Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the soledad domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/masvayco/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114
Tiba-Tiba ke Kota Solo - Rivai Hidayat

Tiba-Tiba ke Kota Solo

by Rivai Hidayat
kota solo

Di hari Minggu, 28 April 2024, pukul tujuh lebih empat puluh menit aku memulai perjalananku menuju Kota Solo dengan mengendarai sepeda motor. Perjalanan ini akan membutuhkan waktu kurang lebih dua jam. Bisa dibilang perjalanan ini disiapkan dalam waktu yang singkat. Selumbari temanku yang tinggal di Wates, Kulon Progo bercerita ingin makan selat solo. “Ya sudah, kita ke Solo aja! Nanti yang lain diajak juga,” ajakku melalui pesan singkat.

Kami memberi kabar teman kami yang tinggal di Solo tentang rencana kami. Sebetulnya kami mengajak satu lagi teman kami, tapi sayangnya dia tinggal di Palembang. Tentu saja tidak bisa ikut. Kami berempat kenal dalam sebuah komunitas. Jarang berjumpa, tapi saling sapa di media sosial. “Nanti kalau dinas ke Jawa, kita kulineran ya,” ucap temanku yang tinggal di Palembang.

Temanku dari Wates berangkat menuju Kota Solo menggunakan kereta. Perjalanannya akan memakan waktu sekitar 1,5 jam. Ada kejadian lucu ketika dia sedang menunggu kedatangan kereta di Stasiun Wates. Dia sudah menunggu cukup lama di peron. Namun, kereta tak kunjung datang. Setelah bertanya kepada petugas stasiun, ternyata dia menunggu di peron yang salah. Lebih parahnya lagi dia ketinggalan kereta.

Jadwal kereta lokal ke Jogja selanjutnya masih lama. Akhirnya dia memutuskan membeli tiket kereta api jarak jauh dengan tujuan Stasiun Purwosari, Solo. Harganya lebih mahal dibandingkan kereta lokal ke Jogja. Sementara itu, dia tidak memiliki banyak waktu lagi. Kereta Api Bengawan telah melaju meninggalkan Stasiun Wates.
Baca Juga: Mendaki Bukit Pepe

Menurutnya, gempa bumi yang berpusat di Garut semalam mempengaruhi jadwal perjalanan kereta api. Banyak kereta yang mengalami keterlambatan, termasuk kereta bandara, kereta lokal, dan kereta api jarak jauh. Temanku ini tidak mau ambil risiko. Akhirnya dia memilih untuk membeli tiket baru, ketimbang menunggu kedatangan kereta selanjutnya. Dia tiba di Stasiun Purwosari, Kota Solo sekitar pukul 08.15.

Perjalananku dari Semarang menuju Kota Solo berjalan dengan lancar. Cuaca yang bagus, jalanan yang lengang di hari Minggu pagi, dan udara yang segar ketika memasuki Kota Salatiga. Selepas Kota Salatiga aku bertemu dengan rombongan anak motor yang sedang melakukan sunmori (sunday morning ride). Kebanyakan dari mereka menggunakan knalpot brong yang suaranya berisik dan mengganggu. Kemudian ada rombongan bus pariwisata melaju dengan kencang menyisakan kegembiraan di balik jendela penumpang.

kota solo
Selat Solo Tenda Biru

Perjalananku melambat ketika memasuki Jalan Slamet Riyadi, Kota Solo. Sebagian jalan ini sedang ditutup karena adanya kegiatan Car Free Day (CFD). Aku memutuskan untuk berhenti sejenak di minimarket sembari mengabari yang lainnya kalau aku telah tiba di Kota Solo. Setelah berdiskusi akhirnya kami janjian untuk bertemu dan makan selat solo di Tenda Biru.

Selat Solo Tenda Biru

Kami meluncur menuju Tenda Biru. Meskipun sering ke Kota Solo, tapi aku masih belum hafal dengan jalanan di kota ini. Di kota ini banyak jalan satu arah dan kami mesti memutar. Aku memanfaatkan aplikasi untuk menuju ke Tenda Biru. Pagi itu jalanan Kota Solo sudah terlihat ramai. Rata-rata adalah orang-orang yang baru saja kelar olahraga pagi. Pemandangan yang tidak jauh beda ketika kami tiba di Tenda Biru.

Kami langsung mengambil buku menu dan memilih tempat duduk di bagian tengah ruangan. Bisa dibilang Tenda Biru memiliki tempat yang luas sehingga kami tidak perlu antri untuk mendapatkan tempat duduk. Selat Solo Tenda Biru ini juga terkenal di kalangan wisatawan luar kota. Itu terlihat dari beberapa mobil yang berasal dari luar kota. Aku dan temanku dari Wates memesan selat daging. Sementara itu, temanku dari Solo belum datang.
Baca Juga: Cerita Kopi dari Desa Brenggolo

Tak perlu menunggu waktu lama akhirnya pesanan kami tersaji di meja. Setiap kali ke Kota Solo, aku selalu menyempatkan untuk makan selat solo. Di Semarang belum ada yang berjualan makanan ini. Aku dan temanku baru pertama kali ke Tenda Biru. Biasanya di tempat lain. Namun, kali ini aku mesti cari tempat lain agar menambah referensi kami pada penjual selat solo.

kota solo
Selat Solo Daging

Satu porsi selat solo daging terdiri dari daging, telur, kentang goreng, wortel, buncis, mayonaise, selada, dan acar. Kemudian disiram kuah berwarna coklat yang memiliki rasa asam dan manis. Selat terasa sangat segar. Daging terasa empuk ketika digigit. Selat solo disajikan tanpa nasi putih. Namun, pengunjung bisa memesan nasi putih secara terpisah. Bagiku, selat solo ini adalah makanan yang ringan sehingga cocok untuk sarapan.

Selain selat solo, kami juga memesan mendoan. Satu porsi berisi sepuluh potong yang berukuran kecil. Di Tenda Biru juga menyediakan menu nasi gudeg, nasi pecel, sup matahari, sup manten, sup lapis, gado-gado, dan beberapa jenis selat solo: selat iga, selat daging, dan selat galantin.

Makanan yang kami pesan telah tandas. Tak berselang lama, temanku yang tinggal di Solo tiba di Tenda Biru. Dia tidak memesan makanan, hanya memesan segelas es teh. Duduk sejenak dan mulai berpikir tentang tujuan selanjutnya. Akhirnya kami memutuskan untuk ke daerah Pasar Gede.

Cerita dari Solo
Kota Solo
28 April 2024

You may also like

28 comments

Heni May 27, 2024 - 11:09 am

selat solo atau bistik Jawa itu kalau gak salah menu favorit para sultan ya mas…paduan dari daging cincang dan sayuran serta kuahnya yang unik yang bikin nagih, kemarin pas di Jogya sempet nyobain juga dan rasanya emang sedaap

Reply
Rivai Hidayat May 28, 2024 - 4:38 pm

Aku malah baru tahu kalau makanan ini jadi menu favorit sultan. Tapi selat solo emang enak dan layak untuk dicoba bagi wisatawan yang datang ke solo.

Reply
fanny_dcatqueen May 27, 2024 - 12:09 pm

Waaah aku belum coba yg tenda biru ini… Padahal Slamet Riyadi itu jalanan rumahku . Ga merhatiin. Biasa kalo makan selat solo, aku di mba lies atau di pak Darmo atau di kusumasari mas.

Nanti hrs coba yg tenda biru deh.

Aku pun pertama coba ini, dikenalin mama mertua langsung sukaaa. Padahal cendrung manis, tp memang enaaak dan segeeer ❤️❤️. Cocok buat sarapan atau ga pengen makan yg terlalu berat

Reply
Rivai Hidayat May 28, 2024 - 5:17 pm

Tenda biru ada di jalan Dr. Wahidin mbak fan. Dekat dengan jalan slamet riyadi yang begitu panjang..hihihi
Kalau aku biasanya di viens. Di sana kebanyakan pelanggannya adalah orang tua. Mereka para pelanggan setia.

Aku juga menyukai segarnya selat solo. Kalau pesen ga pernah pakai nasi biar tidak terlalu kenyang.

Reply
Fajar Fathurrahman May 27, 2024 - 4:01 pm

Baru tau ada kuliner yang namanya selat solo ini mas. Unik juga ya, macem kayak steak ala-ala barat tapi isiannya rasa Indonesia semua, hahaha.

Kalo ndak salah Solo banyak wisata baru yang menarik untuk dicoba. Apakah tulisan edisi solo ini akan berlanjut lagi mas vay?

Reply
Rivai Hidayat May 28, 2024 - 5:13 pm

Mas fajar mesti cicipi selat solo ketika ke solo.
Masih ada satu cerita lagi mas. Minggu depan yaa.
Di solo banyak tempat wisata baru. Salah satunya Masjid Zayed.

Reply
Heni May 27, 2024 - 9:47 pm

Eh selat solo mah beda ya sama bistik Jawa, wkwk…bistik Jawa dari daging cincang /olahan.yg di buat bulat pipih kalo gak salah

Reply
Rivai Hidayat May 28, 2024 - 5:07 pm

Aku belum pernah makan bistik jawa. Ya mungkin suatu saat bakal cicipi biar tahu bedanya dengan selat solo.

Reply
Sibayukun May 27, 2024 - 9:58 pm

Hahaha… Aku ngakak baca komennya Mba Heni..
btw, Aku ke Solo cuma sekali. Tahun 2018 apa yakkk… Itupun nggak sengaja sewaktu main ke Semarang 5 hari buat ikutan acara tanam Manggrove. Besoknya ikut adek kelas ke Solo… Suka banget sama Kota satu itu.. Nggak tahu dah kenapa. Terus makan Selat Solo juga.. Awalnya aku mikir Selat Solo ini semacam makanan kaya Telor/ayam kecap gtu ngeliat dari warna kuahnyaaa… Tapi ternyata beda..

Pas awal2 sbnernya aku mikir. Ini makanan kok bentukannya kaya makanan Luar Negeri terus di fusion sama masakan Jawa… abis ada kentang, selada, wortel, buncis segala.. Jadi aku smpet mikir. Ini Steak Kuahh tah?? wwkwkw

Reply
Rivai Hidayat May 28, 2024 - 5:23 pm

Rasanya lebih segar dibandingkan telor atau ayam kecap yang lebih banyak manis. Daging yang disajikan juga punya kualitas yang bagus.
Kota Solo memang menyenangkan dan kulinernya enak-enak 😀

Reply
Nasirullah Sitam May 28, 2024 - 7:19 am

Aku rasa pelayanan di Tenda Biru ini cepat, mungkin kalau kita pesan gorengannya yang agak lama hahahhahaha.
Tep menurutku, warung ini menyenangkan 🙂

Reply
Rivai Hidayat May 28, 2024 - 5:06 pm

Kemarin mendoan datangnya terakhir dibandingkan selat solo.
Setuju mas sitam, tenda biru tempat yang menyenangkan dan layak untuk dikunjungi lagi.

Reply
mega May 28, 2024 - 10:28 am

selat solooo… enak banget keliatannya.

aku punya temen di solo, jadi dulu pas masih banyak waktu luang dan bebas pergi sendiri, suka main ke rumahnya, dan tiap ke sana rikwesnya mau selat :9

sampe sekarang di bandung ga ada yang jual khusus (jadi makanan spesialisasi). kalaupun ada ya jualannya campur-campur dengan yang lain. dulu yang bisa bikin selat solo tuh ibu sama eyang (yang memang orang sana). Jadi kangen!

Reply
Rivai Hidayat May 28, 2024 - 5:05 pm

Di semarang juga belum ketemu selat solo yang sesuai dengan selera. Makanya sering menyempatkan untuk ke selat solo ketika berada di solo.
Wah, bakal kangen kalau kayak gini. Selat solo seperti mewakili banyak cerita bareng ibu dan nenek.

Reply
Peri Kecil Lia ‍♀️ May 29, 2024 - 1:07 am

ini kali pertama ku lihat makanan Selat Solo, Kak 🙂 kelihatannya iya mirip Bistik, tapi Bistik yang aku tahu biasanya nggak pakai kuah. kuah Selat Solo ini dibayanganku agak mirip cuko pempek versi lebih manis, iya nggak Kak? atau lebih mirip semur? soalnya sama-sama warna gelap jadi cenderung kepikiran kuah semur atau kuah pempek wkwk

Reply
Rivai Hidayat May 30, 2024 - 8:31 pm

Bener banget mirip bestik, kuahnya manis dan asam sehingga menghasilkan rasa yang menyegarkan. Kalau semur rasanya manis aja. Besok kalau ke solo mesti makan selat solo li. Aku jamin bakal ketagihan…hiihihi

Reply
Surya Adhi May 29, 2024 - 3:05 pm

porsinya keliatan ngeyangin banget mas, jadi inget waktu dulu awal-awal kuliah di solo pertama kalinya diajakin teman kuliah yang orang asli solo makan selat, dulu makannya di warung selatnya mbak lies

Reply
Rivai Hidayat May 30, 2024 - 8:28 pm

Selat mbak lies juga salah satu yang terkenal mas surya.
Kalau bagiku itu porsinya cukup. Ga sampai kenyang, tapi sudah merasas cukup dengan porsi segitu.

Reply
duniamasak May 30, 2024 - 10:37 am

aku juga suka Selat Solo, rasa kuahnya manis gurih 😀 enaaaaak!

Reply
Rivai Hidayat May 30, 2024 - 10:44 am

Dan menyegarkan. Setuju, selat solo enak.

Reply
Nadya Irsalina June 2, 2024 - 11:48 am

Waaaaaaa selat solooo seger dan enak bgt sih ini. Dulu aku selalu beli di mbak lies atau di selat viens, gapernah explore tempat lain alias males mikir dan takut coba2
Someday kalau ada kesempatan main ke solo pengen coba mam selat solo di tempat lain deh, atau ke tenda biru ini

Reply
Rivai Hidayat June 3, 2024 - 7:14 am

aku dan temanku biasanya juga di selat viens, nad. Makanya aku berinisiatif untuk pindah tempat agar dapat pengalaman lain tentang selat solo. Sekarang kalau ke solo belum lengkap tanpa makan selat solo.

Reply
rezkypratama June 2, 2024 - 8:36 pm

sumpah ini wajib saya coba kalau ke solo dah
dua kali ke solo malah enggak pernah denger makanan ini dah mas
thx sudah memberikan informasi mas
enak dah itu kalau pakai nasi anget2

Reply
Rivai Hidayat June 3, 2024 - 7:15 am

Ayo mas rezky, jangan lupa cicipi selat solo kalau datang ke solo. Aku kalau ke solo sering menyempatkan untuk makan selat solo.

Reply
eryka June 6, 2024 - 1:38 pm

aaaaa soloooo jadi kangen pengen mudikkk hehehehe….
gak banyak deh mass jalan satu arahnya..paling slamet riyadi aja..ya kannn hehehe..tapi selama ada gmaps semua perjalanan aman klo di solo gakbakal nyasar hehe
ini salah satu langgananku juga nieee..makanannya enak2 semua..gudeg nya juga enak loo cobain deh..
selain di tenda biru kemana lagi mas? selat mbak lis yg paling rame biasnaya jadi andalan para turis hehe

Reply
Rivai Hidayat June 10, 2024 - 2:54 pm

Ayo mudik ke solo mbak eryka. Tidak banyak, tapi sepanjang jalan slamet riyadi jadi mesti tahu jalan tembusnya kalau mau masuk ke jalan itu.
Kalau aku biasanya malah ke viens. Kalau pagi banyak kakek-nenek yang sarapan di sana. Ketika di sana merasa kalau makanan ini sangat otentik dan melewati beberapa generasi. Kalau ke mbak lies malah belum pernah. Besok kapan-kapan coba ke sana.

Reply
Endah April June 9, 2024 - 6:01 pm

Aku baru tau kalau ada nama masakan Selat Solo. Selama ini taunya Selat Sunda. *dijambak*
Wah seandainya dulu pas ke Solo bareng emak-emak aku udah tau ada Selat Solo, kayaknya bakal nyoba. Unik banget penampilannya, modern tapi pakai kuah yang aku pikir tadi semacam tahu campur. T___T
Btw aku jadi googling menu-menu sup matahari, sup manten, sup lapis, dan selat galantin. Kok kayaknya enak semua banyak sayurnya… :Q

Reply
Rivai Hidayat June 10, 2024 - 2:52 pm

Selain ada selat sunda juga ada selat bali..hihi
Kamu kalau ke solo mesti makan selat solo, endah. Mungkin kamu juga bakal suka dan ketagihan seperti kebanyakan orang. Biasanya kalau penjual selat solo juga menjual aneka menu seperti yang aku sebutkan. Kamu mesti ke solo lagi untuk kulineran 😀

Reply

Leave a Comment