Informasi tentang rencana kunjungan Presiden Jokowi ke Tana Tidung sebetulnya sudah kami dengar dari obrolan warga ketika di warung es kelapa muda yang ada di seberang kantor Polsek Sesayap. Warga berbicara tentang persiapan yang dilakukan untuk menyambut kedatangan Presiden Jokowi di Tana Tidung. Setelah aku dengarkan obrolan mereka, aku sadar kalau jadwal kunjungan presiden tidak bersamaan dengan jadwal rencana kami meninggalkan Tana Tidung.
Di hari ke-9 kami sudah menyelesaikan semua data dan laporan yang dibutuhkan. Sesuai dengan rencana, keesokan harinya kami akan kembali ke Kota Tarakan dengan kembali menyusuri Sungai Sesayap. Hari ke-10 pukul 09.00 kami sudah bersiap di dermaga Pelabuhan Tideng Pale, Kabupaten Tana Tidung. Kapal cepat juga sudah tersedia di dermaga. Dengan suara lirih aku mengucap perpisahan dengan kota ini. Rasanya tidak menyangka bisa tinggal di kota ini. Memang tidak lama, tetapi meninggalkan kesan tersendiri.
Semua penumpang dan barang telah dinaikkan ke kapal. Kapal mulai menyusuri Sungai Sesayap dan meninggalkan dermaga pelabuhan. Kapal terus melaju dan akhirnya area pelabuhan dan permukiman warga menghilang dari pandangan kami. Suara mesin kapal yang memekakkan telinga menjadi hal yang biasa bagi kami. Di tengah perjalanan kami bertemu dengan kapal yang berasal dari Kabupaten Malinau. Tujuan kami sama, yaitu Kota Tarakan. Kapal kami mengurangi kecepatan dan memberi kesempatan kapal tersebut untuk melaju terlebih dahulu. Kapal tersebut mulai meninggalkan kami di belakang.
Baca Juga: Menyusuri Sungai Sesayap
Di tengah perjalanan kami melihat kapal tersebut melambat dan kemudian berhenti. Nakhoda mematikan mesin dan melaju lambat mendekati kapal tersebut. Menurut anak buah kapal, kapal tersebut mengalami kehabisan bahan bakar. Anak buah kapal mengambil jerigen yang berisi bahan bakar untuk dibagikan kepada kapal tersebut. Kapal kami ikut berhenti dan memastikan kapal tersebut dalam keadaan baik-baik saja. Saling berbagi bahan bakar ketika berada di sungai menjadi hal yang biasa bagi mereka.
Singgah di Kota Tarakan
Obrolan warga tentang rencana kunjungan Presiden Jokowi di Tana Tidung dan singgah di Kota Tarakan juga terdengar ketika kami baru saja bersandar di Pelabuhan Tarakan. Semua barang sudah diturunkan dari kapal. Ombak tidak sebesar ketika kami berangkat kemarin, tetapi kami tetap harus berhati-hati agar tidak terpeleset. Sebuah mobil menanti kami di pintu keluar pelabuhan. Sebetulnya ada bus gratis yang mengantar penumpang kapal menuju pintu keluar. Namun kami memilih berjalan kaki, meskipun siang itu cuaca Kota Tarakan cukup panas.
Mobil ini akan membawa kami menuju hotel. Rencananya kami akan berada di Kota Tarakan selama tiga hari. Di kota ini kami akan melakukan tes usap PCR sebagai syarat penerbangan. Tidak mudah menemukan rumah sakit atau klinik kesehatan untuk bisa melakukan tes usap PCR sebagai syarat penerbangan dengan jumlah puluhan sampel. Biasanya rumah sakit melakukan tes usap PCR untuk memantau kasus penyebaran virus secara harian. Salah satu rumah sakit bersedia memenuhi permintaan kami dan akan mengirimkan empat tenaga kesehatan untuk pengambilan sampel di hotel tempat kami menginap.
Tes usap PCR dilakukan di sebuah kamar di hotel tempat kami menginap. Dua petugas dengan baju APD bertugas untuk mengambil sampel. Dua petugas lainnya bertugas untuk membantu proses administrasi. Kami menunggu giliran sesuai dengan urutan yang telah dibuat. Di saat menunggu giliran, salah satu temanku meninggalkan ruang dengan muka yang muram. Dia mengeluhkan cara salah satu petugas dalam mengambil sampel lendir di hidungnya. Hal itu menimbulkan rasa sakit dan ketidaknyamanan di hidungnya. Aku pun disuruh untuk menghindari petugas tersebut. Semua sudah mendapatkan giliran. Prosesnya cepat dan beberapa temanku juga merasakan ketidaknyaman pada hidungnya.
Beberapa hari di Kota Tarakan aku menyempatkan datang ke Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan. Letaknya sekitar dua kilometer dari hotel. Aku memilih untuk berjalan kaki. Cuaca siang itu memang panas, tetapi trotoar di kota ini sangat nyaman untuk berjalan kaki. Setelah 30 menit berjalan kaki aku tiba di lokasi konservasi. Selesai membayar tiket masuk, aku langsung menyusuri jembatan kayu yang mengelilingi kawasan ini. Ada kerusakan jembatan kayu di beberapa titik sehingga tidak bisa dilewati.
Baca Juga: Jejak Kaki di Tana Tidung
Bekantan dikenal sebagai binatang yang hidup secara berkelompok. Aku berhasil melihat beberapa kelompok bekantan yang sedang bersantai di batang pohon bakau. Kawasan konservasi ini dekat dengan kawasan pesisir dan jalan utama Kota Tarakan. Aku juga bertemu dengan beberapa temanku yang baru saja tiba dari pasar untuk membeli oleh-oleh. Sedangkan aku tidak berniat untuk membeli oleh-oleh untuk dibawa pulang.
Hasil tes usap PCR menunjukkan hasil negatif atau tidak terdeteksi adanya virus korona pada kami. Keesokan harinya kami akan kembali ke Jakarta dengan transfer di Kota Balikpapan. Cuaca di Kota Tarakan terpantau mendung dan gerimis. Jalanan menuju Bandara Juwata terlihat lengang. Jadwal penerbangan tidak mengalami keterlambatan. Cuaca selama perjalanan cukup cerah dan perjalanan berjalan lancar hingga kami tiba di Bekasi.
*****
Selang empat hari setelah kembali dari Kabupaten Tana Tidung, aku membaca berita tentang kunjungan kerja Presiden Jokowi di Tana Tidung. Kunjungan ini dalam rangka untuk penanaman pohon mangrove bersama warga lokal dan para penggiat lingkungan. Selain itu, beberapa menteri dan duta besar negara sahabat juga mengikuti kegiatan ini. Salah satunya adalah Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ibu Siti Nurbaya Bakar.
Bisa dibilang kami beruntung karena bisa meninggalkan Kabupaten Tana Tidung sebelum kedatangan Presiden Jokowi. Tidak bisa dibayangkan kerumitan yang akan kami hadapi jika rencana pulang kami bersamaan dengan jadwal kunjungan Presiden Jokowi di Tana Tidung. Seluruh sudut kota akan dalam pengamanan yang ketat dan terjadi pengaturan mobilitas warga, termasuk jalur penyeberangan menuju Kota Tarakan. Namun, hal itu tidak pernah terjadi. Namun satu hal yang benar-benar terjadi, aku lebih dahulu datang ke Kabupaten Tana Tidung dibandingkan Presiden Jokowi.
Cerita dari Tana Tidung
Oktober 2021
16 comments
Untung nya selisipan harinya, ya mas kalau nggak bisa”perjalanan jadi terhambat,maklumlah..orang nomor satu
Bedewei hutan mangrove di sana masih banyak bekantannya kah?
Kalau ada agenda kunjungan presiden memang pengamanan sangat ketat. Minimal ada pengalihan arus lalu lintas.
kemarin ada sekitar dua puluh bekantan. ga berani mendekat dan hanya motret yang sedang menyendiri.
Bekatan si icon dufan, hidungnya gede mirip pinokio (pinokio panjang.
Bisa kacau parah kalau saja bertemu rombongan Pejabat apa lagi seperti Presiden Jokowi. Pastinya setiap sudut jalan jadi tempat desak-desakan.
Mas vay, tidak merasa sakit seperti yang lain kah saat pengambilan sampel hidung. Tenaga medisnya kecapean kali ya atau lagi Badmood .
Syukurlah sudah berada di planet Bekasi. Perjalanan yang cukup panjang bagi kami para pembaca.
kalau ada kunjungan pengamanan bakal ketat. Apalagi sekelas presiden dan rombongan. Minimal banyak jalan yang dialihkan. Sedangkan di tana tidung ga banyak jalan yang bisa dilalui
Entah, tapi emang kadang-kadang test pcr sangat tidak nyaman di hidung. 😀
Waw, bisa lihat Bekatan dari jarak sedekat itu di tempat tinggalnya langsung! Takjub aku lihatnya Kak hahaha. Seumur-umur belum pernah lihat Bekatan liar seperti itu, paling pernah lihatnya di Ragunan aja :’)
Aku pikir Kak Rivai ketemu Pak Presiden di Tana Tidung wkwk. Tapi lucu juga ya bisa pas-pas-an gitu, Kakak pulang, Pak Presiden datang.
Itu kamera di zoom. Jadi gamabrnya sedikit pecah. Hidupnya berkelompok dan jaraknya tllu jauh dari kamera. Aku malah ingin lihat yang di alam liar dan dekat sungai. Mereka primata yang jago berenang.
Kalau ketemu malah susah balik. Biasa akan ada pengamanan ketat dan lalu linras dibatasi. Sedangkan jalan di tana tidung tidak banyak dan sempit. Jdi baakal macet parah..heheheh
ngomong2 saya sudah lama tidak pernah naik perahu
Kalau ada kesempatan bisa dicoba untuk naik perahu atau kapal mas
iya nih blm pernah naek perahu lagi, btw pcr jadi kebayang dulu waktu covid pcr itu tidak mengenakkan
perjalanan di masa pandemi memang tidak mengenakan mas. Sekarang sudah lebih nyaman kalau mau melakukan perjalanan
aku sempet bingung, kok masih ada tes PCR >__< ternyata di akhir baru ketahuan ini perjalanan di tahun 2021. anyway orang tuaku lagi penempatan di tanjung selor, kalau ga salah harus ke tarakan dulu juga kalo mau ke jakarta.
iyaa kak Lina, beberapa ceritaku memang terjadi di beberapa tahun yang lalu.
Benar, tanjung selor juga bisa melalui tarakan terlebih dahulu. Kemudian berlanjut ke jakarta.
Dari dulu penasaran pengen nginjakin kaki ke Konservasi Mangrove dan Bekantan ini, apalagi bisa liat langsung. Bakal jadi memori yang indah pastinya
Senja di Kota Tarakan bagus juga, pusat kotanya dekat dengan laut ya, mirip kayak Banyuwangi
Semoga bisa ke tarakan dan melihat bekantan di kawasan konservasi. Lokasinya dekat kota dan di pesisir sungai.
Tarakan itu berupa pulau. Jadi dikelilingi oleh lautan. ada pantai yang katanya sangat bagus tapi aku ga sempat untuk berkunjung ke sana 😀
Presiden Jokowi juga sangat popular di Malaysia..namanya selalu jadi sebutan warga di sini
Presiden Jokowi memamg jadi kepala negara yang populer di kawasan asia tenggara