Walking Tour: Menyusuri Kampung Kauman

by Rivai Hidayat
Heei good people, kalau musim penghujan seperti sekarang ini, Kota Semarang mendadak menjadi kota yang sangat sejuk. Berbeda dengan biasanya yang panas. Kalau musim hujan gini, pagi hari di Semarang biasanya cerah dan menjelang sore hujan mulai turun hingga malam hari. Pernah beberapa kali kota Semarang mulai diguyur hujan dari pagi hingga malam hari. Namun tidak jarang pagi hari Kota Semarang hanya diselimuti awan mendung nan sejuk. Jika cuaca sudah seperti ini, salah satu hal seru yang bisa dilakukan adalah jalan-jalan keliling Kota Semarang. Seperti biasanya, aku dan teman-teman dari Bersukaria akan walking tour. Pagi ini walking tour dengan rute Kampung Kauman.

Perkenalan sebelum walking tour


Pagi ini kami berkumpul di depan Hotel Dibya Puri. Hotel Dibya Puri merupakan salah satu bangunan cagar budaya di Kota Semarang. Hotel Dibya Puri dulunya bernama Hotel Du Pavillon yang dibangun pada tahun 1847. Pada tahun 1913, hotel ini direnovasi untuk menyambut pameran Koloniale Tentoonstelling pada tahun 1914 di Kota Semarang. Pameran yang dianggap terbesar di Asia Tenggara pada saat itu. Hotel Du Pavillion terletak di Jalan Raya Pos (Jalan Pemuda/ Jalan Bodjong) dan merupakan wilayah yang sangat strategis dan dekat dengan pusat bisnis kawasan Kota Lama, Stasiun Semarang Tawang, Stasiun Semarang Poncol, kantor pos Johar, dan Alun-alun Kota Semarang. Meskipun merupakan bangunan cagar budaya, Hotel Dibya Puri sudah tidak digunakan lagi. Terlihat sepi dengan berbagai kerusakan di berbagai sudut bangunan. Rapuh termakan usia.
Baca Juga: Walking Tour: Sepotong Cerita Dari Kawasan Candi Baroe, Semarang 

Hotel Dibya Puri
Area yang dahulu merupakan alun-alun Kota Semarang

Kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju Masjid Agung Semarang atau yang lebih dikenal dengan Masjid Kauman. Kata Kauman diambil dari kata Kaum Aman, yang berarti tempat para alim ulama. Oleh karena itu, di sekitar Masjid Kauman terdapat beberapa pondok pesantren. Di sebelah utara Masjid Kauman dahulunya merupakan alun-alun Kota Semarang. Di sekitar alun-alun Kota Semarang dulunya terdapat kantor pemerintahan, masjid besar, pasar, dan penjara. Sama seperti konsep alun-alun yang ada di Pulau Jawa. Namun, kini alun-alun Kota Semarang sudah berubah menjadi pusat perdagangan, hotel, dan gedung perkantoran. Kata Mas Ardhi, guide dari Bersukaria, bahwa alun-alun berbentuk trapesium. Hal itu dikarenakan adanya pembangunan Jalan Raya Pos Daendels yang memotong sebagian kawasan alun-alun.

Masjid Kauman

Masjid Kauman dibangun pertama kali pada tahun 1743, 10 tahun lebih tua dari bangunan pertama di kawasan Kota Lama, Gereja Blenduk. Awalnya Masjid Agung Semarang atau Masjid Kauman terletak di daerah Pademaran, sisi timur Pasar Johar. Pada tahun 1740 terjadi sebuah peristiwa Geger Pecinan dan masjid mengalami kebakaran. Akhirnya masjid dipindahkan di tempat masjid yang sekarang. Masjid Kauman menjadi satu-satunya masjid di Indonesia yang mengumumkan peristiwa kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Dr. Agus, tokoh yang mengabarkan kemerdekaan Republik Indonesia, menyiarkan berita proklamasi melalui pengeras suara Masjid Kauman. Karena peristiwa tersebut,  dr. Agus diburu dan akhirnya meninggal dibunuh oleh tentara Jepang.

Gapura Masjid Kauman
Digantung di gang-gang Kauman


Salah satu yang unik dari Masjid Kauman adalah di dalamnya memiliki 36 pilar yang masih asli dan atap masjid berbentuk tumpang sari. Selain itu, gapura depan masjid juga merupakan bangunan asli. Di gapura ini juga tertulis plakat yang ditulis dalam empat bahasa, bahasa Arab, Melayu, Jawa, dan Belanda. Dahulu setiap menjelang bulan Ramadhan, di Masjid Kauman selalu diadakan festival dugderan. Dugderan sendiri berasal dari kata “Dug” yang berarti suara bedug dan “Der” yang berarti suara meriam. Dugderan digunakan sebagai penanda untuk memasuki bulan Ramadhan. Dugderan sudah dilaksanakan sejak tahun 1881 pada masa pemerintahan KRMT Purbaningrat.

Baca Juga: 11 Hal Ini Bisa Kamu Temui di Pasar Karetan

Atap salah satu rumah di Kauman
Jalan yang ada di Kampung Kauman

Di sekitar Masjid Kauman terdapat beberapa gang kecil. Gang-gang kecil memiliki nama yang menggambarkan aktivitas masyarakat atau keadaan di gang tersebut. Seperti gang Kepatehan yang berarti bahwa di daerah tersebut dahulunya terdapat warga yang memproduksi teh. Kemudian ada gang Butulan yang berarti di gang ini terdapat jalan tembus (butul). Kemudian ada Gang Krendo yang berasal dari kata krendo (keranda), yang menunjukkan bahwa dulunya tempat ini merupakan tempat untuk menyimpan keranda jenazah. Di Kampung Kauman sendiri memiliki banyak gang-gang kecil yang masih terhubung

Aktivitas warga

Kami mulai masuk keluar gang-gang sempit yang ada di Kauman. Selama perjalanan aku bisa melihat berbagai aktivitas warga. Selain itu, di Kampung Kauman masih bisa ada beberapa rumah dengan desain kuno. Rumah-rumah itu masih berdiri dengan kokoh dan terawat dengan baik. Kampung Kauman dihuni dari berbagai etnis. Tidak hanya etnis pribumi, Arab. Namun juga etnis Melayu dan Tionghoa. Kampung Kauman telah berkembang tidak hanya dalam keagamaan, namun juga bisnis. Letaknya yang strategis dengan sejumlah pasar membuat sebagian besar warganya membuka toko, kios atau berjualan di pasar. Di sekitar gang yang tidak terlalu jauh dari Masjid Kauman terdapat sebuah warung lumpia yang terkenal di Kota Semarang dan telah diturunkan ke beberapa generasi. Lumpia itu merupakan salah satu makanan hasil akulturasi budaya antara etnis Tinghoa dan Jawa.
Baca Juga: Jejak Kejayaan Oei Tiong Ham: Raja Gula dari Semarang

Loenpia Mbak Lien

Perjalanan kami lanjutkan menuju beberapa lokasi yang dulunya merupakan kantor pemerintahan kota dan bekas gedung bioskop. Kemudian menuju bekas bangunan Pasar Johar yang tampak mengenaskan karena peristiwa kebakaran dua tahun yang lalu. Kerangka bangunan masih dilihat dengan jelas, termasuk tiang-tiang jamur yang menjadi ikon Pasar Johar. Kami tak memasuki area bekas bangunan karena untuk menghindari hal-hal yang tidak diingikan. Termasuk memberikan “uang keamanan” pada oknum-oknum warga yang tidak bertanggung jawab. Kisah-kisah manis tentang Pasar Johar hanyalah tinggal sebuah cerita dan kenangan dari sebuah pasar, yang pernah menjadi pasar terbesar di Asia Tenggara.

Bekas gedung bioskop Kanjengan
Bekas Pasar Johar (foto by @bersukariawalk)

Setelah dari Pasar Johar, kami mulai menyusuri gang sempit di Pasar Ikan Hias. Ini pengalaman pertamaku memasuki area Pasar Ikan Hias. Kami tidak sedang membeli ikan hias yang akan ditaruh di akuarium, namun untuk melihat sebuah bekas bangunan yang berada di ujung pasar. Faberik Hygeia, begitulah sebuah tulisan yang masih terlihat jelas di sebuah dinding gedung yang tampak kusam dan tua. Gedung ini dulunya merupakan sebuah pabrik air minum kemasan dengan merk Hygeia. Pabrik Hygeia didirikan oleh Hendrik Freerk Tillema. Selain air minum kemasan, Pabrik Hygeia juga memproduksi minuman bersoda. Nama Hygeia diambil dari cerita mitologi Yunani, yang merupakan anak dari Asklepios, dewa pelindung kesehatan. Meskipun Pasar Ikan Hias ini selalu ramai dikunjungi, namun tidak banyak orang yang tahu bahwa di tempat itu dulunya terdapat pabrik air minuman pertama di Hindia Belanda.

Pasar Ikan Hias
Faberik Hygeia

Walking tour kami  berakhir di bekas bangunan Faberik Hygeai ini. Belajar tentang sebuah tempat memang tidak pernah ada habisnya. Dalam perjalanan ini, aku baru mengetahui bahwa Kampung Kauman memiliki peran penting dalam perkembangan Kota Semarang. Mulai dari sebagai pusat keagamaan, bekas pusat Kota Semarang, area bisnis, hingga tempat akulturasi sebuah kebudayaan dari beragam etnis yang ada di Kota Semarang. Dari berjalan kaki inilah aku menjadi sedikit lebih tahu cerita tentang kotaku. Ayo kita berjalan kaki bersama dan saling bertukar cerita tentang apa yang kita temui selama perjalanan.

Happy Walking Tour

You may also like

40 comments

mohammad Saifudin March 7, 2018 - 3:55 am

Panas panas tetep semangat jon…haha

Reply
adit March 7, 2018 - 3:58 am

oh kauman itu toh artinya, oksip tak inget2, sapa tau ntar keluar di ulangan 😀

Reply
Rivai Hidayat March 7, 2018 - 4:02 am

Panas-panas mendung..hahhaa

Reply
Rivai Hidayat March 7, 2018 - 4:03 am

Ulangan pas balik ke jogja dan ditanyain didi yaa mas 😀

Reply
Mauren Fitri ID March 7, 2018 - 4:12 am

Wihhh! Mauuu dong kapan diajakin walking tour hehe.

Reply
Hidayah Sulistyowati March 7, 2018 - 4:19 am

Aku waktu anak2 sering main di kampung ini. Ortuku guru ngajinya tinggal di sana

Reply
Diah Ariani March 7, 2018 - 4:26 am

aku pengen ikut walking tour lagi

Reply
Rivai Hidayat March 7, 2018 - 4:39 am

Besok hari sabtu dan minggu ada walking tour 😀

Reply
Rivai Hidayat March 7, 2018 - 4:39 am

Ayo besok sabtu atau minggu lee 😀

Reply
Rivai Hidayat March 7, 2018 - 4:40 am

Waah asyik yaa mbak. Lebih paham dg kampung kauman. Apalagi dekat masjid kauman

Reply
himawan sant March 7, 2018 - 12:49 pm

Eh,iya,betul.. di Magelang juga ada nama kampung Kauman.

Reply
Rivai Hidayat March 7, 2018 - 1:51 pm

Di Jogja juga ada mas kampung kauman

Reply
uwan urwan March 8, 2018 - 7:38 am

mau dioajakin walking tour.. sekalian diajakin makan.. dikasih voucher liburan ke raja ampat.. dikasih uang saku dll..#ngelunjak

Reply
Rivai Hidayat March 9, 2018 - 2:27 am

Duuh…pangeran situbondo banyak maunya..hahahha

Reply
kurang jajan March 10, 2018 - 10:15 am

Walking tour, wah kaya nya harus coba di kota (rumah) sendiri nih.. jangan di kota orang terus..
Biar bisa kaya mas !! Kebetulan saya blum pernah wisata kaya begini

Reply
Rivai Hidayat March 11, 2018 - 9:49 am

iyalah, lebih mengenal kota sendiri itu penting 😀

Reply
Idris Hasibuan March 15, 2018 - 10:48 am

Kirain cuma jogja yang punya kauman, ternyata semarang jug ada

Reply
Lisa Fransisca March 19, 2018 - 5:45 am

wah seru banget walking tournya, bisa belajar banyak

Reply
Rivai Hidayat March 19, 2018 - 6:42 am

Iyaa mas, kauman di semarang dekat dengan pusat perdagangan mas

Reply
Rivai Hidayat March 19, 2018 - 6:42 am

Jadi lebih tahu tentang semarang 😀

Reply
Ya rioz March 19, 2018 - 6:54 am

enak ya walking tournya jalan" menyusuri kampung lewat gang kecil kaya gini tuh berkesan bgt.. apa lagi kalo ramah tamah sama warga sekitar perjalan jd lebih bnyk ceritanya

Reply
Rivai Hidayat March 24, 2018 - 1:15 am

Hampir semua rute kita juga bisa berinteraksi dengan warga lokal. Di sini kami juga berinteraksi dengan warga sekitar mas

Reply
Rivai Hidayat March 24, 2018 - 1:16 am

Aku malah lupa kapan terakhir ikut dugderan 😀

Reply
burgeRkeju July 26, 2018 - 3:41 am

Berawal dari kata Hygeai akhirnya muncul kata Hygiene, Hygienic, Hygienist ya, mas…

Asyik juga jalan-jalannya; nanti kalau saya pulang Semarang boleh diajak ya, mas

Salam

Reply
Ika Puspita July 26, 2018 - 1:26 pm

Aku kok jadi pengen ikutan walking tour lagi…Pai

Reply
Linda Leenk July 27, 2018 - 6:08 am

Aku taunya kauman itu pasar aja :))
Itupun kayaknya belum pernah kesini hahaha

Reply
yudo rahadya July 27, 2018 - 2:12 pm

Keknya enak jalan2 rame2

Reply
Nyi Penengah Dewanti July 28, 2018 - 10:38 am

Aku mau dong Mas, kapan-kapan diajakin walking tour ginian seru 😀
nyari point juga buat googlemap ahahahha

Reply
Anugrahni July 28, 2018 - 11:59 am

Kauman ini salah satu rute bersukaria yang belum kesampaian buat ku coba, hukzz..
Aku yg bukan asli Semarang juga taunya Kauman ini cuma sebatas dekat sama Pasar Johar, ada masjid bersejarah, udah gitu doang. Ternyata masih banyak hal-hal menarik lainnya yang bisa ditemui di kawasan Kauman ya

Reply
Gaeguri July 28, 2018 - 12:55 pm

Ternyata kauman itu kayak singkatan yaa..

Kayaknya seru yaa.. Banyak melihat banyak belajar ����

Reply
Rivai Hidayat July 29, 2018 - 12:36 am

Iyaa, di payakumbuh juga ada kampung kauman kah?

Reply
Rivai Hidayat July 29, 2018 - 12:38 am

Cobalah kapan2 ikut rute pecinan..seru kok 😀

Dulu aku juga tahunya kauman itu masjid. Ternyata banyak cerita yang bisa didapat dari kampung ini

Reply
Rivai Hidayat July 29, 2018 - 12:39 am

Duuh..google local guide yaa..hahahaa
Aku udah lama ga update point 😀

Utk walking tour bisa cek @bersukariawalk 😀

Reply
Rivai Hidayat July 29, 2018 - 12:40 am

Seru baanget mas…!!

Reply
Rivai Hidayat July 29, 2018 - 12:40 am

Hahhaa..kauman memang identik dengan pasar johar. Mungkin kalau ke kauman cuma lewat aja yaa…hahaa

Reply
Rivai Hidayat July 29, 2018 - 12:41 am

Ayok ikutan mbak. Belajar sejarah sekalian olahraga 😀

Reply
Rivai Hidayat July 29, 2018 - 12:42 am

Ayo walking tour mas. Belajat sejarah sekalian olahraga 😀
Info walking tour bisa cek di @bersukariawalk 😀

Reply
Rivai Hidayat July 29, 2018 - 12:44 am

Ditunggu untuk alun-alun lamanya mas 😀

Biasa, masalah di paragraf pembuka yang kadang bikin bingung para penulis mas –"

Reply
Olipe Oile July 30, 2018 - 12:48 am

Jadi kapan nih ak diajakin walking tour?
Gak harus tunggu musim hujan kan?
Btw, Kauman keknya disemua kota ada ya nama daerah Kauman… ��

Reply
Rivai Hidayat July 30, 2018 - 3:54 pm

ayo kapan..?bis cek jadwalnya di @bersukariawalk dulu 😀
iyaa, daerah kauman banyak ditemukan di kota-kota pulau jawa.

Reply

Leave a Comment