Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the soledad domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/masvayco/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114
Sore Itu di Kawasan Pecinan Semarang - Rivai Hidayat

Sore Itu di Kawasan Pecinan Semarang

by Rivai Hidayat
Kawasan Pecinan Semarang
Di setiap negara, termasuk Indonesia banyak dijumpai sebuah kawasan yang mayoritas dihuni oleh warga keturunan Tionghoa. Kawasan ini biasa disebut dengan Chinatown. Di Indonesia, kawasan Chinatown lebih dikenal dengan sebutan kawasan Pecinan. Kawasan Pecinan hampir terdapat di seluruh kota besar di Indonesia, termasuk kota Semarang. Kawasan Pecinan kota Semarang dapat diakses melalui jalan Pekojan dan Jalan Kranggan Semarang.

Sore itu, aku merasa bosan karena tidak ada yang dapat aku kerjakan dan tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Tiba-tiba aku teringat dengan rencana city tour di kawasan Pecinan beberapa hari yang lalu. Karena tidak ada kegiatan di sore itu, akhirnya aku putuskan untuk melakukan city tour di kawasan Pecinan. Saat itu pula aku pun bergegas mandi dan siap-siap. Tak lupa pula aku membawa kamera untuk mengambil beberapa gambar disana.

Setelah semua persiapan selesai, aku bergegas untuk mencari angkot. Namanya juga city tour, makanya aku sengaja untuk naik angkot agar bisa berjalan kaki mengitari kawasan Pecinan. Akhirnya angkot jurusan Banyumanik- Johar datang juga, aku naik angkot tersebut dan turun di bundaran Bubakan. Kemudian menyusuri jalan Agus Salim. Setelah itu masuk ke jalan Pekojan. Dari jalan Pekojan, kita masih perlu jalan 500 meter untuk sampai ke kawasan Pecinan. Setelah 10 menit berjalan kaki, akhirnya aku sampai di kawasan Pecinan. Tempat pertama yang aku kunjungi adalah klenteng Tay Kak Sie.
Klenteng Tay Kak Sie
Klenteng Tay Kak Sie terletak di gang Lombok di kawasan Pecinan. Klenteng Tay Kak Sie merupakan kuil terbesar yang ada di kawasan Pecinan. Di Pecinan terdapat belasan klenteng. Aku pun beristirahat dan menikmati suasana sore di sekitar klenteng. Udara sore itu terasa sejuk sekali. Tidak lupa aku mengambil beberapa gambar klenteng Tay Kak Sie. Kemudian aku pun masuk ke dalam klenteng. Semua orang diperbolehkan untuk masuk ke dalam klenteng. Suasana klenteng pun terasa sangat kuat. Warna merah tetap mendominasi altar utama. Aroma hio, asap lilin dan minyak pun terciuma dengan jelas. Kita juga diperbolehkan memotret di dalam klenteng selama tidak mengganggu orang yang sedang sembahyang.
Klenteng Tay Kak Sie
Suasana sembahyang di klenteng Tay Kak Sie
Hari pun beranjak malam, kawasan Pecinan mulai ramai. Kebetulan hari ini hari Jum’at. Biasanya hari Jum’at-Minggu diadakan Warung Semawis di gang Warung. Di pasar Semawis banyak dijajakan aneka makanan. Mulai dari makanan Cina, Western, Asia, Indonesia hingga makanan tradisional. Di pasar Semawis juga banyak dijajakan pakaian dan berbagai aksesoris, mulai dari kalung, gelang dan cincin. Selain itu, disana juga ada yang menawarkan jasa meramal tentang kehidupan, mulai dari meramal jodoh, nasib, hingga keuangan.
Lilin-lilin yang ada di Klenteng Tay Kak Sie
Cahaya Api dari lilin di Klenteng Tak Kak Sie
Malam itu aku ada janji dengan temanku yang bernama Sita untuk bertemu di pasar Semawis. Setelah mencari dia, akhirnya kita ketemu juga. ternyata dia membawa 2 teman, namanya Mimi dan Rachel. Kebetulan aku juga sudah kenal Mimi soalnya kita juga satu komunitas. Kemudian kami mencari bangku kosong. Setelah mendapatkan bangku kosong, Sita dan Rachel mulai berburu makanan. Mereka berdua semangat banget, maklum mereka berdua penikmat kuliner. Malam itu kami memesan beberapa menu makanan, mulai dari zuppa, siomay dan minuman tradisional. Namun, aku tidak memesan makanan. Karena saat itu aku lagi tidak bernafsu makan, apalagi aku sebelumnya sudah makan terlebih dahulu di angkringaan. Selain itu, saat itu aku juga masih dalam masa penghematan (baca: lagi ga ada duit alias bokek) hehheee.

Hari pun beranjak malam, lapak-lapak pedagang mulai dirapikan. Akhirnya kami berempat beranjak pulang. Sita, Mimi, dan Rachel pulang menggunakan motor. Aku pulang naik angkot. Aku mulai berjalan untuk mencari angkot. Sekitar 15 menit aku sampai di jalan Gajah Mada untuk menunggu angkot lewat. Namun, angkot yang ak tunggu tak kunjung datang. Akhirnya aku melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menyusuri trotoar jalan Gajah Mada ke arah Simpang Lima untuk mencari angkot yang lainnya. Akhirnya setelah 25 menit berjalan kaki, akhirnya aku sampai di kawasan Simpang Lima. Sambil menunggu angkot aku juga menikmati sausana Simpang Lima yang malam itu juga masih ramai. Setelah 20 menit menunggu angkot, ternyata tak ada angkot yang muncul juga. Karena ga mau kemalaman, akhirnya aku melanjutkan perjalanan kaki menyusuri jalanan A.Yani menuju perempatan Milo. Perjalanan sejauh 1 Km bisa ditempuh dengan waktu 20 menit. Menyusuri jalan Gajah Mada-Simpang Lima- A.Yani sungguh menyenangkan karena trotoar yang bagus, sehinga memberikan kenyamanan kepada pejalan kaki.

Oyaa, sebetulnya nama perempatan Milo hanya sebutan orang Semarang saja. Karena nama itu secara resmi tidak pernah ada. Kebetulan namanya juga sama dengan sebuah merk susu. Namun disana tidak ada toko susu M*lo atau pun pabrik susu M*lo. jadi jangan pernah berusaha mencari toko susu apalagi pabrik susu M*lo. Kata Milo berasala dari kata “Mulo”. Mulo merupakan sekolah menengah pertama pada masa kolonial Belanda. Mulo merupakan singkatan dari Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (bahasa Belanda). Keberadaan Mulo bisa diketahui dari adanya bangunan sekolah di daerah tersebut (SMP Negeri 2 Semarang). Berhubung orang Jawa di jaman dahulu lebih mudah mengucapkan kata “Milo” dibandingkan kata “Mulo”, maka perempatan itu lebih dikenal dengan nama perempatan Milo atau daerah Milo.

Akhirnya pukul 23.20 aku sampai di perempatan Milo. Aku masih harus menunggu angkot ke arah Banyumanik. Mungkin lagi apes atau memang kurang beruntung, angkot yang ditunggu juga tak kunjung menampakkan dirinya. Aku pun putus asa dan sudah ga mungkin lagi untuk jalan kaki karena sudah terlalu malam. Akhirnya aku putuskan untuk minta jemput oleh adikku. Setelah lama menunggu, akhirnya adikku datang juga. Kami pun melesat menuju rumah. Pukul 00.30 aku sampai rumah. Kemudian aku membersihkan badan yang terasa lengket karena keringat setelah berjalan kaki lebih dari 2.5 Km. Setelah itu, aku kembali ke peraduan dengan segala pengalaman seru hari itu. Lain waktu aku ingin melakukan city tour di kawasan Pecinan lagi. Kembali dengan cerita dan pengalaman yang lebih seru 🙂

You may also like

0 comment

christina anggreani September 24, 2013 - 7:25 am

wkwkwk pai lain x bawa motor aja euy, karena ada rencana sampai malam kan:) hehehe
lagian supaya ga bahaya 😀

Reply
Rivai Hidayat September 24, 2013 - 6:06 pm

hehehe…iyaa deh kaka :p

Reply

Leave a Comment