Bersantai di Pantai (Bagian 2-Habis)

by Rivai Hidayat
Pantai Klayar, Kami Menyapamu!!
Menikmati suasana pantai Sadranan di pagi hari telah usai. Saatnya kita melanjutkan perjalanan ke pantai Klayar di Pacitan. Tepat pukul 08.00 kita memulai perjalanan ke Pacitan. Perjalanan masih jauh, kira-kira 2 jam perjalanan. Katanya begitu, soalnya diantara kita belum pernah ada yang ke Pacitan melalui Gunung Kidul. Perjalanan dimulai dari Gunung Kidul  menuju Wonogiri kemudian dilanjutkan ke Pacitan. Aku berada di barisan terdepan di antara rombongan. Awal perjalanan kita melewati aspal yang mulus. Namun, setelah itu jalanan yang dilalui kurang bagus. Banyak aspal yang terkelupas. Entah kapan jalanan ini terakhir diperbaiki. Kami harus berhati-hati melewati jalanan itu. Perjalanan terasa sangat jauh. Sepertinya kita melewati jalan yang salah.
Pantai Klayar, Pacitan

Selama perjalanan kita hanya mengikuti petunjuk yang ada di jalan dan tentunya tidak lupa untuk bertanya kepada penduduk sekitar. Kita semua sempat frustasi dan berpikir untuk tidak melanjutkan perjalanan ini. Karena kita penasaran dengan keindahan pantai Klayar akhirnya kita tetap melanjutkan perjalanan. Selama perjalanan kita juga mulai merasa kelaparan,maklum karena sejak pagi kita belum makan nasi. Kita hanya makan makanan kecil saja. Siang itu aku merasa sangat kesal, perjalanan jauh, tak tahu jalan dan dalam kondisi lapar pula. Ternyata hal itu juga dirasakan oleh teman lainnya. Jalanan sepanjang Gunung Kidul-Pacitan tak terlalu ramai. Hal ini bisa dimaklumi karena ini jalan alternatif, bukan jalan nasional. Selamaa perjalanan kita disuguhkan oleh hijaunya sawah, rimbunnya pepohonan dan jajaran pegunungan karst. Akhirnya sekitar pukul 11.45 kita sampai di pertigaan menuju pantai Klayar. Sudah ada papan petunjuk, berarti sebentar lagi kita sampai pantai Klayar. Kira-kira perjalanan kurang 1,5Km lagi. Sebelum melanjutkan perjalanan, kita memyempatkan diri untuk makan terlebih dahulu, perut sudah terasa lapar.


Pukul 12.30 kita melanjutkan perjalanan lagi. Kita harus lebih berhati-hati karena kita sering berpapasan dengan truck pembawa batu yang menuju pantai Klayar. Menurut informasi yang didapat, pada tanggal 15 Oktober 2013, Presiden SBY akan mengunjungi pantai Klayar. Jadi semuanya dipersiapkan untuk menyambut Sang Kepala Negara. Termasuk banyaknya anggota TNI yang berjaga di sekitar lokasi. Jalanan menuju pantai juga mulai mulus. Setelah perjalanan 20 menit, akhirnya kita sampai di pantai Klayar. Woow….it’s amazing !!!menuju pantai juga mulai mulus. Setelah perjalanan 20 menit, akhirnya kita sampai di pantai Klayar. Woow….it’s amazing !!!

Pantai Klayar sangat indah. Luar biasa adalah kata yang tepat untuk menggambarkan keindahan pantai Klayar. Perjalanan jauh yang kita lewati tidak sia-sia. Karena kita telah disapa oleh deburan ombak dan tebing batuan pantai Klayar. Jajaran pohon kelapa juga tak lupa menyambut kami. Siang itu suasana pantai cukup panas dan ramai. Namun hal itu tidak mengurangi niat kita untuk menikmati pantai. Pantai Klayar memiliki ombak yang sangat besar, sehingga pengunjung tidak diperbolehkan untuk berenang.  Kita mencari gazebo terlebih dahulu untuk meletakkan barang bawaan kita. Waktunya untuk bernasis ria. Yaa kita tidak lupa untuk foto-foto dengan memanfaatkan keindahan pantai Klayar. Kita mulai berpindah tempat menuju ke Seruling Samudera.
Mas Te, Vandy, Aku, Singgih, dan Uchup di Pantai Klayar

Superman di pantai Klayar
Seruling Samudera merupakan merupakan cekungan yang ada di bawah batuan yang ada di pantai Klayar. Karena cekungan tersebut air laut masuk ke dalam cekungan, kemudian air menyembur keatas permukaan melalui sela-sela yang ada di batuan. Dari semburan tersebut akan menghasilkan bunyi yang menyerupai bunyi seruling. Kata samudera sendiri dipakai karena air laut yang ada pantai Klayar langsung berasal dari Samudera Hindia. Kuatnya semburan air tergantung ombak yang mengalir di bawah batuan. Kita sangat menikmati Seruling Samudera. Sungguh luar biasa keunikan yang ada di pantai ini. Selain itu, di dekat seruling samudera juga terdapat tebing-tebing tinggi. Jika dilihat dari jauh, tebing-tebing ini menyerupai pataung Spinx yang ada di Mesir. Kita bisa naik keatas tebing, namun disarankan untuk berhati-hati karena tebing sangat curam. Hari pun mulai menjelang sore. Saatnya untuk bermain ombak pantai. Ombak sangat besar, sehingga kita hanya bermain air di pinggiran pantai.
Seruling Samudera
Semuanya bermain air, kecuali aku. Aku sengaja tidak bermain air karena ribet kalo disuruh untuk berganti pakaian. Aku pun hanya melihat teman-teman bermain air. Tentu saja tidak lupa sambil memotret segala aktivitas mereka. Deburan ombak sore itu sangat besar. Tidak jarang beberapa teman juga sempet terseret ombak. Namun mereka juga telah diselamatkan oleh yang lain. Para penjaga pantai juga sering memperingatkan kita untuk lebih berhati-hati. Teman- teman tetap melanjutkan aktivitas mereka bermain air. Mereka sangat senang sekali seperti anak-anak yang yang bermain di pinggir pantai. Sejenak melupakan kesibukan dan rutinitas serta permasalahan yang mereka hadapi tiap hari. Meluapkan segala kebahagian yang ada di dalam diri mereka. Aku pun merasa senang dengan perasaan yang diluapkan oleh teman-teman. Nikmatilah kawan selagi kau bisa menikmati ini semua. Aku pun berusaha untuk mengabadikan ekspresi kebahagian mereka dalam bidikan kamera.
Menikmati deburan ombak di Pantai Klayar

Aku, kalian dan pantai Klayar
Senja di Pantai Banyu Tibo
Hari semakin sore, suasana semakin ramai. Sebagian dari kita sedang berdiskusi untuk melanjutkan perjalanan menuju pantai selanjutnya, yaitu pantai Banyu Tibo. Sebetulnya aku enggan untuk meninggalkan pantai Klayar. Aku masih ingin menikmati suasana senja di pantai Klayar. Akhirnya perjalanan dilanjutkan menuju pantai Banyu Tibo. Waktu yang diperlukan untuk kesana adalah 20 menit perjalanan melewati jalan yang sama ketika berangkat. Sebelum pergi tak lupa aku mengucapkan salam kepada pantai Klayar. Aku berjanji akan kembali lagi mengunjungimu suatu saat nanti. Tanpa membersihkan badan, kita langsung meluncur ke pantai Banyu Tibo. Awalnya kelompok terbagi menjadi dua. Kelompok pertama menancap gas secara kencang sehingga kelompok kedua tertinggal. Aku pun termasuk dalam kelompok kedua. Akhirnya kita sampai di pertigaan menuju pantai. Kita memasuki area pantai secara bersamaan. Masih sekitar 700 meter lagi untuk mencapai pantai. Jalanan yang kita lewati sangat sepi. Cuma jalanan setapak yang cukup untuk satu mobil. Kita harus berhati-hati melewati jalanan ini. Setelah melewati jalanan yang rusak, akhirnya kita sampai di pantai.
Pantai Banyu Tibo, Pacitan
Awalnya aku ragu karena tidak ada pantai disana. Yang ada hanya tebing-tebing tinggi dan beberapa orang yang memancing dari tebing. Setelah melihat-lihat daerah sekitar, ternyata pantai berada dibawah tebing. Tebing itu dialiri oleh air yang mengalir ke pantai sehingga seolah-olah pantai berada di bawah air terjun. Sangat keren pemandangannya air terjun dan pantai itu. Maka tidak salah kalau nama pantai tersebut pantai Banyu Tibo (Banyu= Air, Tibo= jatuh). Panjang bibir pantai sangat pendek, hanya beberapa meter saja. Kebetulan sore itu deburan ombak sangat tinggi, sehingga sangat tidak disarankan untuk turun kebawah. Apalagi untuk turun diperlukan peralatan panjat tebing. Tidak ada yang turun ke bawah. Beberapa teman-teman memilih untuk membersihkan badan karena tadi ketika di pantai Klayar mereka tidak sempat membersihkan badan. Akhirnya kita hanya menikmati laut dari atas tebing. Beberapa dari kami juga berfoto-foto dengan para nelayan yang sedang memancing.
Kita sedang berada di tebing Pantai Banyu Tibo
Hari semakin beranjak sore, dan senja pun mulai menyapa kami. Hai senja, sore ini aku bisa menyapamu di tempat baru. Di tempat yang baru pertama kali aku kunjungi. Tempat yang tak pernah aku pikirkan sebelumnya. Walau di tempat baru, cahaya temaranmu tak pernah berganti. Selalu saja menyejukkan hati ini. Cahayamu tak menyilaukan mata ini, justru cahayamu selalu memanjakan mata ini. Sejenak menikmati lukisan alam diatas langit karya Sang Pencipta. Sejenak suasana menjadi tenang, seolah-olah mereka menjadi patung dan menikmati senja di sore itu. Wahai senja, cahayamu selalu kau bagikan kepada para penikmatmu. Aku ingin sepertimu, selalu berusaha untuk berbagi tempat menikati senja dengan orang-orang sekitarku. Wahai kau senja, cahaya temaranmu telah mempererat persahabatan diatara kami. terima kasih senja. Sang senja pun mulai beranjak pergi, kegelapan malam mulai menyapa. Andai aku punya kuasa, aku ingin menambah waktumu agar kau bisa menyapa kami lebih lama. Namun aku hanyalah manusia biasa, yang takkan pernah punya kuasa atas itu semua. Senja, saatnya kita berpisah. Semoga aku diberi kesempatan untuk menikmatimu di setiap sore. 

Senja di Pantai Banyu Tibo, Pacitan

Hari beranjak malam. Kita semua bersiap-siap pulang. Sebelum pulang kita sempatkan untuk melaksanakan sholat mahgrib terlebih dahulu di mushola yang ada di pertigaan menuju pantai Banyu Tibo. Setelah semuanya selesai, kita melanjutkan perjalanan pulang. Perjalanan pulang melewati jalan yang sama ketika berangkat. Namun kita tidak melewati Gunung Kidul lagi, melainkan dari Pacitan mengarah ke Wonogiri kemudian dilanjutkan menuju Solo. Dari Solo langsung ke Semarang. Sekitar pukul 19.30 kita melanjutkan perjalanan pulang. Selama perjalanan kita memacu motor lebih kencang agar tidak sampai malam jika sampai Semarang. Beberapa kali dalam perjalanan kita berhenti terlebih dahulu untuk memastikan tidak ada yang tertinggal dalam rombongan, termasuk ketika kita mengatur boncengan. Hal itu dilakukan karena Mimi tertidur ketika naik motor. Akhirnya Mimi bonceng ke motorku sambil diikat ke tas aku. Tak lama kemudian kita melanjutkan perjalanan. Namun tak berapa lama kelompok malah terbagi menjadi dua. Tim kedua salah memasuki jalan. Aku yang berada di urutan paling depan tak mengetahuinya. Karena aku hanya melihat siapa saja yang berada di barisan belakangku. Aku baru tau setelah dikabari temanku yang ada di belakang sendiri. Kita berhenti sejenak untuk membicarakanya masalah ini. Kita mencoba untuk menghubungi kelompok kedua. Mereka bisa dihubungi dan kita putuskan untuk bertemu di perempatan kabupaten Wonogiri. Akhirnya kita sampai disana terlebih dahulu. Akhirnya kita istirahat sambil menunggu kelompok kedua datang. Setelah 20 menit menunggu, akhirnya kelompok kedua datang dari arah yang berbeda dengan kita. Maklum mereka salah pilih jalan. Akhirnya kita istirahat dan mendengarkan cerita tentang yang terjadi selama kesasar tadi.

Ternyata tadi mereka kesasar gegara mahkluk lain. Iyaa seolah-olah mereka mengikuti motor lain yang dikira motor anggota kami. Akhirnya motor itu diikuti dan menghilang entah kemana. Selama perjalanan itu, mereka juga kedatangan “anggota” baru yang tergabung dalam rombongan. Karena merasa aneh, mereka berhenti dan “anggota tersebut meluncur pergi entah kemana. Sempat ingin dikejar namun keburu hilang ditelan kegelapan malam. Akhirnya rombongan kedua kembali ke jalan yang benar. Sesuai dengan jalan yang dilewati. Selama perjalanan itu, motor yang dikendarai Vandy juga beberapa kali mogok. Sampai ketemu motornya juga masih mogok. Awalnya kita akan sekalian makan malam, namun ternyata porsi yang ada di warung tidak cukup untuk kita semua. Diputuskan kita tetap melanjutkan perjalanan. Karena motor masih mogok, dengan berat hati si Vandy dan motornya ditinggal di pom bensin dekat perempatan kabupaten Wonogiri.

Malam itu sekitar pukul 22.00 kita melanjutkan perjalanan menuju kota Wonogiri. Malam itu jalanan sepi sekali. Hanya beberapa kendaraan hilir mudik. Kita tetap memacu kendaraan kita dengan kecepatan standar dan yang terpenting tak ada anggota lain yang tertinggal lagi. Aku pun tetap tenang sambil memboncengkan mimi yang terkadang terlelap dalam tidurnya. Sepanjang perjalanan kita melewati pegunungan karst yang terbentang dari Gunung Kidul, Wonogiri hingga Pacitan. Sekitar pukul 23..15 kita telah sampai di kota Wonogiri. Akhirnya kita mencari makan terlebih dahulu. Perut ini sudah tak kuat untuk menahan lapar lagi. Malam itu kita makan penyetan. Kita terbagi dalam dua tempat. Karena satu tempat taku cukup menampung kita semua. Malam itu aku makan ayam goreng. Cukup lezat untuk mengisi perut ini. Setelah makan kita membicarakan rencana selanjutnya. Mau melanjutkan perjalanan atau istirahat dan tidur di pom bensin. Akhirnya kita putuskan untuk istirahat dan melanjutkan perjalanan di keesokan harinya. Hal itu wajar, karena beberapa anggota terlihat kelelahan dan tidak bisa melanjutkan perjalanan. Namun ada yang tetap melanjutkan perjalanan, yaitu Ari, Giska, Adit, Imam, dan Ari (temannya Imam). Akhirnya kita mendapatkan pom bensin yang dekat dengan tempat makan. Namun rombongan terpisah lagi. Rombongan lain menginap di pom bensin yang lainnya. Malam itu aku menginap bersama Mimi, Icha, Mas Te, Ahmed, Mbak Ida, Laili, dan Rusli. Sedangakan Putro, Rara, Capung, Anisa, Tebeh dan Ade menginap di pom bensin lainnya. Sedangkan Singgih, Ucup, Adnan, dan Mbak Aat tetap melanjutkan perjalanan pulang ke Semarang. Sebelum menginap, kita meminta ijin untuk menginap kepada satpam pom bensin. Kita diijinkan untuk menginap. Akhirnya kamu istirahat. Dan melanjutkan perjalanan di keesokan harinya.
Ini lagi di Wonogiri, bersiap-siap untuk perjalanan pulang ke Semarang

Sarapan Nasi Liwet, Pecel di kawasan Manahan Solo
Waktu terus berlalu, tak teras waktu telah menunjukkan pukul 04.00 pagi. Kita pun terbangun dan mulai melaksanakan ibadah sholat subuh. Setelah itu kita bersantai di sekitar pom bensin. Tidak lupa kami juga berkoordinasi dengan rombongan lain untuk pulang ke Semarang secara bersama-sama. Beberapa teman juga ada yang menyempatkan diri untuk ke kamar mandi dulu. Pukul 05.30 kita menyusul rombongan lain. Pom bensin mereka tak terlalu jauh dari pom bensin tempat kita menginap. Akhirnya tepat pukul 06.00 pagi kita memulai perjalanan ke Semarang. Tapi sebelumnya kita akan melewati Solo. Sepanjang perjalanan jalur yang kita lewati sangat lancar. Pemandangan pegunungan karst masih stia menemani perjalanan kita. Sekitar pukul 08.00 kita sampai di kota Solo. sesampainya disana kita langsung menuju ke kawasan Manahan untuk mencari sarapan. Pagi itu kita memilih menu sarapan nasi liwet. Nasi liwet merupakan masakan khas kota Solo. Setelah sarapan, kita melanjutkan perjalanan. Selain itu kita juga berpamitan dengan Agi dan Rara. Mereka berdua melanjutkan perjalanan menuju Jogja. Kemudian Rara melanjutkan perjalanan balik ke kota asalnya, yaitu Bandung. Sedangkan Agi akan menuju Kebumen. Perjalanan dari Solo menuju Semarang berjalan lancar, karena jalanan lancar. Beberapa kali kita juga berhenti untuk sekedar istirahat atau menunggu teman yang ketinggalan. Akhirnya, tepat siang hari kita telah sampai di kota Semarang dengan selamat. 

You may also like

0 comment

christina anggreani October 31, 2013 - 2:57 am

Wahai kau senja, cahaya temaranmu telah mempererat persahabatan diatara kami. terima kasih senja. Sang senja pun mulai beranjak pergi, kegelapan malam mulai menyapa.

aih suka ini deh… pantainya keren kali… ayok dong ajak lah aku.. ahhaha >.<
anggota barunya ga sopan banget yakk.. ahhahaha… seru perjalanan kamu ini.. dan pantainya indah seklai.. *ngilerrr

Reply
maisyaroh aprilia October 31, 2013 - 3:31 am

This comment has been removed by the author.

Reply
maisyaroh aprilia October 31, 2013 - 3:32 am

kak ayo ke jogja or ke semarang
ntar aku ajakin ke pantai ini deh
kita ngecamp disana
seru lho, aku dah 2 kali kesana

Reply
Kuspriyatna Cuz October 31, 2013 - 3:39 am

Mantab mas.blognya…

Reply
Rivai Hidayat November 6, 2013 - 7:46 am

ayo maek ke semarang..ntar bisa ke gunung kidul atau mungkin ke pacitan skalian…kita camping ceria…hahhaha

Reply
Rivai Hidayat November 6, 2013 - 7:47 am

makasih lho mas kuskus sudah mampir 😀

Reply
Rivai Hidayat November 6, 2013 - 7:48 am

kalo buat christina jangan sampe batal lagi lho :p

Reply

Leave a Comment