864
Aku mengamati dengan seksama lukisan yang berjudul Circle Cases karya Aan Arif. Di dalam lukisan tersebut sesosok yang mirip Presiden Jokowi dikelilingi oleh para tokoh negeri ini, seperti Megawati Soekarnoputri, SBY, Surya Paloh, Jusuf Kalla, Prabowo, Budi Gunawan, dan masih banyak lagi. Mungkin itu yang ingin digambarkan pelukis tentang apa yang terjadi di negeri ini.
Aku mulai pindah menuju lantai dua gedung Semarang Gallery. Ada beberapa karya lukisan yang dipajang. Disini lebih variatif dan beraneka ragam. Seperti lukisan karya I Gusti Ngurah Udiantara yang berjudul Lady Rose dan Stranger in Front of The Door serta karya Galam Zulkifli dengan Judul Seri Ilusi Bab 2 No 1. Ada lukisan yang unik, yaitu lukisan karya FX. Harsono yang berjudul Hi It’s Me. Di lukisan yang berobjek manusia itu terdapat sebuah tulisan yang berbunyi “Kata tak selalu bijak, suara tak selalu merdu, pandangan tak selalu awas, cinta tak selalu tulus, menilai diri sendiri tak selalu jujur”.
“Pertemuan antara manusia, budaya, seni dan idealisme dalam sebuah ruang akan selalu menghasilkan keindahan bagi kehidupan manusia seutuhnya”. (Chris Darmawan)
Kutipan diatas merupakan kutipan dari Chris Darmawan, pemilik Semarang Gallery. Beliau seorang kolektor dan filantropi seni. Semarang Gallery beliau dirikan pada tahun 2001 di pusat kota Semarang. Pada tahun 2008, galeri ini pindah lokasi di Jalan Taman Srigunting No. 5-6 Semarang. Galeri ini menempati sebuah bangunan dengan arsitektur kolonial Belanda dan merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang ada di kawasan Kota Lama, Semarang.
Gedung Semarang Gallery |
Pada tahun 1822, gedung yang terdiri dari dua lantai ini merupakan tempat tinggal Pastur L. Prisen dan sebagai tempat ibadah umat Katolik sebelum gereja Gedangan didirikan (tahun 1875). Gedung ini kemudian diruntuhkan dan dibangun gedung baru pada tahun 1918. Gedung ini terletak di tepi jalan Anyer-Penarukan yang dibangun Daendels pada tahun 1811.
Pada tahun 1933, gedung ini ditempati oleh perusahaan asuransi pertama di Indonesia De Indische Lloyd milik Oei Tiong Ham Concern. Selama gedung ini berdiri, gedung ini pernah digunakan sebagai gudang, dealer motor, dan perkantoran. Pada tahun 2007, Chris Darmawan melakukan konservasi terhadap gedung ini. Pada tahun 2008, gedung ini resmi digunakan sebagai Semarang Gallery.
Gedung De Indische Lloyd atau Gedung Semarang Gallery pada tahun 1937 |
Pembangunan Semarang Gallery dilandasi oleh komitmen untuk mendedikasikan ruang ini sebagai media yang mengenalkan karya-karya seniman kontemporer Asia, khususnya perupa-perupa Indonesia. Galeri ini memiliki konsistensi untuk meningkatkan apresiasi terhadap seni rupa. Selain itu, Semarang Gallery juga memiliki reputasi yang terjaga baik dan sekaligus menjadi alternatif bagi standar perkembangan seni rupa kontemporer di Indonesia.
Tiket masuk Semarang Gallery sebesar Rp 10.000,-. Biaya yang cukup murah untuk menikmati indahnya sebuah seni. Pengunjung juga bisa mengambil brosur tentang Semarang Gallery yang terletak di meja petugas tiket. Di lobi depan kita bisa melihat berbagai foto perkembangan gedung Semarang Gallery. Seperti foto gedung ketika bernama De Indische Llyod dan ketika gedung direnovasi. Ada beberapa buku seni yang bisa dibaca ditempat.
Foto Gedung Semarang Gallery ketika direnovasi |
Buku-buku yang ada di lobi depan galeri, Silahkan dibaca…!!! |
Aku mulai melangkah ke ruang utama galeri. Kebetulan tidak ada pemeran. Pengunjung juga tidak terlalu ramai. Patung sapi berwarna merah putih dan bergambar Indonesia berdiri tepat di depan pintu masuk. Ada beberapa lukisan yang dipajang di lantai satu galeri, seperti lukisan berjudul Life Story MM dan Circle Cases karya Aan Arif, Batman Square Head dan Face History #3karya I Gusti Ngurah Udiantara (Tantin) dan lukisan berjudul Expanding Project karya Bambang BP.
Lantai 1 Semarang Gallery |
Lantai 1 Semarang Gallery |
Lantai 1 Semarang Gallery |
Lukisan Batman Square Head dan Expanding Project |
Lukisan berjudul Face History #3 karya I Gusti Ngurah Udiantara (Tantin) |
Lukisan berjudul Life Story MM karya Aan Arif |
Aku mengamati dengan seksama lukisan yang berjudul Circle Cases karya Aan Arif. Di dalam lukisan tersebut sesosok yang mirip Presiden Jokowi dikelilingi oleh para tokoh negeri ini, seperti Megawati Soekarnoputri, SBY, Surya Paloh, Jusuf Kalla, Prabowo, Budi Gunawan, dan masih banyak lagi. Mungkin itu yang ingin digambarkan pelukis tentang apa yang terjadi di negeri ini.
Lukisan berjudul Circle Cases karya Aan Arif |
Aku mulai pindah menuju lantai dua gedung Semarang Gallery. Ada beberapa karya lukisan yang dipajang. Disini lebih variatif dan beraneka ragam. Seperti lukisan karya I Gusti Ngurah Udiantara yang berjudul Lady Rose dan Stranger in Front of The Door serta karya Galam Zulkifli dengan Judul Seri Ilusi Bab 2 No 1. Ada lukisan yang unik, yaitu lukisan karya FX. Harsono yang berjudul Hi It’s Me. Di lukisan yang berobjek manusia itu terdapat sebuah tulisan yang berbunyi “Kata tak selalu bijak, suara tak selalu merdu, pandangan tak selalu awas, cinta tak selalu tulus, menilai diri sendiri tak selalu jujur”.
Lantai 2 Semarang Gallery |
Lukisan Lady Rose dan Stranger in Front of The Door |
Lukisan FX. Harsono berjudul Hi It’s Me |
Lukisan yang ada di lantai 1 dan 2 dalam 1 frame |
Lukisan yang ada di lantai 1 dan 2 dalam 1 frame |
Selain ada galeri, di dalam gedung Semarang Gallery juga terdapat sebuah perpustakaan dan taman. Taman tersebut bisa digunakan untuk istirahat setelah lelah berkeliling galeri. Di perpustakaan terdapat buku-buku tentang seni. Namun sayang, perpustakaan ditutup untuk pengunjung. Hal itu disebabkan pengunjung yang sering menyalahgunakan ruang perpustakaan tersebut. Padahal perpustakaan tersebut bisa sebagai tempat untuk memperluas pengetahuan pengunjung tentang seni. Di perpustakaan juga terdapat meja dan kursi yang bisa digunakan untuk membaca dan berdiskusi.
Perpustakaan di Semarang Gallery |
Taman di Semarang Gallery |
Menurut penjaga galeri, ada beberapa ruangan yang ditutup untuk umum oleh pengelola galeri karena ruangan tersebut sering digunakan pengunjung untuk “mojok”. Selain itu, rata-rata pengunjung disini lebih suka berfoto ria daripada belajar tentang seni, khususnya seni rupa dan patung. Bahkan ada pengunjung yang berfoto sambil menyentuh lukisan yang dipajang, padahal hal itu dilarang oleh pengelola galeri karena bisa merusak lukisan tersebut. Sungguh ironi, karena kurangnya kesadaran pengunjung akan seni telah mengubah galeri menjadi sebuah tempat untuk ajang eksistensi, tanpa sebuah edukasi.
Beberapa larangan ketika mengunjungi galeri:
1. Dilarang membawa makanan dan minuman.
2. Dilarang memegang atau menyentuh karya seni.
3. Dilarang berbuat gaduh di dalam ruang galeri.
Jangan melanggar apa yang sudah jadi aturan yaa. Aturan dibuat tidak untuk dilanggar, namun agar semuanya berjalan dengan baik. Mari kita mulai hargai dan apresiasi sebuah karya seni.
Visit Semarang Gallery…!!!
4 comments
Dalem nya keren yaaaa, instagram able banget
keren banget. kalo datang jangan pas weekend. biar fotonya ga saingan sama yang lain 😀
Masak perpusnya sering dipakai buat mojok dong, padal itu tempatnya bukan tempat yg pantes buat mojookk.
Betewe, ada komennya bang cumi lebay dongg.. damai di sana ya bang
Yaa gitulah kenyataannya, dulu bnyk mojok di sana 😀
Iyaa, bang cumi selalu bikin kita semangat untuk berkarya 🙂