Sore itu aku, temanku, dan Pak Jeni menikmati suasana sore di depan rumah. Teras rumah yang terbuat dari kayu dengan pemandangan Danau Mawan di sebelah selatan membuat kami nyaman untuk duduk dan ngobrol banyak hal. Warga Desa Mawan terbiasa menikmati sore dengan duduk santai di depan rumah. Asap rokok dan secangkir kopi menemani obolan kami bertiga. Aku yang tidak merokok memilih untuk menyeduh kopi lagi ketika kopi dalam cangkirku tinggal sedikit.
Aktivitas minum kopi menjadi sebuah hal rutin yang dilakukan di desa ini. Jarang sekali aku melihat suguhan teh. Selama berada di sini, keluarga Pak Jeni selalu menyuguhkan kopi dalam teko besar. Belum lagi ketika warga berkumpul di rumah ini. Belasan gelas tersedia untuk semua warga. Ketika bersantai, aku bisa minum 2-3 cangkir kopi dalam waktu satu jam. Rasanya minum kopi sudah seperti minum air putih.
Dalam obrolan sore itu, Pak Jeni bercerita bahwa beliau pernah beberapa kali datang ke Semarang dalam rangka kunjungan bersama pemerintah daerah. Beliau bercerita tentang kekagumannya terhadap Kota Semarang. Mulai dari tata kotanya, kawasan Simpang Lima, Masjid Agung Jawa Tengah, hingga Kota Lama. Gedung Spiegel menjadi salah satu bangunan di Kota Lama yang menarik perhatiaannya.
Baca Juga: Orang-Orang Desa Mawan
Kami menikmati sore dengan obrolan santai, sekaligus menunggu listrik menyala. Berbeda dengan desa yang ada di dekat Kecamatan Selimbau yang mendapatakan aliran listrik selama 24 jam, listrik di Desa Mawan hanya menyala dalam waktu empat jam. Mulai dari pukul 18:00 hingga pukul 22:00. Selain waktu tersebut, desa ini tidak dialiri oleh listrik. Sumber listrik berasal dari mesin diesel milik desa dengan bahan bakar yang berasal dari iuran warga. Setiap rumah dikenakan biaya Rp 5.000/hari.
Lokasi yang jauh dari kecamatan dan sulitnya akses daratan membuat penyedia listrik negara belum bisa menjangkau daerah Desa Mawan. Mesin diesel menjadi penolong untuk menerangi desa pada malam hari. Meskipun hanya beberapa jam. Bagi warga yang memiliki uang lebih, mereka akan memasang perangkat solar panel sebagai sumber listrik alternatif.
Di suatu sore yang cerah, aku menyempatkan diri untuk jalan kaki keliling desa. Perjalananku terhenti di sudut lapangan voli yang yang ada di dekat sekolah. Terlihat para pemuda desa yang sedang bermain bola voli. Aku menonton mereka bermain bola voli dari jalan desa. Permainan berlangsung sangat seru. Canda dan tawa sesekali terdengar menjadi selingan permainan ini. Di sekitar lapangan voli juga terlihat anak-anak kecil sedang bermain. Di sisi yang lain terlihat bapak-bapak sedang ngobrol santai.
Baca Juga: Menepi di Selimbau
Hari semakin sore dan aku memutuskan untuk kembali ke rumah Pak Jeni. Dalam perjalanan pulang aku menyadari bahwa matahari sore ini sangat cerah. Tidak tertutup awan seperti biasanya. Temaran matahari senja mulai terlihat. Beberapa anak muda menikmati sore dengan duduk di depan rumah mereka dengan pemandangan Danau Mawan di sebelah selatan dan matahari di sebelah barat.
“Mas Vai, airnya habis. Kalau mau mandi bisa di danau.” Kata Pak Jeni kepadaku yang sedang duduk menikmati senja di depan rumah. Awalnya aku ragu untuk mandi di danau. Namun, air di kamar mandi telah habis. Baru mengalir pada esok hari. Terpikir untuk tidak usah mandi pada sore itu.
Mandi di danau adalah hal yang biasa bagi warga Desa Mawan Baik itu laki-laki, perempuan, orang tua, anak muda, maupun anak kecil. Bahkan anak-anak kecil memanfaatkan momen ini untuk bermain air bersama teman mereka. Aktivitas di danau tidak hanya sebatas mandi, tapi juga dengan mencuci. Sebetulnya sebagian besar warga sudah memiliki kamar mandi di rumahnya. Mungkin digunakan untuk aktivitas buang air. Untuk aktivitas mandi mereka sudah terbiasa mandi di danau.
Dengan hanya menggunakan celana pendek, aku menjeburkan diri ke dalam danau. Dingin, adalah kesan pertama yang aku rasakan. Angin malam menambah dinginnya air. Aku buru-buru menyabuni seluruh badan dan segera membasuhnya. Kuakhiri aktivitas mandi sore itu dengan menggigil kedinginan. Mandi di danau pada petang hari adalah pilihan yang buruk.
Cerita Dari Kapuas
Desa Mawan, 27 Desember 2020
42 comments
indah banget ya kak,masyarakatnya juga hangat 😀 jadi betah pasti
sangat betah kak..!!
Alhamdulillah udah pernah ke Semarang dan ke tempat-tempat yang dikunjungi Pak Jeni, jadi ada bayangan. Sejak tahun kemarin aku nggak ke mana-mana buat liburan, lihat foto-foto sunset begitu jadi kangen pingin traveling :)))
Cerita-cerita yang dikunjungi pak jeni juga menarik untuk diketahui 😀
Yaa kalau untuk sejenak menikmati senja bisa kok disempatkan. Ga perlu jauh-jauh, bisa di sekitaran rumah aja. Yang laling penting matahari tidak terhalang 😀
Menyenangkan, mas. Akhirnya secara tidak langsung ikut larut dalam aktivitas mereka, meninggalkan gawai sesaat, lebih banyak berkumpul. Itu yang voli asyik lapangannya. Penontonnya mirip di tribun
Menyenangkan sekali bisa ngobrol banyak hal. Larut dalam obrolan..hehehe
Tiap sore ramaindengan voli dan anak-anak yang bermain di sekitar lapangan
Tadinya aku pikir listrik dr PLN nyala 4 jam malam hari. Tp ternyata itu dr diesel yaaa. Ga kebayang msh ada desa yg belum tersentuh listrik samasekali :(.
Btw, mas berarti kamu charge gadget juga hanya bisa malam hari?
Aku sekali ngalamin mandi di sungai pas sdg liburan ke kampung papa di Sorkam :D. Daerah Tapanuli sana yg sampe skr pun kondisinya msh sama pas aku DTG zaman kecil. Cuma bedanya listrik udh ada lama di sana .
Orang2 nya masih banyak yg mandi dan mencuci di sungai. Pas kecil dulu aku mah malah seneng bisa rasain mandi begitu hahahaha . Pdhl airnya ga jernih loh, tp coklat. Kalo skr, jujur ga bisa mas. Abis main air pasti bakal mandi lagi :D. ATO sekalian ga mandi ajalah sampe air tersedia lagi :D.
Tidak mbak fany. Listrik pake mesin diesel desa. Yaa begitulah kenyataannya, belum semua wilayah desa di indonesia manikmati jaringan listrik negara.
Kami kalau malam ngcharge semua perangkat. Mulai dari baterai laptop, baterai alat, hape, dll. Jadi dimaksimalkan di malam hari.
Main air punya keseruan tersendiri. Apalagi kalau ramai-ramai bareng teman 😀
Tidak ada listrik siang hari, berarti tidak bisa menonton tivi ya mas.
Enak juga menikmati senja depan rumah sambil minum kopi sama tetangga ya mas, kadang aku membayangkan enaknya hidup di desa seperti desa Mawan, suasana santai dan rukun sama tetangga.
Tapi kalo keterusan juga kayaknya lama lama bosan apalagi kalo udah biasa di kota, ada listrik 24 jam.
Iya mas, kalau siang ga bisa nnton tv. Kecuali mereka punya panel surya.
Bisa jadi bosan kalau tidak tahu apa yang dikerjakan di sana. Jadi sepanjang hari bakal bosan. Jadi mesti tahu apa yang dikerjakan, kemudian akan rerbiasa dengan sendirinya 😀
Memang sih, kalo misalnya ada pekerjaan tentunya ada yang akan dikerjakan jadinya bosan. Bisa memberdayakan masyarakat setempat agar bisa kreatif mengolah sumber daya alam sehingga bisa jadi nilai tambah desa Mawan.
Kalo yang dipikirkan hal seperti mall atau kafe jelas ngenes ya mas, tapi kalo suasana tenang dan kenyamanan pedesaan maka disitu tempatnya.
Belajar hal-hal baru juga sangat menyenangkan mas. Apalagi kalau hal itu belum pernah kita lakukan sama sekali 😀
gedung spiedel di semarang tuh di sebelah mana ya, akhir tahun sempet transit 2 hari di semarang muter muter kota aku hehhe
ow lha saiki masih di kalimantan berarti mas vai? kalau adus di danau aman jaya kan, airnya butek ga? tapi pasti ada sensasi tersendiri ya wekekekk…
kalau disuguh kopi bisa refil berkali kali sambil ngobrol menikmati sore meski listrik masih dijatah jam jaman ga kerasa aja ya…yang penting kebersamaannya, itulah yang mahal hihi
Gedung spiegel itu tidak jauh dari taman srigunting dan seberang indomaret kotalama. Ikonik banget gedungnya.
Sekarang sudah di semarang. Aman jaya, tapi sempat kepikiran kalau ada buaya lewat..wkwkkwk
Ga berasa aih, tahu-tahu udah malam dan listrik siap dimatikan lagi…hiiks
Danau nya aman mbul, ngga ada buaya nya, entah kalo buaya darat.
aman, selama berada di kalbar aku ga ketemu buaya. 😀
Tapi kabarnya di Kalimantan masih banyak buaya bahkan yang berukuran besar. Mungkin daerah lain kali ya
Belum ada update barunya mas.
Menurut warga, belum pernah ditemukan sebuah buaya mas agus.
belum mas, lagi siapin materinya buat diupdate mas. Bulan depanlah 😀
Sudah lama tidak mampir ke mariiii
Gimana kabarnya, mas Vay?
Ngomong2 soal mandi, waktu SMA aku pernah ikut jurit malam pelantikan PMR dan disuruh masuk lumpur gitu. Ga tau deh, apa gunanya. Hahaha. Mungkin biar bisa nolong orang di lumpur juga kali, ya… Padahal mah PMR tingkat sekolahan aja. Ga kemana2 kecuali pas pelantikan. *eaa jadi ilang fokus*
Nah, itu kan ga tidur tuh, sampe abis subuh langsung siap2 sarapan. Pulangnya masih sorean. Karena badan udah berlumpur semua, akhirnya mandi di sungai dekat situ. Udah kayak film2 jadul, mandi di kali pakai kain basahan. Sesuatu yang kalau bukan karena terpaksa, kayaknya ga akan mau aku lakuin deh. Hahaha.
Labar sehat dan baik-baik saja mbak hicha. Mbak hicha kabarnya gimana? 😀
Masuk lumpur biar siap dengan segala medan mbak…hihih
Tapi dulu aku ikut pmr juga gada masuk lumpur segala…hehehhe
Kadang hal-hal baru di luar kebiasaan juga perlu dicoba kok mbak hicha. Biar ada pengalaman tersendiri..heheheh
view senjanya cantikk, suka sama pemandangan kayak gini
aku belom sempet ke semarang buat explore, pengen ke lasem juga belum keturutan dan udah covid aja makin parah
mas vay, itu waktu njeburin ke air danaunya apa masih ada pijakan batu gitu ya, masa langsung nyebur ke kedalaman danaunya, danaunya dalem apa enggak ya?
aku penasaran
kalau di daerahku sini, kayak orang orang yang terbiasa mandi di sungai atau kali, jadi ada pijakan batu batu gitu, dan mandinya milih di pinggiran
Semarang kondisinya lagi parah mbak ainun. Jadi mendingan jangan ke semarang dulu 🙂
Ada pijakan berupa tangga mbak. Aku di pinggiran danau. Jadi masih dekat dermaga untuk perahu.
Mandi di sungai enak yaa mbak 😀
pemandangannya bikin betah bangeeeettt
kalau dekat rumahku ada view sebagus ini aku pasti udah dateng tiap hari buat duduk bengong haha
di situasi kayak gini jadi kangen juga ngeliat orang main rame-rame tanpa parno virus hehe
ah, kayaknya main voli seru juga rame-rame kalo pandemi kelar
yaampun, mau olahraga bareng aja jadinya ribet gegera covid huft
Hampir setiap sore aku menyempatkan waktu untuk menikmati pemandangan dan suasana sore mbak dea 😀
Bener sekali, rasanya pengen keadaan seperti sedia kala lagi. Bisa berkerumun lagi. Bisa berolahraga bareng lagi.
Membayangkan cerita Kak Rivai, lagi-lagi aku merasa bahwa kehidupan di desa ini sangat “slow-living” yang bikin hatiku hangat bacanya hahaha. Kelihatannya semua masyarakat sudah seperti saudara, bukan lagi tetangga. Hangat sekali membayangkannya!
Ngomong-ngomong karena di sana susah listrik, apa setiap rumah punya kulkas? Kalau nggak, mereka simpan bahan makanannya gimana? #randomthought
Kehidupan di sini emang rasanya berjalan lebih lambat. Menyenangkan. Banyak waktu yang bisa digunakan untuk berkumpul.
Di rumah pak jeni kayaknya ada kulkas. Aku lupa, soalnya tidak memperhatikan detailnya…hihihi
Mereka orang2 senja berarti ya Mas Rivai.. ngopi di hari senja.
Ahhh seru banget Mas. Entah somehow aku langsung ngebayangin diriku di tengah2 kalian menikmati sore sambil ngobrol2 asik.
Meskipun kenyataannya mungkin aku bakalan kurang betah karena nggk ada listrik. Tapi melihat keadaan di sana sepertinya banyak hal yang bisa dilakukan ya Mas.??
Apalagi bisa nyebur di Danau. Wahh hobiku sewaktu kecil banget ini, apa2 serba nyebur. Langsung ngebayangin airnya yg dingin pasti enak banget.
Ngomongin Semarang,, ahhh ini sih Kota tercinta saya Mas Rivai. Pengen sbnernya jadi warga sana, bisa kerja disana,, tapi sayang. Rezekiku di tempat lain.
akhir kata. Sehat terus untuk Mas Rivai,
Kurang betah atau ga, mungkin bakal terbiasa dengan sendirinya mas. Kalau terbiasa, aku kira bakal betah dengan kondisi yang ada.
Anak-anak di sini hampir tiap pagi dan sore nyebur di danau mas. Entah berapa kali lompatan anak ketika nyebur di danau..hehhee
Sehat-sehat terus mas bayu 😀
Aku juga ngebayangin danau gini juga cebar cebur lngsng main air. Maklum aku waktu kecil sore2 kerjaannya main di sungai belakang rumah. Hehehhe.. Jadi seneng aja sama air2. Liburan pun aku lbh seneng k pantai dr pd ke gunung.
Paling seneng liat sunset emmang klo dr pinggir danau gini. Selain itu, klo air abis, bisa langsng nyebur di danau gitu ya Mas Rivai buat mandi. 😀 Tp kebayang gimana dinginnya sore2 nyebur kaya gt. Seru bgd sharingnya Mas Rivai ^^
Tiap pagi atau sore selalu ramai dengan anak-anak yang main air mbak icha. Mungkin mereka lahir langsung bisa berenang 😀
Kalau aku sih lebih suka kesunyian gunung mbak..hehehhee
Makasih mbak icha udah singgah di sini 😀
Mereka orang orang senja, yang suka ngopi di waktu senja.. jangan2 mereka cikal bakal anak indie deh hahaahaa
Musik yang biasa didengarkan adalah musik melayu mas. Musik-musik yang semangat untuk menemani mereka beraktivitas 😀
Sungguh indah di hidup didesa
Sangat indah mas
Wah aku baru dengar nama desa ini mas hehehe.
Seru ya kayaknya.
Mereka kayak udah menyatu dengan alam kayak gitu.
Tapi berani juga ya masnya nyebur di danau gitu
Desanya tidak ada dalam peta kunjungan wisata mas. Jadi ga banyak orang yang tahu 😀
Itu di pinggir danau mas. Jadi pengalaman tersendiri bisa mandi di danau 😀
Pilihan tidak mandi sore itu sebenernya bukan pilihan buruk juga *sikap
Ah senja, lama nggak menikmati senja sampai hampir lupa seperti apa rasanya. *Halah
Kehidupan tanpa listrik, susah-susah gampang yah, hehe tetep happy menjalaninya krn ada banyak aktifitasnya dan juga kehangatan warganya :3
pilihan buruk bagi yang tidak terbiasa. Tapi kalau ingin pengalaman baru tidak ada salahnya untuk dicoba.
lebih baik terima apa adanya dan dijalani dengan sebaik-baiknya 😀
Saya perih baca cerita soal permukiman yang belum dijamah listrik PLN seperti ini, Mas Vay. Sudah tahun 2021 padahal. Di kota-kota besar orang berebut antre ponsel terbaru, sementara di tempat-tempat yang jauh dari pusat orang-orang cuma dapat listrik beberapa jam dalam sehari.
di kota besar pada berisik jika listrik mati dalam waktu sejenak. Padahal ada daerah di Indonesia yang masih menikmati listrik hanya beberapa jam dalam satu hari. Tapi tidak banyak yang mengetahui tentang kondisi ini mas.
soal danau, di Berlin sini saat musim panas, banyak orang yang justru nyebur dan bermain-main di danau.. anak-anak bahkan nyemplung ke kolam-kolam di taman..
Kalau musim panas, danau juga surut ga mas…?
Kemarin pas menjelang musim panas, sungai kapuas mengalami surut hingga belasan meter. Beberapa sungai kecil airnya benar-benar surut dan kering.