2.1K
Temenku pernah bilang “Kadang, kalau kita pengen jalan-jalan sebaiknya langsung jalan aja. Ga perlu banyak rencana”. Dulu aku cuma tertawa mendengar apa yang ia katakan. Soalnya belum pernah melakukan perjalanan tanpa sebuah rencana. Namun, ia sering melakukannya. Pergi ke beberapa kota tanpa sebuah rencana. Walaupun sekedar berkunjung ke beberapa tempat wisata atau sekedar bersua dengan kawan-kawannya. Ia selalu beruntung dan menemukan banyak hal baru dalam perjalanan itu. Ia juga menambahkan, “Jika kamu terlalu banyak rencana, perjalanan bisa jadi hanya sebuah rencana. Tanpa sebuah perjalanan”. Aku masih ingat dengan apa yang ia katakan. Tanpa aku sadari, aku telah melakukan perjalanan tanpa sebuah rencana. Walaupun tak sejauh ia, tapi perjalananku sangat berkesan. Setidaknya untuk diriku sendiri.
Pagi itu di Basecamp Mawar |
Seperti biasanya minggu pagi kita berencana untuk jogging di kawasan GOR Jatidiri Semarang. Namun dalam perjalanan kesana, terbesit dalam pikiranku untuk mendaki gunung Ungaran (2.050 Mdpl) dengan cara tektok. Pagi itu, kita bertiga, aku (Rivai), Reikha, dan Reza, *bisa disingkat 3R 😀 *, berencana untuk jogging. Namun semua itu hanya sebuah rencana, karena kita bertiga malah sepakat untuk mendaki gunung Ungaran dengan cara tektok. Kita bergegas pulang ke rumah dan kost untuk packing segala perlengkapan yang diperlukan. Setelah semuanya sudah siap, kita pun meluncur ke basecampMawar.
Welcome to Mt. Ungaran |
Sesampainya di basecampMawar kita telah disambut kabut pagi yang mulai turun. Kabut pagi di basecamp Mawar selalu terlihat begitu syahdu dan romantis. Kabut-kabut menyelinap diantara pohon pinus yang menjulang tinggi. Warna-warni puluhan tenda para pendaki memberikan kehangatan tersendiri di tengah kabut pagi. Beberapa warung telah siap memanjakan perut para pendaki. Jarum jam belum menunjukkan pukul 09:00, namun para pendaki sudah terlihat turun dari pendakian mereka. Lelah dan senang tergambar menjadi satu dalam raut muka mereka. Aku pun juga ingin segera bergegas untuk mendaki. Setelah selesai registrasi, kita mampir ke warung untuk sarapan terlebih dulu, mengisi tenaga sebelum melakukan pendakian. Tidak lupa kita juga memesan nasi bungkus untuk asupan tenaga ketika perjalanan mendaki. Tepat pukul 09:00 kita memulai pendakian tektok gunung Ungaran. Ini merupakan pendakian tektokku yang pertama.
Warung yang siap memanjakan perut para pendaki |
Pendakian tektok ini terinspirasi oleh pendakian tektok Didy dan teman-temannya di Team Tektok yang pernah mendaki gunung Semeru dan gunung Argopuro secara tektok. Aku pun belum pernah mendaki kedua gunung itu secara normal, apalagi tektok. Aku belum bisa membayangkan gimana mereka mengatur pendakian tektok mereka. Rasanya emang ga perlu dibayangin, tapi perlu dilatih juga. Aku memilih gunung Ungaran untuk tektokku yang pertama karena gunung ini tak terlalu tinggi dan aku juga mengetahui jalur pendakiannya. Selain itu, karena jarak antara Semarang dan gunung Ungaran yang cukup dekat.
Jalur pertama yang kita lewati adalah hutan pinus. Banyak pohon pinus yang menjulang tinggi. Jalur batu dan tanah siap menyambut kita bertiga. Setelah hutan pinus kita bakal melewati hutan dan kebun kopi. Jalurnya terlihat sangat jelas. Tak perlu khawatir untuk tersesat. Jalur berbatu akan menemani kita selama melewati kebun kopi dan kebun teh. Sesampainya di persimpangan jalur kita istirahat sejenak sambil menikmati pemandangan kebun teh. Persimpangan ini merupakan persimpangan menuju puncak gunung Ungaran dan desa Promasan. Desa Promasan merupakan desa yang terletak di kaki gunung Ungaran. Banyak pendaki yang memilih desa Promasan sebagai area camping mereka.
Jalur Hutan Pinus |
Persimpangan Jalur Menuju Puncak dan Desa Promasan |
Pendakian yang sesungguhnya baru saja dimulai. Selepas kebun teh, jalur pendakian akan lebih terjal, menanjak dan tak terlalu lebar. Jalur tersebut mengharuskan kita untuk saling bergantian ketika berpapasan dengan pendaki yang akan turun. Dalam perjalanan kita bertemu para pendaki yang masih duduk di bangku SMA. Kita menawarkan minum kepada mereka karena mereka terlihat tidak membawa air minum, atau mungkin air minumnya dibawa senior atau teman mereka. Mereka terlihat sangat kelelahan. Selain itu, tak sedikit pula aku menemui para pendaki salah kostum. Mereka rata-rata menggunakan celana jeans, sandal dan sepatu yang tidak sesuai untuk mendaki gunung. Mungkin mereka belum memahami tentang panduan mendaki gunung. Kita tidak lupa untuk saling sapa ketika bertemu para pendaki lain. Saling sapa dan memberi semangat walaupun kita belum saling kenal. Bahkan kita bisa menjadi lebih akrab setelah itu. Inilah salah satu keunikan dalam sebuah pendakian.
Pemandangan Dari Bukit Batu |
Akhirnya kita beristirahat di bukit batu. Disini banyak batu-batu yang berukuran besar. Ada tanah lapang yang bisa digunakan untuk area camping. Perjalanan untuk menuju puncak gunung sebentar lagi. Tinggal melewati sebuah bukit. Kita pun bergegas karena sinar matahari mulai terasa terik. Tepat pukul 11:30, akhirnya kita sampai puncak gunung Ungaran. Pada saat itu kabut pun mulai naik. Pemandangan dibawah pun tak bisa dinikmati oleh mata karena tertutup kabut. Sambil menunggu kabut turun, kita beristirahat dan makan siang di area camping yang ada di puncak. Kita membutuhkan waktu sekitar 2,5 jam perjalanan dari basecamp Mawar hingga sampai puncak gunung Ungaran.
Puncak Gunung Ungaran |
Full Tema 3R (Reikha-Reza-Rivai) |
Setelah puas menikmati puncak, akhirnya kita bergegas untuk turun gunung. Melewati jalur yang sama ketika kita naik. Melewati kebun teh dan kebun kopi yang terhampar luas. Aku selalu suka dengan suasana ini. Sepertinya sudah terlalu lama aku tak merasakan suasana gunung seperti ini. Berjalan diatara tanaman hijau. Menikmati setiap hembusan angin. Aroma tanah pegunungan yang kadang bikin candu pun sudah lama tak aku rasakan. Warna hijau pepohonan dan birunya langit sering menyihir mata ini. Suara burung saling bersahutan menemani setiap langkahku. Rasanya ingin tinggal lebih lama untuk menikmati semua ini. Namun apa daya, banyak hal yang harus diselesaikan. Hanya jejak kaki yang bisa aku tinggalkan. Sampai jumpa di puncak ketinggian lainnya.
16 comments
dakuw belum pernah nih pai, ke gunung ungaran hihihi hanya memandanginya setiap pagi, mau dong pai cerita mendaki gunung ungaran ini ditulis buat semarang coret, singkat aja 400 kata, ya ya yaa, mau yaa hehe
sekali-kali naik mbak…jangan diliatin aja 😀
oke mbak..ntar aku edit dulu yaa 😀
Tektok, berasal dari kata take top. Naik sampai puncak langsung turun lagi. Semarang Runners sering ngajak lho.
Waktu tercepatku masih 1.15 sampe puncak
Baca postingan ini jadi pengen naik ke Ungaran tektok juga deh. Saya terakhir naik gunung tektok di Gunung Andong. Kalau gunung-gunung pendek enak juga mendaki tektok.
Makasih buat infonya mas slams..
aku blm ada niat buat trail run…mgkin lain waktu..hehhee
This comment has been removed by the author.
cobain aja kak sash..gunungnya ga terlalu tinggi. banyak yang mendaki gunung ini juga.
sekarang udah musim naik gunung diatas ketinggian 3000 dg cara tektok
wihh, aku kayaknya kalo tektok langsung rontok dijalan mas huhauah. meski ketinggiannya gak seberapa
sebelum tektok latihan jogging dulu..biar kuat jalannya 😀
Asiik banget Vai…emang paling seru tuh yg tanpa rencana yaa
This comment has been removed by the author.
naik bukit sikunir aja aq dah ngos-ngosan,apalagi naik ke gunung Ungaran
Wah mantap, kemarin juga habis tektokan dari sana tapi via jalun peromasan, mantap-mantap btw salam kenal mas
Promasan jadi tempat yang tepat untuk bersantai dan camping mas.
Salam kenal mas
Salam kenal juga mas, kalau camping sembari menikmati citylight promosan mungkin kurang mas, hehe soalnya lembah gitu jadi susah, kecuali mau cari spot yang luas
kalau mau menikmati pemandangan kota yaa camping di mawar aja. Kalau mau cari ketenangan dan pemandangan perkebunan teh yaa ke promasan