[Ulasan] Keliling Gegunungan Luar Dalam

Buku Keliling Gegunungan Luar Dalam yang ditulis M. Iqbal ini mengingatkanku pada perkenalanku dengan dunia pendakian gunung. Aku pertama kali mengenal dunia pendakian gunung itu ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Akhir (SMA) kelas 1. Saat itu aku mengikuti kegiatan siswa pecinta alam (sispala) yang ada di sekolahku. Gunung Ungaran yang berada di Kabupaten Semarang menjadi gunung pertama yang aku daki. Tidak sampai ke puncak, tapi aku sangat menikmati pendakian pertamaku itu.

Saat ini aku sudah jarang sekali naik gunung. Dalam waktu satu tahun mungkin bisa dihitung dengan jari berapa kali mendaki gunung. Namun, aku masih sering membaca buku dan menonton video yang bercerita pendakian gunung. Oleh karena itu, aku sangat senang ketika Mas Iqbal mengirimkan buku karyanya yang berisi pengalaman selama pendakian gunung.

Blurb

Ini adalah catatan perjalanan seorang karyawan biasa dalam mendaki gunung. Dia menggunakan waktu weekend atau waktu cutinya untuk mendaki. Sepanjang 2022, sebanyak 19 gunung didakinya. Buku ini menceritakan sebagian besar dari perjalanan itu.

Banyak profesi dan karakter yang dia temui. Ada dokter, pengacara, perawat, arsitek, pramusaji, tukang nasi goreng, tukang ojek, juru ukur tanah, pengangguran sukses, mahasiswa, siswa, pemain sinetron, pustakawan, instruktur yoga, wah macam-macam deh. Kalau karyawan kantoran banyak banget.

Juga pengalaman menarik yang bisa berbeda tiap gunung: Ojek Sumbing dengan penumpang di depan, porter Rinjani dengan pikulan dan sandal jepitnya, rantai ban ojek Argopuro, macetnya jalur pendakian Gede, babi ganas (bagas) Ciremai, perosotan di jalur Burangrang, dan masih banyak lagi.

Buku ini menarik karena penulis mendeskripsikan apa yang dialaminya dalam perjalanan, sehingga pembaca seakan-akan ikut dalam perjalanan. Hal serupa pernah dilakukan penulis, jalan-jalan keliling Sumatera selama tiga bulan, yaitu tahun 2012. Catatan perjalanannya diabadikan dalam buku “Keliling Sumatera Luar Dalam”. Juga perjalanan satu bulannya keliling Nusa Tenggara pada tahun 2019 dengan judul “Keliling Nusa Tenggara Luar Dalam”.

Buku ini bercerita tentang apa?

Sesuai dengan judulnya, buku Keliling Gegunungan Luar Dalam berisi tentang pengalaman pendakian gunung yang dilakukan oleh M. Iqbal sepanjang tahun 2022. Totalnya ada 19 gunung yang tersebar mulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, hingga Pulau Lombok. Seperti Gunung Salak, Gunung Gede, Gunung Merbabu, Gunung Lawu, Gunung Batur, dan Gunung Rinjani.

Beberapa gunung didaki dengan cara tektok–tanpa berkemah–dan sebagiannya lagi dilakukan dengan berkemah. Baik dalam waktu dua hari satu malam, maupun lebih dari dua hari perjalanan. Seperti Gunung Rinjani di Pulau Lombok yang membutuhkan waktu 3 hari 2 malam dan Gunung Argopuro di Jawa Timur yang membutuhkan waktu pendakian selama 4 hari 3 malam.
Baca Juga: [Ulasan] Melawat ke Timur

Setiap pendaki memiliki pengalaman pendakian yang berbeda dengan teman pendakiannya. Meskipun mereka melakukan pendakian secara bersamaan. Seperti yang dialami oleh M. Iqbal yang menceritakan pengalaman yang ia temui selama mendaki gunung. Tidak hanya pengalaman seru dan menyenangkan, tetapi juga pengalaman yang melelahkan. Seperti mengalami cedera di Gunung Ciremai, dan hampir tersesat ketika turun dari puncak Gunung Agung.

keliling Gegunungan
Cerita pendakian Gunung Sumbing

Beberapa hal unik yang juga ia temui selama pendakian gunung juga ia ceritakan dalam buku ini. Seperti tukang ojek di Gunung Sumbing yang memboncengkan penumpangnya di depan, Pos Fikri yang banyak membantu pendaki Gunung Sagara, dan cerita tentang porter Gunung Rinjani yang menggunakan sandal jepit dan pikulan untuk membawakan barang pendakian gunung.

Ini (Merbabu) gunung tercantik yang saya lihat sampai sekarang. Saya tidak keberatan diajak Merbabu lagi, meskipun dengan jalur yang sama. (Hal. 58)

Dalam mendaki gunung, M. Iqbal biasa ikut pendakian yang diadakan oleh komunitas dan agen perjalanan wisata. Sekarang banyak agen perjalanan wisata yang menawarkan jasa pendakian gunung kepada para tamunya. Pihak agen perjalanan atau yang biasa disebut tour operator akan bertanggung selama pendakian. Mulai dari transportasi, tenda, logistik, makanan, porter, hingga keamanan dan keselamatan peserta pendakian.
Baca Juga: Singgah di Kampung Bustaman

Dalam buku Keliling Gegunungan Luar Dalam juga menceritakan hasil wawancara M. Iqbal dengan tiga orang yang aktif dalam pendakian gunung. Mereka adalah Edi M. Yamin dari Komunitas Backpacker Jakarta, Rifqi dari Tiga Dewa Adventure, dan Adul dari Shelter Garut. Tiga Dewa dan Shelter Garut merupakan agen perjalanan wisata atau tour operator yang fokus pada pendakian gunung. Tidak hanya gunung  yang ada di Indonesia, tetapi juga di luar Indonesia.

Dalam bagian ini, ketiga sosok ini banyak bercerita tentang pengalaman mereka dalam pengalaman dalam pendakian gunung. Seperti pengalaman Edi ketika salah satu peserta pendakiannya tersesat di Gunung Rinjani, cerita Rifqi yang ditipu puluhan juta oleh salah satu rekan kerjanya dalam pendakian Gunung Latimojong, dan Adul yang bertemu dengan istrinya yang merupakan peserta open trip Shelter Garut.

Indonesia itu memiliki ratusan gunung dengan segala tingkat kesulitannya. Bahkan beberapa gunung diperlakukan sebagai tempat suci. Tempat berkumpulnya para dewa. Bung Karno pun pernah menggunakan frasa kata gunung untuk pidatonya. Sebagai negara yang terletak di ring of fire, gunung menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Seperti kata M. Iqbal, “Sayang lah, tinggal di negara cincin api, eh malah tidak pernah naik gunung.”

Keliling Gegunungan Luar Dalam
Muhammad Iqbal
Leutikaprio
Yogyakarta, 2023

22 Comments

Add Yours →

Kalau menurutku pengalaman yang didapat tidak hanya bagian luarnya aja, tapi juga mengenal secara mendalam.
Waah asyik, disuguhi pemandangan gunung tiap harinya.

saya sekarnag tinggal di daerah pegunungan, jadi hampir tiap hari naik turun gunung, meskipun gunung daerah sini tidak masuk dalam rangkaian ring api, tapi masuk dalam bukit barisan.

Tahun lalu, saya baca buku tentang pendakian yang asyik banget buat dibaca (saya biasanya nyelesaiin baca buku itu lama banget), sampai-sampai kurang dari 2 minggu udah selesai dibaca, judulnya BEYOND POSSIBLE oleh Nim, pendaki asal Nepal yang mendaki 14 summit dan memecahkan rekor. Meski hampir gak pernah mendaki, buku ini banyak memberikan pelajaran tentang determinasi dan persistensi.

Senang rasanya melihat buku travel bisa makin beragam, tidak melulu tentang review tempat wisata atau hotel, akan tetapi juga tentang pendakian, dan mungkin (segera) tentang lokasi-lokasi menyelam yang eksotis di Indonesia. Siapa tahu dalam buku mas Iqbal ini ada trek trek pendakian ringan yang bisa dicontoh, jadi bisa bawa anak nantinya untuk ikut mendaki yang gampang-gampang dulu. Istri saya sebelum nikah sempat ke Rinjani saat saya trail ke Gunung Gede, tapi itu doang, abis itu ga pernah naik gunung lagi. Terima kasih selalu memberi info buku buku bagus mas Vay

Aku jadi tertarik dengan buku beyond possible. Apakah buku ini ada terjemahannya mas cipu?
Dulu aku mendapatkan buku tentang penyelaman dari kementerian wisata. Jadi buku itu berisi tentang lokasi penyelaman yang ada di indonesia.
Biasanya banyak yang menganjurkan ke gunung papandayan untuk keluarga dan punya trek yang mudah.

Masalahnya bukan ga mau, tapi aku sadar diri Ama kekuatan badan sendiri mas . Sbnrnya pengeeen banget bisa naik sampe puncak. Tapi kok mengingat medannya, trus hrs ketemu Ama binatang2 kayak ular , lintah dll, aku nyerah . Bisa pingsan kali.

Aku punya mantan pendaki gunung pro yg dulu pernah mimpin seven summit ke Everest, namanya ardeshir. Dari ceritanya aja, sudahlaaah aku yakiiin banget yg begini memang bukan buatku. Aku milih utk denger cerita keseruannya dari temen2 yang mencoba langsung aja . Daripada ikutan, tapi nyusahin temen SE team

Setuju mbak fanny, bukan ga mau. Kita memang perlu menyadari kemampuan yang dimiliki dan rasa kenyamanan yang biasa kita rasakan. Kalau emang dasarnya ga suka atau ga nyaman naik gunung, yaa sebaiknya jangan naik gunung. Daripada nanti banyak hal yang tidak diinginkan terjadi.

Mantanku juga seorang pendaki gunung mbak. jumlah gunung yang pernah dia daki mungkin sudah lebih dari dua puluh gunung. Samppai saat ini masih sering mengikuti perjalanan pendakian gunungnya..hahhahaa

Kalau mampir di blog-nya Mas ini saya selalu mendapat rujukan buku-buku yang menarik. Seperti buku tentang pendakian gunung ini.
Nyesal juga saya tidak pernah terlibat dalam organisasi semacam pencinta alam begitu Mas. Apalagi mendaki gunung tidak pernah saya lakukan.
Karenanya kalimat terakhir ini cukup memukul saya juga…“Sayang lah, tinggal di negara cincin api, eh malah tidak pernah naik gunung.”
Jadi teringat, gak jauh ada gunung yang dulunya terkenal tempat didirikan antena relay TVRI namanya Gunung Walat. Coba ah minggu-minggu depan coba saya jalan kaki ke puncak Gunung Walat.

Salam,

Halo om Asa, di Jepang dan korea banyak lansia yang tetap melakukan kegiatan hiking. Bahkan aku pernah ketemu dengan seorang wanita jepang yang usia lebih dari 55 tahun sedang hiking di gunung ungaran. Om Asa yang suka berjalan kaki tentu sudah punya bekal untuk mulai naik gunung. Ga perlu gunung yang tinggi juga om, gunung yang pendek dan lantai juga bisa memberikan pengalaman untuk mendaki gunung.
semangat om asa untuk hiking di gunung walat 😀

Mantap ya, cuma karyawan biasa tapi dalam setahun bisa mendaki 19 gunung. Padahal ongkos naik gunung juga lumayan, baik ongkos transportasi maupun makanan plus ongkos masuk.

Katanya kalo di gunung akan keluar watak sebenarnya seseorang apalagi kalo kepepet. Benar engga sih kang?

Biasanya iru berhubungan dengan cara mengatur perjalanan mas. Jadi kita mesti mengatur jadwalnya mas.

Bener banget mas. Jadi kalau egois, suka membantu, rispek dengan orang lain, dan sifat lainnya bakal terlihat dengan sendirinya.

Negara cincin api itu Indonesia ya mas vai..mbul baru tahu sebutannya hehe..

Kalau pendakian, jujur Mbul belum pernah mendai tapi bisa bisanya cinta banget ngliat sesuatu yang berhubungan dengan pegunungan. Pernah liat Gunung Merbabu dan Ungaran saja dari jauh udah buat aku berdecak kagum akan kebesaran Sang Pencipta, dan menerka nerka apa yang ada di dalamnya. Dan pegunungan yang sebesar itu jika dilihat dari ketinggian pesawat hanyalah sebuah titik…jadi makin kagum akan kebesaran Sang Pencipta…

Btw, maa vai mbul tuh kalau liat video vlog pegunungan paling ngerasa syahdu pas liat duet hikingnya AHSudrajat Channel yang pas ke Semeeu dan bermalam sek ke Ranupane dulu sebelum naik ke Ranu kumbolo dan mahameru…sumpah ngeliat perjalanan yang dipadu video sinematografik gitu aku merasa adem sangat dan relax…videonya ga banyak kata tapi ada sound yang bikin adem dan pengambilan scene gambar yang aduhai..

Kalau ga yang seru seruan modelannya naik Arjuno dan Lawunya leonardo edwin…yang gokiel..trus yang gunung di Indonesia bagian barat, tengah dan timur paling tengok vidonya fiersa besari thok…cuma liat aja udah bikin ku ngerasa diajak naik hahahha…

eh itu kang adul yang ada youtubenya juga kayaknya pas open trip ke rinjani dan emang bawa porter sekaligus buat masakin yang ndaki kan…nanti di segara anak dipancingkan ikan segar lalu dimasak bapak bapak porternya….

kalau ciremai memang kabarnya masih banyak bagasnya ya hahahha…

aih kapan aku bisa naik ke gunung ya hahahah…eh ga usah naik…cuma sampai lerengnya aja dah bikin ku syenang wkkwkw

Negara cincin api itu negara-negara yang dilalui jalur pegunungan aktif yang ada di dunia. Salah satunya indonesia.

Sungguh bersyukur karena indonesia memiliki banyak pegunungan. Jadi sejauh mata memandang akan terlihat gunung. Kalau di semarang bisa lihat gunung ungaran. Kalau cuaca cerah bisa lihat gunung sumbing, dan gunung muria di kudus.

Gunung rinjani memang terkenal di kalangan pendaki. Selain pemandangan yang bagus, porter rinjani cukup dikenal dengan keahlian dan keunikannya.

Mbul bisa coba untuk camping ceria di area basecamp gunung atau daerah pegunungan. Itu salah satu cara untuk menikmati gunung tanpa mendaki gunung 😀

kalau disuruh milih gunung atau laut, mungkin aku lebih banyak jawab laut
mendaki ini perlu fisik yang prima, apalagi kalau naik naik naik terus, kayaknya ya agak agak berat hahaha
dibilang suka, ya seneng. Tapi aku sendiri untuk naik gunung nggak memaksakan kemampuan diri, kalau lagi niattt banget mungkin iya iya aja sampe puncak. Wishlist Rinjani, cuman dari dulu udah mikir lagi, sanggup apa enggak.

yang waktu naik gunung ranti di kawasan Ijen, waduhh rasanya kayak mau nyerah hahaha, tapi udah separuh jalan, masa mau balik sendiri, kan konyol juga ya tengah malam jalan sendirian
aku sendiri kalau naik gunung diusahakan sama temen yang tau kapasitas aku, karena aku bukan pendaki yang jago, ada kalanya jalan pelan, istirahat, jalan pelan lagi, aku nggak diburu waktu.
Makanya kalau ke rinjani someday misalnya, nyari yang santai aja waktunya hahaha

Aku sih bakal bingung milih yang mana. Soalnya suka semua dengan segala ceritanya.

Kalau niat naik rinjani bisa dipersiapkan jauh-jauh hari mbak ainun. Fisik, mental, dan terutama uang. Nanti bisa sewa porter agak perjalanan lebih mudah dan ringan. Kita ga perlu bawa peralatan pendakian. Jangan lupa cari teman pendakian yang menyenangkan. Sesungguhnya teman pendakian yang menyenangkan bisa mengurangi sebagian besar permasalahan ketika naik gunung 😀

Leave a Reply