Trekking di Gunung Andong, Kampung Para Pendaki Gunung

Setelah tertunda beberapa kali, akhirnya rencana untuk trekking Gunung Andong kembali muncul dalam benak pikiranku. Rencana itu tiba-tiba muncul karena minggu ini tidak banyak kerjaan. Jarak yang tidak jauh dari Kota Semarang juga menjadi pertimbanganku memilih Gunung Andong. Selain itu, ini adalah caraku untuk mengobati rindu akan suasana  sebuah pendakian dan suasana pagi pegunungan. Suasana di gunung saja rindu, apalagi suasana bareng kamu, eehh.
Gunung Andong

Kemudian aku mengajak Mas Tono. Rencana awal kami hanya berangkat berdua. Namun, akhirnya ada beberapa teman yang ikut bergabung. Sabtu malam kami berangkat dari Kota Semarang menuju Dusun Sawit, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang yang merupakan lokasi basecamp dan jalur pendakian Gunung Andong. Jalur Dusun Sawit lebih populer dibandingkan dengan jalur-jalur lainnya. Saat ini, jalur ini dikelola oleh para pemuda dusun yang diberi nama Taruna Jayagiri. Perjalanan menuju basecamp bisa ditempuh dengan waktu 1,5 jam perjalanan dari Kota Semarang.

Gunung Andong terletak di Kabupaten Magelang. Gunung Andong memiliki ketinggian 1726 mdpl. Gunung Andong memiliki beberapa jalur, antara lain adalah jalur dusun Sawit, dusun Gogik, dan dusun Kembangan. Jalur dusun Sawit menjadi jalur favorit bagi para pendaki Gunung Andong.

Sekitar pukul 00:30, kami tiba di basecamp. Salah satu yang unik di Gunung Andong adalah tersedianya banyak tempat untuk istirahat. Rumah-rumah warga bisa digunakan sebagai tempat beristirahat. Terlihat banyak pendaki yang sedang beristirahat. Kami memilih untuk beristirahat terlebih dahulu sebelum mulai trekking. Sesuai rencana, kami akan trekking pada pukul 04:00.
Pukul 04:00, kami bangun dan bersiap-siap untuk memulai trekking. Tentu saja kami tidak lupa untuk mendaftar dan membayar biaya pendakian di pos registrasi. Setelah dari pos registrasi, kita akan melewati jalur berupa jalan beton perkampungan dan perkebunan warga. Setelah 10 menit, kami tiba di area hutan Gunung Andong. Di sini masih terdapat beberapa warung milik warga. Jajaran pohon pinus dan jalan menanjak mulai menyapa perjalananku. Aku mulai mengatur nafas dan tempo langkah kaki agar tubuh bisa beradaptasi dengan lingkungan dan jalur trekking. Dalam perjalanan aku sering berpapasan dengan pendaki lain. Obrolan santai menemani perjalanan kami.
Pos registrasi Gunung Andong
Tepat pukul 06:10, aku tiba di puncak Gunung Andong. Gunung Andong memiliki tiga puncak, yaitu Puncak Makam, Puncak Andong, dan Puncak Alap-Alap. Karena ramainya pendaki yang mendirikan tenda di puncak, jalur menuju puncak pun dipenuhi dengan tenda. Tentu saja ini sangat berbahaya bagi pendaki lain, karena mereka tidak dapat trekking dengan nyaman dan aman. Dalam perjalanan menuju Puncak Andong, aroma tak sedap (baca: bau pesing) di sebelah kanan dan kiri jalur pendakian. Aku menutup hidungku ketika melewati jalur itu. Aku merasa tidak nyaman dengan keadaan ini. Tidak hanya aku, pendaki lain pun juga merasakan hal yang sama. Di puncak gunung, ratusan tenda telah berdiri memenuhi area puncak dan jalur pendakian. Saking ramainya, aku menyebutnya “Kampung pendaki di Puncak Gunung Andong”.
Tenda di jalur pendakian
Sunrise Gunung Andong
Meskipun ramai, aku tetap berusaha menikmati suasana puncak Gunung Andong. Melihat para pendaki lain yang sedang bersiap-siap menikmati matahari terbit. Senda gurau  dan obrolan para pendaki juga terdengar dari beberapa tenda. Seduhan kopi dan teh menambah kehangatan obrolan para pendaki. Ada pula pendaki yang memilih untuk melanjutkan tidurnya, daripada menikmati suasana pagi di puncak Gunung Andong. Sedangkan aku terus berjalan menuju Puncak Alap-Alap. Bukan untuk menuju puncak yang terjauh, tapi untuk menikmati suasana Gunung Andong dari sisi yang lain.
Baca Juga: Sunrise Trip Gunung Telomoyo

Sunrise di Puncak Makam

Akhirnya aku tiba di Puncak Alap-Alap. Dari sini terlihat ratusan tenda para pendaki yang berada di puncak Gunung Andong, sekaligus jalur puncak yang berupa punggungan gunung. Di sisi barat terlihat hamparan awan putih. Kemudian aku kembali ke Puncak Andong untuk bertemu dengan Mas Tono. Kami beristirahat sebentar di salah satu warung yang ada di puncak. Total terdapat tiga warung di puncak Gunung Andong. Keberadaan warung ini seperti “fasilitas” yang ada di Gunung Andong yang menyediakan makanan dan minuman untuk para pendaki. Kami memesan kopi dan beberapa mendoan. Semua bahan makanan, minuman, dan bahan lainnya dibawa dari dari bawah. Meskipun begitu, harga makanan dan minuman masih terjangkau.

Pemandangan dari Puncak Alap-Alap Gunung Andong
Hari mulai beranjak siang, para pendaki mulai mengemasi perlengkapan mereka dan lanjut kembali ke basecamp. Dalam perjalanan turun, aku menyempatkan untuk menyapa dan mengobrol dengan pendaki lainnya. Salah satunya rombongan pendaki yang berasal dari Bantul. Mereka masih duduk di bangku kelas XI. Berkali-kali mereka foto bareng dan mengabadikan setiap momen. Akhirnya kami ikut gabung untuk foto bareng mereka. Seru dan tentu saja senang melihat mereka begitu semangat dalam mendaki gunung. Kami cuma berpesan kepada mereka untuk saling jaga dan berhati-hati dalam perjalanan pulang ke Bantul.
Pos 2 Watu Gambir
Setiap akhir pekan, Dusun Sawit selalu ramai dengan para pendaki Gunung Andong. Setiap sudut desa dipenuhi dengan para pendaki. Terdapat gapura yang terbuat dari bekas botol air mineral. Dengan adanya pendaki, desa ini terlihat lebih maju. Namun, juga perlu diantisipasi dampak negatifnya karena semakin banyaknya pendaki. Seperti rusaknya ekosistem dan permasalahan sampah.
Gapura botol bekas
Gunung Andong memang memiliki area puncak yang cukup luas untuk mendirikan tenda. Seperti yang aku bilang di awal, Gunung Andong bisa didaki tanpa mendirikan tenda. Namun, beberapa hal yang menjadi pertimbanganku untuk tidak mendirikan di puncak:
1. Puncak Gunung Andong berupa punggungan. Hal ini sangat beresiko ketika terjadi angin kencang, hujan dan badai. Tidak ada penghalang yang melindungi tenda dari ancaman badai.
2.  Banyaknya pendaki membuat pendaki mesti berangkat lebih awal agar mendapatkan area camping.
3. Jarak yang tidak jauh dari basecamp menuju puncak memungkinkan pendaki memiliki banyak pilihan waktu untuk mendaki. Aku sarankan pas subuh agar bisa menikmati suasana matahari terbit dari puncak Gunung Andong.
4. Keberadaan dari warung di puncak gunung sangat berguna untuk mengurangi logistik saat pendakian. Sehingga tidak perlu camping dan membawa peralatan memasak.
5. Dengan tidak camping di puncak, berarti mengurangi potensi kerusakan ekosistem di puncak Gunung Andong.
Puncak gunung bukanlah tujuan dalam sebuah pendakian. Menikmati semua proses dan kembali ke rumah dengan selamat adalah sebuah tujuan dari pendakian.
Selamat mendaki
Mendakilah dengan aman.
Gunung Andong
14 Juli 2018

59 Comments

Add Yours →

Wah.. Andong mah rame terus gan..
Apalagi pas weekend ni.. Sampai jalur pendakiannya ya dipakai buat ngecamp…

Beruntung g pernah naik Andong pas Sabtu-Minggu..
Kepikiran juga kalau sampai ratusan orang gitu yang naik ntar kencingnya gimana.. Ya jadinya pesing kayak begitu.. hehe

Mungkin perlu dibuat aturan yang lebih ketat untuk dibatasi pendakiannya; misal per-hari hanya diperbolehkan sekian pendaki. Selain untuk menjaga ekosistem gunung juga mengurangi polusi lainnya.

Sampah yang dibawa para pendaki selalu menjadi perhatian, dan gapura yang terbuat dari botol plastik adalah cara menyindir yang sangat halus.

Salam hawa gunung.

Banyak yg buang air kecil tuhh disana. Hihihi ga ada toilet ya kalo trekking ? (udah pasti ga ada sihh kayaknya). Hahaha

Bagus banget foto2 ny

Dalam benakku, pendaki gunung termasuk pencinta alam.. tapi,sekarang makin banyak pendaki yang tidak cinta alam dan kasih sayang sesama manusia. Tulisan mas Vay seolah menyentil keberadaan mereka yg seenak jidat ninggal botol plastik dan sampah.

Kalau masa sekarang kedua kata itu sudah mengalami pelebaran makna. Sekarang pendaki gunung belum tentu berasal dari pencinta alam. Kemudian pencinta alam juga ga harus pendaki gunung. Namun, yang pasti sudah tanggung jawab kita bersama untuk menjaga kebersihan dan ekosistem alam.

Di gunung gede-pangrango, gunung semeru jumlah pendakinya sudah dibatasi. Bahkan sesekali waktu di musim pendakian jalurnya malah ditutup untuk pendakian untuk perbaikan ekosistem. Tapi hal itu belum diterapkan di gunung-gunung yang ada di Jawa Tengah.

Nah, aku pun tersindir dengan adanya gapura botol plastik tersebut. Saking ramainya pendaki, sampahnya pun bisa jadi sebuah gapura -,-

Salam dingin dan kabut mas πŸ˜€

Ayo mas kapan kita nanjak gunung andong..? πŸ˜€

Sebetulanya cukup dari kesadaran para pendaki tentang pentingnya menjaga kebersihan dan ekosistem alam. Kalau udah sadar, ga perlu sanksi-sanksi lagi πŸ˜€

Ide gapura dari botol plastik itu bagus banget.
Pemandangan awan-awan yang menggantung gitu emang cakep banget si~
Yang asik dari mendaki gunung, apapun itu, antar pendaki akan sama-sama saling menyemangati, nggak peduli kenal atau enggak. Saling membantu kalau ada apa-apa.

Ide gapura juga sebagai pengingat kepada kita agar jaga jaga kebersihan agar tak perlu membangun gapura-gapura seperti itu lagi.

Nah itulah mas yang aku rindukan dalam pendakian gunung. Saling sapa dan support antar pendaki gunung πŸ˜€

Aku suka baca cerita tentang pengalaman naik gunung tapi kalau di ajak g mau οΏ½οΏ½
Btw kalau naik gunung tp g ngecamp, apa jaminan jg wisatawan itu g ngerusak ekosistem di gunung Andong?

aduh, seru amat sih cerita naik gunung-nya?
makin seru cara berceritanya πŸ™‚

ehiya, sekali-kali naik bareng Adhit-lah mas, dia masih hobi banget tuh naik gunung haha.

Cukup lumayan tidak terlalu tinggi ya sepertinya dengan ketinggian seribu mdpl huahaha. Gapuranya bagus banget ngomong-ngomong, tapi apa tidak roboh ya itu kalau misal ada angin kencang atau hujan angin? Lem nya benar-benar kuat kali yaa?

Soal tenda dijalur pendakian. Dilihat dari foto cukup bahaya untuk para pendaki karena cuma bisa berjalan disekitar pinggir-pinggir tenda. Ngeri kepeleset atau sesuatu buruk terjadi gitu kan. Tapi cukuplah menarik. Semoga rakyat para pendaki gunung tidak pernah lupa untuk selalu membawa sampah jajanan turun ke kaki gunung untuk dibuang ke tempat sampah yaaa. Salam anak gunung! πŸ˜€

Gedeg banget yak kalo pas jalan tiba2 bau pesing yg menyengat gt. Harusnya seblum mendaki tu harus tau tata cara pendakian yak biar ttp aman dan g bahayakan pendaki lain seperti mendirika. Tenda di jalur pendakian. Hufft.

Rame banget sih gunungnya, apalagi yg ada tendanya itu. Kok pasang tenda di jalur pendakian, kayak orang mantu pasang tenda di jalan..wkwkwk, jadi yg mau lewat mlipir2 dulu

Makasih…makasih sudah berkenan mampir. Hihihi

Maunya ngajak liana aja. Biar punya pengalaman naik gunung. Masa gunung sahari mulu yang dilewati…wkwkwkkk
Ayo kapan naik gunung…? πŸ˜€

Iyaap, bener banget. Gunung andong cocok buat pemula. Yang terpenting siapkan fisik dan mental. Tentu saja perlengkapan yang dibutuhkan agar pendakian berjalan dengan lancar. Ayo mendaki dengan aman dan nyaman πŸ™‚

Ulala apik banget ih.
Kampung para pendaki nggak gampang untuk disinggahi ya.
Itu gemes, yang bikin tenda di jalanan, horor.
Semoga para pendaki terus melestarikan dan menjaga gunung dari sampah-sampah ya.
Gapura botol bekasnya keren!

Itu gapura ada kerangka kayu. Jadi sangat kuat.

Gunung andong tidak tinggi. Jalan santai saja cma mengahabiskan waktu 1-2 jam perjalanan. Mesti nyoba ke sini πŸ˜€

Nah ini yang penting dalam pendakian, selalu bawa turun sampahmu…!!!

Salam ketinggian kak ^^

Cobalah sekali-kali naik gunung dev πŸ˜€

Ga semua wisatawan juga seperti itu, tapi semakin banyak orang yang mengunjungi, maka potensi kerusakan ekosistem juga semakin besar πŸ˜€

Gue belum pernah naik gunung, keinginan sih ada cuma gagal terus gara-gara faktor lain. Padahal pengen coba naik gunung kayak apa. Seru kayaknya yah baca dari tulisan masvay,cuma yang disayangkan yah itu bau pesingnya. Diliat dari foto yang puncak alap-alap, keliatan rame yah tenda nya.

Pemilihan judulnya udah mewakili sekali ya mas?
Memang Andong ini jadi jujugan mendaki anak-anak sekolah terus ramai-ramai gitu. Semoga mereka tetap menjaga lingkungan, membawa sampahnya turun kembali.

Suka salut sama tukang warung yg jualan di puncak Gunung. Tiap Hari mungkin bolak balik ke bawah buat memenuhi supply warungnya .Andai semua bisa menjaga kebersihan Gunung ya

Salah satu warung yang terkenal yaa warung pecel di gunung lawu. Bisa dibilang paling legenda di antara para pendaki gunung.
Menjaga kebersihan sudah jadi kewajiban setiap orang.

Andong udah ada di bucket list ku. Kadang setiap kali baca postingan anak gunung yg bolak balik naik turun gunung, aku super nyesel dengan masa mudaku yg dihabiskan bareng anak geng motor dan band hardcore…aku pingin ngulang masa itu dan mendaki banyak gunung.

kalau mesti balik ke masa muda bakal sulit mbak. mendingan berteman dengan para pemuda yang suka naik gunung. Mungkin aja nanti bisa diajakin naik gunung. apalagi gunung andong dekat dengan semarang dan trekkingnya tidak lama. Yang penting siapkan fisik dan peralatan pendakian agar semuanya berjalan lancar.

Leave a Reply