semarang. Selain itu, banyak rumah warga yang berubah fungsi sebagai pondok pesantren.

Kota Semarang dikenal sebagai kota dengan multietnis. Hal ini disebabkan karena pada masa lalu Kota Semarang menjadi salah satu kota pelabuhan tersibuk di Pulau Jawa. Banyak pedagang dan saudagar dari luar datang ke Semarang untuk berdagang.

Kedatangan mereka ke Semarang juga membawa budaya, tradisi, dan kebiasaan dari tempat mereka berasal. Seiring berjalannya waktu mereka memilih untuk tinggal dan menetap di kota ini. Mereka semua hidup berdampingan dengan orang-orang asli Semarang.

Komunitas Budaya Khoja Semarang

Tabuhan pemain gendang mulai meramaikan suasana sore itu. Para perempuan yang mengenakan baju sari menari mengikuti alunan musik yang dinamis dan energik. Penonton tidak ingin kalah, mereka ikut menari dan berjoget bersama. Sang vokalis, Ali Khan mulai menyanyikan sebuah lagu. Ali Khan ini merupakan best A. Rafiq performance.

Penampilan Ali Khan

Ali Khan beberapa kali menyanyikan lagu untuk menghibur para penonton. Selain itu, ada Lutfi Jay yang ikut meramaikan acara Festival Kota Lama. Lutfi Jay ini merupakan seorang Best India Singer. Penampilan Komunitas Budaya Khoja Semarang (Khojas) juga dimeriahkan dengan arak-arakan pengantin sunat, seni terbangan, festival kuliner khas Khoja, tarian India, dan colour powder celebration. Para pengantin sunat ini adalah anak laki-laki yang siap untuk melakukan sunat atau khitan. Mereka didandani dengan pakaian khas Khoja, lengkap dengan sorbannya.

kota semarang lama

Inspektur Vijay dan Anak-anak pengantin sunat

Di samping panggung terdapat minuman dan beberapa kudapan untuk dibagikan kepada penonton. Semuanya gratis dan bisa ambil berkali-kali. Aku mendapatkan kue brownies, kue pie, dan secangkir coklat. Sementara itu, kopi yang disajikan sudah habis tanpa sisa.
Baca Juga: Nonton Wayang Orang Ngesti Pandawa

Ternyata dalam penampilan Khojas juga diramaikan dengan penampilan barongsai dan wayang potehi yang dibawakan oleh etnis Tionghoa. Wayang potehi berasal dari kata kata pou (kain), te (kantong) dan hi (wayang). Wayang potehi adalah wayang yang terbuat dari kain dan dimainkan dengan menggunakan lima jari. Tiga jari tengah untuk mengendalikan kepala, sedangkan ibu jari dan jari kelingking untuk mengendalikan tangan wayang. Bisa dimainkan dua orang yang bersembunyi dalam sebuah bilik. Satu orang bertugas memainkan alat musik, sedangkan lainnya bertugas sebagai dalang.

Wayang Potehi

Wayang potehi tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tapi juga sebagai ritual. Seperti sarana untuk menyampaikan terima kasih, pujian, dan doa kepada para dewa dan leluhur. Tempat pementasan wayang potehi disebut dengan pay low. Bentuknya mirip miniatur rumah yang dicat warna merah.

Hari beranjak petang dan acara untuk sore ini telah berakhir. Penampilan dari teman-teman Komunitas Budaya Khoja Semarang (Khojas) berhasil menghibur para penonton. Etnis Khoja memang tidak termasuk dalam Kawasan Kota Semarang Lama, tapi kehadiran etnis menjadi bagian penting dalam perkembangan Kota Semarang.

Komunitas Budaya Khoja Semarang (Khojas)
Festival Kota Lama
12 September 2024

You may also like

21 comments

Nasirullah Sitam October 9, 2024 - 12:07 pm

Seru banget mas, kota lama ini memang asyik banget sebenarnya buat festival atau apapun itu. Bisa meniktai keseruannya sekaligus motret

Reply
Rivai Hidayat October 14, 2024 - 3:25 pm

Festival kota lama sudah masuk dalam daftar karisma event naisonal (KEN). Tiap tahun selalu mengangkat tema yang berbeda.

Reply
Surya Adhi October 9, 2024 - 8:03 pm

nyesel banget, dua tahun ngrantau di semarang, tapi belum pernah sama sekali mampir ke masjid jami pekojan waktu bulan ramadhan :’)

Reply
Rivai Hidayat October 14, 2024 - 3:24 pm

Semoga punya kesempatan buat mampir ke masjid pekojan mas. kemudian nanti bisa berbuka puasa dengan bubur india.

Reply
Titik Asa October 11, 2024 - 8:23 am

Ternyata banyak etnis yang tinggal di Semarang ya Mas termasuk etnis khoja ini.

Asik juga ya menyimak fastival budaya ini. Suasana yang terlihat sangat akrab dan menghibur bagi khalayak masyarakat yang menghadiri festival tersebut.

Salam,

Reply
Rivai Hidayat October 14, 2024 - 3:28 pm

Oleh karena itu, semarang dikenal sebagai kota dengan multikultural. Semua etnis hidup rukun dan berdampingan.
Festival kota lama sudah jadi agenda tiap tahun. Jadi tiap tahun akan digelar dengan tema yang berbeda.

Reply
Djangkaru Bumi October 11, 2024 - 9:24 am

Sungguh luar biasa
ada pentas seni dan budaya
menghibur sekali
cerita komunitas pacinan, mirip kayak di kota lama jakarta ya, nasibnya juga sama

Reply
Rivai Hidayat October 14, 2024 - 12:28 pm

Festival kota lama rutin diadakan tiap tahun. Komunitas pecinan memang mirip mas.

Reply
Fanny October 11, 2024 - 9:11 pm

JD nambah knowledge baru dalam 1 tulisan ini aja . Aku pun selama ini nyebutnya kota lama Semarang mas. Ternyata kota Semarang lama.

Walaupun secara sepintas, kayaknya ga ada beda yaa .

Etnis Khoja, ini aku juga baru denger. Biasanya kan kalo India ada tamil, Punjab dll. Kalo di Medan ada kawasan India yg disebut kampung madras. Dulunya kampung Keling. Tp diganti agar tidak mengarah ke bullying fisik warna kulit.

Menarik sih festivalnya. Yg JD inspektur Vijay totalitas banget

Reply
Rivai Hidayat October 14, 2024 - 12:26 pm

Kota lama itu termasuk dalam bagian kawasan kota semarang lama. Kota lama memang lebih dikenal.
Di jakarta juga ada kawasan khoja. Jadi sama yang mbak, pemberian nama kampung berdasakan mayoritas warga yang tinggal di sana.
Ternyata, si pemeran inspektur vijay itu pamannya temanku 😀

Reply
duniamasak October 14, 2024 - 9:10 am

seru banget ada inspektur Vijay, jadi pengen nonton kalo ada lagi 😀

Reply
Rivai Hidayat October 14, 2024 - 12:27 pm

Semoga bisa nonton

Reply
Agus Warteg October 16, 2024 - 8:08 pm

Baru tahu ada etnis khoja, mainku berarti kurang jauh ya. Katanya mereka berasal dari India barat ya, pantesan kenal dengan inspektur Vijay.

Reply
Rivai Hidayat October 21, 2024 - 7:33 pm

Di jakarta ada daerah namanya koja. Nah itu juga asal usulnya sama mas fajar. Dulu jadi permukiman etnis khoja.

Reply
fajarwalker October 17, 2024 - 10:58 am

Kebetulan tahun ini ada rencana ke Semarang. Moga nanti kesampean mampir ke Masjid Pekojan. Nganu, aku memang dulu tuh suka safari masjid mas, sayangnya belum sempat semuanya dipublikasikan di blog.. eh, blognya malah kehapus ga sengaja. Heuheu

Reply
Rivai Hidayat October 21, 2024 - 7:32 pm

Nanti kalau jadi ke semarang kabari aja mas fajar. Siapa tahu nanti bisa ngopi dan keliling masjid bareng.

Reply
Bang Day October 26, 2024 - 2:17 pm

Seru juga ya bang, kita bisa liat budaya yang bukan asli kita tapi sudah jadi bagian di masyarakat setempat. inspektur Vijay nih lakon yang paling terkenal di film2 India hehehe

Reply
fajarwalker November 19, 2024 - 12:15 pm

Kemanakah ini mas Rivai? Sudah sebulan lebih tak nampak tulisan barunya.. hehehe

Reply
Rivai Hidayat November 19, 2024 - 3:49 pm

di sini saja mas fajar. Ini lagi berusaha buat nulis dan kembali ke jalan yang benar..hiks

Reply
ainun November 29, 2024 - 9:57 pm

haloo mas Vay, rasanya kayak lama nggak mampir sini hehehehe
kalau ada kampung etnis yang masyarakatnya kompak kayak gini, asik juga ya, sering ada event menarik seperti ini.
Di Jember sendiri kayaknya nggak ada kampung etnis seperti ini, masyakarat pendatang di kotaku kebanyakan juga nyebar.

Reply
Rivai Hidayat December 7, 2024 - 9:42 am

Saya pun juga masih jarang update kok. Setelah sekian lama, akhirnya update 😀
Di semarang memang terjaga kampung etnis dan beberapa kampung kuno.
Bisa dicari info tentang persebarannya kak.

Reply

Leave a Comment