868
Biasanya kalo minggu pagi pergi ke Car Free Day (CFD) atau jogging. Namun, minggu pagi kemarin aku malah diculik sama Om Sony dan Ache ke sebuah pasar. Mesti bakal diculik ke pasar murah atau pasar tumpah. Namun, ternyata perkiraanku salah. Aku malah diajak ngluyur ke Pasar Papringan. Mereka berkonspirasi sama Mauren dan Deta (si empunya kulkasgendong.com), duo dari Telusuri. Jadilah kita berdelapan orang, termasuk Radhit, Lana, dan Onyong pergi ke Pasar Papringan.
Pasar Papringan digelar di sebuah kebun bambu di Dusun Kelingan, Desa Caruban, Kandangan, Kabupaten Temanggung. Pasar Papringan pertama kali digelar pada Minggu Wage, tanggal 10 Januari 2016. Digelar setiap hari Minggu Wage, atau setiap 35 hari sekali. Mulai dari pukul 06:00 hingga 12:00. Penggagas Pasar Papringan adalah Bapak Singgih S. Kartono. Beliau juga pendiri komunitas Spedagi (Sepeda Pagi). Pasar Papringan mengusung konsep Culinary, Crafts, dan Agriculture. Banyak keunikan yang bisa ditemui ketika kita datang ke Pasar Papringan.
Setiap Minggu Wage
Pasar Papringan hanya digelar setiap Minggu Wage, atau setiap 35 hari. Pasar Papringan yang digelar pada tanggal 16 Oktober 2016 merupakan Pasar Papringan #8. Bagiku ini sangat unik, aku harus menunggu selama 35 hari untuk bisa berkunjung kesana lagi. Seperti kata pepatah, selalu ada rindu ketika kita menunggu. Selang waktu selama 35 hari juga bisa digunakan panitia untuk membuat konsep acara yang beda di setiap gelaran Pasar Papringan. Bakal selalu ada yang baru di Pasar Papringan.
Koin Bambu Sebagai Alat Pembayaran
Ketika mengunjungi Pasar Papringan, pengunjung harus menukarkan uang mereka dengan koin bambu atau pring yang berfungsi sebagai alat pembayaran selama di Pasar Papringan. Nominal uang kayu ini dimulai dari nominal 1 Pring hingga 50 Pring. 1 Pring = Rp 1.000. Koin Bambu terbuat dari kayu yang bergambar logo Pasar Papringan dan nominal uang tersebut. Disediakan beberapa tempat penukaran Koin Bambu. Koin Bambu tersebut nanti bisa ditukarkan kembali dengan uang Rupiah.
Kulineran
Di Pasar Papringan, kita bisa menemukan berbagai makanan atau jajanan pasar yang unik atau khas. Seperti getuk, cenil, cetot, singkong goreng, bubur, ketan, klepon, cincau, pecel dan kupat tahu. Beberapa memang amsih bisa aku temui di beberapa pasar di Semarang, namun makan jajanan ini di pasar Papringan ada sensasi tersendiri. Suasana desa dan kebun bambu membuat jajanan ini terasa lebih nikmat.
Makanan dan jajanan yang dijajakan di Pasar Papringan bebas dari MSG, pewarna, dan pemanis buatan. Bahkan, di pasar ini penggunaan plastik ditolak, para pedagang menggunakan bahan yang ramah lingkungan. Seperti batok, piring lidi atau daun pisang, daun jati, kertas, dll.
Setelah kenyang makan, aku memesan secangkir kopi di sebuah lapak kopi. Ada tiga macam kopi yang siap disajikan, yaitu kopi robusta Kelingan, Balun, Rowo Seneng, Gesing dan Kopi Arabica Sumbing. Disediakan gula bagi kalian yang ga suka kopi pahit. Harga makanan dan minuman di Pasar Papringan sangat murah. Jangan lupa bayarnya pakai koin bambu yaa.
Barang Kerajinan dan Hasil Kebun atau Pertanian
Di Pasar Papringan ini banyak penjual yang menjual barang kerajinan dan hasil pertanian. Barang kerajinan yang dijual juga sangat unik dan rata-rata terbuat dari kayu. Seperti sepeda kayu, radio kayu, keranjang, tempat sampah kayu, dan kain batik khas temanggung. Barang yang dijual dijamin berkualitas. Apalagi sepeda kayu ini juga udah melanglang buana. Kalian bisa cek di spedagi.org.
Selain barang kerajinan, ada warga yang menjual hasil kebun dan pertanian, seperti pisang dan singkong, Bahkan ada warga yang menjual pestisida alami untuk tanaman. Bahan pestisida terbuat dari bahan-bahan alami dan sudah terbukti ampuh untuk membunuh hama dan membantu pertumbuhan sebuah tanaman. Teknik menanam secara vertical culture juga ditampilkan di stan yang sama. Mereka dengan senang hati akan berbagi pengetahuan ilmu dan pengalaman tentang pertanian.
Dolanan Bocah
Di salah satu sudut pasar, terlihat beberapa anak-anak sedang bermain. Mereka terlihat bersemangat dan ceria. Bener banget, mereka sedang bermainan permainan tradisional. Beberapa relawan menyediakan berbagai permainan tradisional, seperti enggrang, bakiak, dan tali batok. Cukup dengan membayar sebesar 1 Pring (RP 1.000) pengunjung bisa mencoba permainan ini sepuasnya sekaligus mengulang memoar masa kecil dan melestarikan permainan tradisional.
Kini, Pasar Papringan telah dikenal oleh masyarakat luar daerah. Tentu saja menjadi hal yang sangat positif untuk perkembangan sebuah dusun. Sebuah kebun bambu berhasil disulap menjadi sebuah ruang bertemu dan saling memberi manfaat. Pasar Papringan bisa menjadi sebuah inspirasi bagi dusun-dusun lainnya untuk mengembangkan potensi yang ada di dusun mereka dan memberikan manfaat kepada warga dusun.
Selama berada di Pasar Papringan jangan segan-segan untuk membelanjakan uang kalian. Karena dengan begitu, kalian telah membantu perkembangan dusun Kelingan dan keberlanjutan Pasar Papringan. Jangan lupa untuk memberikan kabar baik ini kepada orang-orang yang kalian kenal untuk berkunjung ke Pasar Papringan. Semoga Pasar Papringan tidak hanya menjadi sebuah pasar atau tempat bertransaksi, namun juga menjadi ruang interaksi antara manusia, alam, sosial dan budaya.
Sampai jumpa di Pasar Papringan #9, pada tanggal 20 November 2016
Pasar Papringan
Setiap Minggu Wage
Pukul 06:00-12:00
Dusun Kelingan, Desa Caruban, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung.
Kontak: 0823-5010-8393
Facebook: Pasar Papringan
Instagram: @desapapringan
Email: pasarpapringan@spedagi.org
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Visit Jawa Tengah 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah @VisitJawaTengah
23 comments
Eh busyet 35 hari sekali, niat banget yaaa tapi yang macam ini mesti di lestarikan
serunya itu om…kalo seminggu sekali mungkin bisa bosen jga 😀
minggu wage depan kudu kesini ah :3
wahhh keren! koinnya bisa tuh buat barang koleksi..
hehehe..
seru ini tapi sayang adanya cuma 35 hari sekali
http://www.travellingaddict.com
tanggal 20 November 2016 yaa mas Jo 😀
iyaa mbak indah…ada koin 1,5,10,20, dan 50 😀
uni banget mas dandy, mesti kesana 😀
mungkin biar menjadi lebih unik mas budy
wah seru bayarnya pake tukar uang gt mas. berasa main di timezone. Aku baru tahu mas ada pasar ginian kayaknya di Sby ginian ga ada deh.
iyaa seru banget…ini udah seri ke-8..bulan depan ke-9..mungkin sekitar surabaya kali..hehhee
Itu pasar bukanya tiap hari minggu wage aja gan? Apa hari2 biasa juga buka?
buka cuma pas minggu wage aja…setiap 35 hari sekali
pasanrya unik tradisonal tp diusung kekinian
dan tetap mengangkat tema ramah lingkungan 😀
Wah, enak Kalo diculik kek gitu. Aku juga mau.. Btw, Kalo disini ada sistem kek gitu tapi pake nya kupon. Jadi duitnya ditukar kupon, terus baru bisa transaksi. Biasanya adanya pas bazar..#samanggakya?
mungkin sistemnya yang sama, menggunakan mata uang tersendiri sebagai proses pembayaran.
kalo menurutku, itu hal yg unik 😀
mungkin sistemnya yang sama, menggunakan mata uang tersendiri sebagai proses pembayaran.
kalo menurutku, itu hal yg unik 😀
Iya, jadinya unik. Nggak biasa 😀
Weh, Unik sekali pasarnya.
ide yang baik untuk menarik wisatawan
Kereen Pasar Papringan… Di Lombok jg ada namanya Pasar Pancingan…buka stiap hari Minggu. Bisa dicek di lazwardyjournal.com Jngn lupa mampir… 🙂
ini nih yang bikin aku penasaran pengen datengin langsung, tapi belum keturutan
apa sekarang masih ada ya?
soalnya lama juga nggak denger beritanya di timeline
Selama pandemi, pasar papringan ditiadakan kak. Entah kapan lagi akan dibuka