Aku memulai perjalanan berkendara motor menuju daerah Bandungan di Kabupaten Semarang ketika matahari mulai terbit di ufuk timur. Perjalanan akan menghabiskan waktu selama satu jam. Jalanan relatif sepi karena sekarang adalah hari Sabtu. Hanya ada para pekerja pabrik yang sedang berjalan kaki menuju tempat mereka bekerja. Pagi ini aku dan temanku, Tono akan mendaki Gunung Ungaran via Perantunan. Kami sudah berjanji untuk bertemu di salah satu minimarket yang ada di Alun-Alun Bandungan.
Pukul 06.30 aku tiba di lokasi. Selang 20 menit Tono akhirnya tiba juga. Aku sudah beberapa bulan tidak ketemu dengan Tono. Kami berdua mengobrol banyak hal sambil menunggu satu teman Tono yang akan ikut mendaki Gunung Ungaran. Teman Tono bernama Mbak Ita. Mbak Ita akhirnya tiba setelah kami menunggu selama 40 menit. Waktu yang cukup lama untuk menunggu kedatangan seseorang. Setelah membeli logistik, kami menuju Basecamp Perantunan.
Gunung Ungaran terletak di Kabupaten Semarang. Gunung ini memiliki beberapa jalur pendakian. Jalur yang terkenal adalah jalur Mawar. Sedangkan jalur Perantunan baru 2 tahun dirintis dan dibuka untuk umum. Sebetulnya ada jalur kebun teh Medini yang akan melewati Desa Promasan dan jalur Candi Gedong Songo yang jarang dilewati. Pada tahun 2013 aku pernah melalui jalur ini dalam perjalanan turun gunung. Jalur rapat dengan hutan yang lebat dan kemudian melewati perbukitan dan akhirnya tiba di kompleks Candi Gedong Songo. Jalur ini biasa digunakan untuk perjalanan turun gunung.
Di basecamp Perantunan terlihat beberapa petugas. Kami segera melakukan registrasi dan membayar simaksi untuk dua orang, aku dan Mbak Ita. Sedangkan Tono tidak ikut mendaki Gunung Ungaran. Dia akan menunggu di basecamp selama kami mendaki. Selain itu, akan ada beberapa temannya yang akan menyusul ke basecamp.
Baca Juga: Aku Pulang dan Presiden Jokowi Tiba di Tana Tidung
Perjalanan mendaki Gunung Ungaran via Perantunan dimulai. Di musim pandemi seperti sekarang ini, tidak banyak pendaki yang kami temui. Menurut informasi dari petugas, ada tiga kelompok yang mendaki pada hari kemarin. Sedangkan pagi ini ada dua kelompok–termasuk kami–yang melakukan pendakian. Selama pandemi petugas tidak melakukan penutupan jalur pendakian, tetapi melakukan pembatasan terhadap jumlah pendaki. Baik yang mendaki, maupun yang hanya berkemah. Sedangkan di jalur Mawar semua aktivitas pendakian ditutup selama masa pandemi.
Aku dan Mbak Ita memulai perjalanan mendaki Gunung Ungaran via Perantunan. Jalur pertama yang kami lewati adalah jalur perkebunan warga. Dalam perjalanan itu kami melihat dua tenda yang sedang berkemah. Mereka hanya berkemah di tanah lapang yang tidak jauh dari pos registrasi. Mereka memang tidak berniat untuk melakukan pendakian. Tidak berselang lama kami memasuki gapura yang menjadi batas kawasan hutan. Setelah ini kami akan memasuki kawasan hutan. Setelah 30 menit berjalan, akhirnya kami tiba di Pos 1 Watu Omah.
Kami istirahat sebentar dan kemudian langsung melanjutkan perjalan menuju Pos 2 Watu Jajar. Jalur pendakian terlihat jelas sehingga kami tinggal mengikuti saja. Sebelumnya kami belum pernah mendaki Gunung Ungaran via Perantunan. Ini merupakan pendakian pertama kami melalui jalur ini. Sedangkan aku sudah beberapa kali mendaki Gunung Ungaran via Mawar. Perjalanan dari Pos 1 Watu Omah menuju Pos 2 Watu Jajar memakan waktu sekitar 12 menit. Di pos ini terdapat sebuah shelter yang terbuat dari kayu.
Hari sudah beranjak siang dan kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Pos 3 Watu Srumpuk. Selama perjalanan aku selalu berada di belakang Mbak Ita. Aku selalu berusaha menyesuaikan kecepatan langkah kakinya agar berada jarak yang aman dan terlihat. Jarak antara Pos 2 menuju Pos 3 tidak terlalu jauh, tetapi mulai banyak tanjakan yang mesti kami lewati. Perjalanan kedua pos ini memakan waktu selama 23 menit.
Kami beristirahat sebentar di Pos 3 Watu Srumpuk. Bangunan pos terbuat dari batang pohon dan terletak di tengah jalur pendakian. Perjalanan berlanjut menuju Pos 4 Kolo Keciko. Perjalanan menuju pos ini lebih jauh dibandingkan dengan pos sebelumnya. Kami membutuhkan waktu sekitar 35 menit. Di dekat Pos 4 Kolo Keciko terdapat sebuah persimpangan jalur. Ke kiri berarti ke arah Puncak Bondolan dan Puncak Botak. Sedangkan ke kanan berarti menuju Puncak Banteng Raiders. Puncak ini bisa juga bisa dicapai melalui jalur Mawar. Seperti yang pernah aku lakukan beberapa tahun yang lalu. Hari ini kami akan mencapai Puncak Botak.
Puncak Bondolan
Perjalanan dari Pos 4 menuju Puncak Bondolan merupakan perjalanan meninggalkan rimbunnya hutan menuju area sabana. Perjalanan yang kami lalui adalah kawasan terbuka tanpa ada pohon untuk berteduh. Hanya ada alang-alang dan tanaman perdu yang akan kami temui dalam perjalanan ini. Waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB ketika kami memasuki daerah sabana. Kami mulai merasakan teriknya matahari. Topi yang aku pakai tidak mampu menahan teriknya matahari. Di kejauhan Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, dan Gunung Prau terlihat dengan jelas dan lengkap dengan birunya langit.
Teriknya matahari berpengaruh pada perjalanan kami. Beberapa kali kami berhenti untuk beristirahat. Kami tiba di Puncak Bondolan pada pukul 10.55 WIB. Hampir satu jam kami menghabiskan waktu dalam perjalanan dari Pos 4 menuju Puncak Bondolan. Di puncak ini aku bertemu dengan beberapa pendaki. Mereka sudah bersiap untuk perjalanan turun gunung. Menurut mereka bahwa cuaca semalam sangat cerah dan di pagi hari bisa menikmati pemandangan matahari terbit. Sekitar Puncak Bondolan terdapat area lapang yang bisa digunakan untuk berkemah.
Puncak Botak
Tak berhenti lama, akhirnya kami memutuskan untuk langsung melanjutkan perjalanan menuju Puncak Botak. Kawasan terbuka dan jalur menanjak akan menemani perjalanan kami. Pemandangan yang ditawarkan sangat bagus, tetapi tidak dengan teriknya matahari siang itu. Aku mulai merasakan kulitku terasa perih. Ketika tiba di basecamp aku baru sadar kalau kulitku terbakar dan terkelupas karena teriknya sinar matahari. Sangat disarankan untuk menggunakan krim untuk melindungi kulit dari sinar matahari. Tempo perjalanan mulai sedikit menurun, tetapi kami terus melangkah menuju Puncak Bondol.
Baca Juga: Jejak Kaki di Tana Tidung
Sebuah bendera terlihat dari kejauhan. Aku bisa menebak kalau bendera tersebut adalah Puncak Botak. Setelah menempuh perjalanan sekitar 45 menit, akhirnya kami tiba di Puncak Botak. Perasaan lega dan senang karena akhirnya kami bisa tiba di Puncak Botak. Di Puncak Botak terdapat tanah lapang, tapi tidak ideal untuk tempat berkemah karena terlalu terbuka dan berbahaya. Rawan untuk terkena petir, badai, dan angin kencang. Oleh sebab itu sebagian besar puncak gunung dinilai kurang aman dan tidak cocok untuk jadi tempat berkemah. Kami beristirahat cukup lama di sini. Kami menyempatkan diri untuk memakan bekal nasi bungkus yang kami beli di Alun-Alun Bandungan.
Puncak Botak memiliki ketinggian 2050 mdpl. Kami bisa melihat Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Prau, dan Gunung Merbabu dari Puncak Botak. Selain itu, kami juga bisa melihat Puncak Banteng Raiders yang berada di seberang bukit. Pendakian Gunung Ungaran memang memungkinkan untuk dilakukan lintas jalur. Namun, aku belum mengetahui tentang aturan pendakian lintas jalur. Beberapa gunung menerapkan larangan dan aturan ketat tentang pendakian lintas jalur. Apalagi terjadi banyak kasus kecelakaan pendakian yang disebabkan karena pendakian lintas jalur.
*****
Setelah dirasa cukup, akhirnya kami turun menuju basecamp. Aku mengajak Mbak Ita untuk berjalan lebih cepat. Khususnya untuk segera tiba di Pos 4 Kolo Keciko. Matahari semakin terik dan pilihan terbaik adalah segera mungkin meninggalkan sabana dan area terbuka. Terkadang aku berlari pelan dalam menuruni jalur pendakian. Mirip seperti pelari trail run dengan kaki lincahnya yang tidak ragu dalam melangkah.
Kami tiba di Pos 4 Kolo Keciko dengan waktu yang lebih cepat dari perkiraan kami. Kami beristirahat cukup lama dan meneguk air dari botol minum untuk membasahi kerongkongan kami yang kering karena teriknya sinar matahari. Perjalanan dari sini bakal lebih mudah dan menyenangkan. Kami sengaja terus berjalan kaki tanpa berhenti di setiap pos yang kami lewati. Kurang dari satu jam perjalanan kami sudah tiba di basecamp Gunung Ungaran via Perantunan.
Kami tiba di basecamp dan Tono sedang bersama dengan teman-temannya. Mereka sedang mempersiapkan alat dan bahan untuk memasak. Mereka semua memang suka memasak dengan cara bushcraft. Bahkan Tono membuat sendiri beberapa perlengkapan untuk menunjang kegiatan bushcraft yang ia lakoni. Seperti cangkir, gelas, piring, sendok, dan garpu. Semua perlengkapan terbuat dari kayu itu dibuat oleh tangan kreatifnya. Kami semua berkumpul dan duduk melingkar dengan perapian sebagai pusatnya.
Setelah berada di Kalimantan Barat selama lebih dari enam bulan dan lebih dari satu tahun tidak mendaki gunung, akhirnya aku bisa mendaki gunung lagi. Meskipun tanpa berkemah dan membawa tas gunung dengan beban yang berat. Mendaki Gunung Ungaran via Perantunan memberikan kesan tersendiri bagiku. Tidak hanya jalur pendakiannya, tetapi juga dengan orang-orang yang aku temui selama perjalanan. Mungkin suatu saat aku akan kembali menyusuri jalur ini.
Cerita dari Gunung
Gunung Ungaran
24 Juli 2021
22 comments
Mendaki gunung ..hemm pendakian yg ga mudah tapi membawa kepuasan tersendiri ya mas,memerlukan fisik dan mental yg kuat,koq sy jadi teringat almarhum Mentri siapa gitu yg wafat saat mendaki gunung…lupa saya…
Bendungan itu dekat Ambarawa ya mas?..almarhum ayah saya asli sana.. koq sepeti pernah dengar…
Wakil menteri esdm, pak widjajono yang meninggal ketika mendaki gunung tambora.
Kegiatan mendaki gunung memang butuh persiapan fisik dan pengetahuan.
Bener banget. Lebih tepatnya Bandungan, bukan bendungan. Dekat dengan ambarawa. Letaknya di kabupaten semarang
aku pernah tinggal di Magelang. Setiap ke Semarang pasti lewat pegunungan Ungaran. Masyaallah ternyata ada jalur pendakian juga ya. Jawa terkhusus sekitaran Magelang ini menurutku luar biasa si pemandangannya, dikelilingi 3 gunung. Semenjak tinggal di sana, aku baru sadar kalau tinggal di Jawa itu rasanya kaya liburan setiap hari karena setiap ke mana-mana pemandangannya indah.
Suasana di magelang, khususnya di kabupaten magelang itu bakal disuguhi barisan pegunungan mbak lina. Kabupaten Magelang salah satu tempat yang cocok untuk tempat tinggal. Pemandangannya bagus.
Di daerah ketep bisa melihat lima gunung yang ada di jawa Tengah. Kalau tinggal di jawa yaa tergantung tinggalnya dimana..hehehe
puncak botak keren bangett, padang. tapi jujur sih parno kalo naik gunung, tapi sepertinya untuk gunung ungaran ini ramah pemula, bukan yg trekk ngeri ngeri sedap
puncaknya tanah lapang.
bener banger mas amir, gunung ungaran cocook untuk pendaki yang belum berpengalaman. beberapa organisasi mapala menggunakan gunung ungaran sebagai tempat pendidikan dan latihan.
Baru beberapa hari yang lalu ada yang posting unggahan gunung ini. Jadi ingat cerita kawan pas mereka naik gunung Ungaran. Suruh bawa buah dari bawah, bawanya malah mangga muda. Kami ketawa kalau ingat mereka yang naik gunung Ungaran.
Bawa mangga muda, sungguh pilihan yang aneh. Biasanya cari yang manis, eh ini malah bawa yang masam. 😀
Terkadang aku tuh pengen ngerasain mendaki gunung. Tapi kok ya sadar diri juga, kayaknya ga bakal kuat . Pas trekking menuju air terjun di Anyer aja udh lumayan serem. Bukan masalah stamina mas, tapi takut Ama lintah, ular atau binatang2 yg bakal ditemuin .
Itu sih yg lebih aku kuatirin, makanya sampe skr ga jadi2 mau coba mendaki hahahahah. Udah cukup puas baca pengalaman temen2 aja
Kalau pengen naik gunung lebih baik cari gunung yang bersahabat bagi pemula. Contohnya gunung papadayan dan beberapa gunung/bukit yang ada di sentul. Gunung ini sudah dikelola dengan baik dan nyaman bagi para pendaki.
Sesekali bisa dicoba untuk naik gunung mbak 😀
Meskipun kulit terkelupas, kepuasan dan pengalaman yang diperoleh tak bisa dibayar dengan uang ya, Mas
Pengalaman naik gunung selalu memberikan kesan berbeda
wah pemandangannya bagus bangettt, pengen masukin wish list ah 😀
Bagus banget kak. Kamu mesti ke sana
Cantik pemandangan di puncak Bondolan Gunung Ungaran,,,sesiapa yang berjaya berada di puncak pasti akan rasa seronok tidak terhingga
Pemandangan di puncak bondolan memang cantik
Selalu salut kalau dengar cerita orang mendaki gunung. Aku pengin juga coba sekali tapi kayaknya persiapan fisiknya nggak main-main, udah bikin nyerah duluan :’) Kak Rivai, pendakian paling singkat yang pernah Kakak tempuh makan waktu berapa jam? Kalau mendaki Gunung Ungaran ini termasuk cepat-sedang-lama?
Kalau paling cepat ya kayak gini. Naik gunung kemudian langsung turun. Tanpa mendirikan tenda di gunung.
Kalau mendaki Gunung Ungaran terhitung cepat dibandingkan gunung yang lainnya. Tingginya sekitar 2050 mdpl dan ini cocok untuk pemula.
Kalau mau mendaki gunung memang diperlukan latihan fisik terlebih dahulu. Kemudian belajar tentang pengetahuannya. Selanjutnya bisa mencoba gunung-gunung yang cocok untuk pendaki pemula. contoh gunung ungaran, gunung papandayan, dan gunung prau 😀
Terimakasih kak Rivai telah membagikan pengalamannya naik puncak gunung ungaran via perantunan.
Setelah sudah beberapa kali ke perantunan hanya untuk liburan dan menikmati alam, saya berencana untuk naik gunung ungaran via perantunan
Dan cerita kak Rivai ini telah menambah semangat saya untuk belajar dan mencoba naik ke gunung ungaran, terimakasih
Selamat mendaki mas alex. Semoga pendakiannya menyenangkan dan memberi kesan tersendiri bagi mas alex
Kalau buat pemula rekomen via mawar atau perantunan bang?
Jalur Mawar dan Perantunan relatif bersahabat bagi para pemula. Kalau ingin masuk hutan, dan kebun teh bisa lewat jalur mawar. Kalau ingin menikmati suasana savana bisa melalui jalur perantunan. Yang terpenting siapkan pendakian sebaik mungkin.