Sendiri di Jambi

by Rivai Hidayat

Tiga minggu kemudian aku tiba di Kota Jambi. Waktu yang kami butuhkan untuk tiba di kota ini memang lama. Bukan karena jauh, tapi karena selama perjalanan dari Bengkulu menuju Jambi kami mesti singgah di beberapa kota dan melakukan pekerjaan terlebih dahulu. Perjalanan berakhir di Kota Kuala Tungkal, ibukota Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Kota Kuala Tungkal terletak di ujung Provinsi Jambi. Dibutuhkan waktu sekitar 3 jam perjalanan untuk kembali menuju Kota Jambi.

Setelah tiba di Jambi, kami mesti cari rumah kontrakan yang akan kami jadikan basecamp di selama di Jambi. Setelah mencari beberapa lokasi, akhirnya kami mendapatkan sebuah rumah yang berada di kawasan perumahan yang terletak tidak jauh dari kampus Universitas Negeri Jambi. Pemilik kontrakan ini adalah suami-istri yang sudah pensiun. Rencana rumah ini akan diberikan untuk anaknya. Awalnya si istri tidak berkenan menyewakan rumahnya kepada kami. Akhirnya setelah meyakinkan bahwa kami menyewa rumah dengan waktu yang singkat, akhirnya beliau menyetujuinya. Setelah dibersihkan, kami datang ke rumah tersebut. Setelah berdiskusi dengan temanku, aku dipilih untuk tinggal sendirian di rumah ini. Sedangkan temanku kembali ke Lubuklinggau untuk menjemput temanku yang lain.
Baca Juga: Sendiri di Bengkulu

Berbeda dengan rumah kontrakan di Kota Curup yang jauh dari keramaian, lokasi rumah kontrakan di Jambi sangat ramai dengan kehidupan kampus dan tempat makan. Bahkan beberapa rumah di sekitarnya juga disewa oleh para mahasiswa. Tempat makan letaknya cukup dekat dan banyak pilihannya. Dari sekian banyak tempat makan, pilihanku jatuh pada rumah makan masakan Padang yang menjual gulai ikan patin. Harganya sangat murah, yaitu Rp10.000/porsi. Bukan karena murahnya, tapi masakannya memang sangat enak. Termasuk gulai ikan patin yang menjadi menu favoritku.

Anak-anak Kuala Tungkal

Di Jambi aku juga menyempatkan diri untuk bertemu dengan teman-teman komunitas yang aku ikuti di Semarang. Beberapa kali aku diajak untuk nongkrong bareng mereka. Pernah diajak jalan, tapi aku menolaknya karena ada yang mesti dikerjakan. Aku di Jambi untuk sebuah pekerjaan, bukan urusan liburan. Sendiri di kontrakan membuatku berpikir untuk melakukan sesuatu agar tidak bosan dan kesepian. Tidak ada teman yang diajak ngobrol secara langsung. Tapi percuma saja meratapi keadaan. Yang terpenting aku mesti melakukan sesuatu agar tidak merasa sepi, meski sendirian. Agenda membeli sarapan dan makan malam aku gunakan untuk menikmati udara dan suasana di luar rumah. Setelah tujuh hari, teman-temanku tiba di rumah kontrakan. Suasana menjadi ramai kembali.

*****

Suatu hari aku berada di ruas jalan di jalur lintas Jambi-Pekanbaru. Saat kami sedang beristirahat, aku seorang diri berjalan kaki menuju sebuah warung untuk membeli minuman. Seorang perempuan dengan usia sekitar 29 tahun menyambut kedatanganku. Aku kemudian memesan tiga gelas es teh dan beberapa botol air mineral.

Sebelum aku membayar, dengan suara manja perempuan itu menawarkan diri untuk memijatku. Iyaa, dia menawarkan pijat plus-plus kepadaku. Perempuan itu berambut panjang. Bedak dan gincu merah merona menghiasi muka dan bibirnya. Rambut yang sedikit basah karena sehabis mandi. Perempuan itu mengenakan daster bermotif bunga dengan belahan yang cukup rendah. Tanpa ragu menawarkan jasa pijat plus-plus sambil menggoyangkan pinggulnya dan menarik dasternya ke bawah agar terlihat belahan dadanya. Dia berani menjamin bakal memberikan pelayanan yang memuaskan.
Baca Juga: Desa di Ujung Pulau Sinabang

Dari bagian belakang warung terdengar gemericik air. Sepertinya ada seorang perempuan yang sedang mandi. Aku tahu itu dari suara sumbang seorang perempuan yang sedang bernyanyi di kamar mandi. Kemungkinan di warung ini terdapat beberapa orang perempuan. Dari luar, warung ini memang terlihat seperti warung kecil yang menjual minuman dan makanan. Tempat istirahat para sopir untuk melepas lelah karena perjalanan jauh. Tapi ternyata lebih dari sekadar warung. Setelah masuk ke warung, kemungkinan bakal ditawari layanan pijat plus-plus.

Aku yang tidak menyangka hal ini bakal terjadi. Aku hanya tertawa kecil. Kemudian menolak dengan halus dan meminta tolong untuk mengantarkan minuman tersebut kepada teman-temanku yang berada tidak jauh dari warungnya. Dia malu, karena ternyata aku tidak sendiri. Apalagi dia hanya mengenakan daster dengan belahan dada cukup rendah. Sungkan untuk keluar dari warung. Setelah minuman itu diantar, dia buru-buru untuk segera masuk ke dalam warungnya. Aku bercerita kepada kedua temanku. Satu di antara mereka berdiri kemudian menuju warung tersebut. Mencoba mengobrol dan cari perhatian ke perempuan tersebut. Tak berselang lama, dia keluar warung dengan muka kesal. Sepertinya dia ditolak mentah-mentah oleh perempuan tersebut. Aku jadi tertawa melihat apa yang menimpanya.

Jambi-Kuala tungkal

Jalan Lintas Jambi-Kuala Tungkal

Selama pekerjaan di Bengkulu dan Jambi, aku dua kali tinggal di rumah kontrakan secara sendiri. Tepatnya di Kota Curup dan Jambi. Sangat berkesan bisa tinggal sendiri selama beberapa hari. Salah satu hal tersulit adalah mengusir perasaan sepi, meskipun sedang sendiri. Setelah pekerjaan di Bengkulu-Jambi selesai, aku meminta ijin untuk melakukan perjalanan menuju Padang. Sudah pasti seorang diri. Tidak ada teman yang ingin ikut. Mereka sudah rindu untuk pulang.

Ketika mereka tiba di Jakarta, aku sedang menjelajahi Bukittinggi dan daerah sekitarnya. Meskipun harus menempuh perjalanan panjang dari Bengkulu, hingga mengalami kejadian tas ranselku terbawa oleh bus menuju Padang Pariaman. Hingga saat ini, aku tidak pernah menyesal telah melanjutkan perjalananku menuju Bukittinggi seorang diri. Cerita-cerita di masa lalu dan sebuah rasa telah menuntunku untuk datang ke Bukittinggi. Bisa dibilang saat itu adalah saat yang tepat. Sebelum semua rasa itu hilang dalam dekapan ruang dan waktu.

You may also like

44 comments

CREAMENO October 9, 2020 - 12:24 pm

Lhooo mana lanjutan cerita Bukit Tingginya, mas? Itu kan bagian klimaksnya 😀 hahahahahahaha. Eniho, saya penasaran kenapa mas sewa kontrakan beberapa hari dan nggak sewa hotel, padahal mas tinggal sendirian. Apakah karena harga kontrakan lebih murah, mas?

Terus mas kalau cari kontrakan semacam blusukan dulu atau cari dari internet awalnya? 😀 seru banget yah, bisa ujicoba tinggal di area lokal. Terus itu bagian pijak plus plusnya saya jadi ketawa membayangkan wajah kesal temannya mas Rivai gara-gara ditolak. Hahahaha. Temannya mas seriusan mau pakai jasa pijat plus-plusnya? Atau mungkin ditolak karena terkesan becanda 😛

Reply
Rivai Hidayat October 9, 2020 - 4:16 pm

Sengaja digantung mbak. Sambil kirim kode ke orangnya. Padahal orangnya juga ga bakal baca..wkwkwkkwk
sebetulnya cerita tentang bukittinggi sudah aku tulis tahun lalu mbak. Jadi dulu aku ada janji buat datang ke bukittinggi bareng dia. tapi setelah negara api menyerang, hal itu sulit untuk terwujud. Jadi akhirnya aku ke bukittinggi tanpa dia. di artikel pulau sinabang yang kedua juga sedikit bercerita tentang dia. Yaa emang ga nyebut nama kayak mbak eno nyebut si kesayangan..hahahhaa

karena sewa rumah untuk dipakai banyak orang, sedangakn saat itu aku masih sendirian. Jadi aku menunggu kontrakan sekaligus kedatangan yang lainnya di jambi. Cari di internet dan blusukan juga. Tanya warga setempat juga. Semua cara dipakai..hahhahaa
sebetulanya ada juga bagian nginap di daerah kuala tungkal. Rumahnya berupa rumah panggung dengan bahan kayu. Yang menarik di sini adalah kualitas airnya yang berupa air payau. Airnya ada rasa dan berwarna coklat. pilihannya adalah mandi dengan air yang bikin kulit lengket, atau tidak mandi tapi badan akan lengket karena keringat. sungguh pilihan yang sulit. Akhirnya aku tetap mandi seperti biasa..hahhaa

Seriusan, udah disamperin untuk dimintai no hp, udah ngobrol basa basi juga. tapi tetap ditolak juga…hahhaaha

Reply
Phebie October 9, 2020 - 1:12 pm

Waks pijat plus-plus. Saya nyengir sendiri baca ceritanya mas. Kalau terkesan sendirian memang rawan jadi sasaran jasa tanda kutip di tempat-tempat tertentu ya.

Reply
Rivai Hidayat October 9, 2020 - 3:34 pm

saya aja selalu ketawa kalau ingat kejadian itu mbak 😀
Yaa itu jadi pengalaman tersendiri. Ternyata ada juga hal seperti ini di jalur lintas sumatera. Aku kira hanya di jalan pantura Jawa..hehhehe

Reply
Dodo Nugraha October 10, 2020 - 8:10 am

Waaah serem sekali ngebayangi mbak mbak yg nawarin pijat plus plus itu. Ku sendiri belum pernah mengalami hal seperti itu hahaah

Reply
Rivai Hidayat October 10, 2020 - 4:46 pm

ndak serem kok mas. Khan ga dipaksa juga. hahhaa
kalau kelak ketemu dengan yang begini, tetap tenang dan ga perlu takut mas 😀

Reply
Lia The Dreamer October 10, 2020 - 1:42 pm

Kak Rivai, apakah di kota Kuala Tungkal banyak Kualanya? Wkwk

Fotonya anak-anak Kuala Tungkalnya bisa pas banget gitu hasil jepretannya, pas mereka lagi salto. Keren!!

Aku juga salut dengan Kak Rivai yang bisa menolak tawaran pijat plus-plus

Reply
Rivai Hidayat October 10, 2020 - 4:48 pm

kemarin nyariin kuala, tapi belum ketemu kak lia…hahhahaa
Itu nungguin momen mereka salto kak lia. jadi pas mereka salto sudah bersiap-siap untuk memotret momen tersebut..hehhehe
Hehehe…makasih kak Lia 😀

Reply
bara anggara October 10, 2020 - 3:31 pm

di tempat2 perhentian supir2 saya sering menemukan cerita2 seperti itu mas, haha.. entah di lintas jawa atau lintas sumatera…

wah pekerjaannya pindah2 dari satu provinsi ke provinsi lain dalam waktu lumayan lama,, seru juga yaa… bisa sambil menggali informasi dan mengamati kehidupan orang-orang lokal di daerah2 tersebut..

btw perjalanannya kapan mas ke Bukittinggi? sayang sekali gak jumpa pas di Padang,, kalau waktu itu tahu bisa saya traktir teh talua di padang haha.

Reply
Rivai Hidayat October 10, 2020 - 4:52 pm

di jalur lintas provinsi, hal seperti mudah untuk di temui. Di jalur pantura ada beberapa titik seperti ini..hahhaha
Bener banget mas, dikasih kesempatan untuk datang ke kota lain dan mengenal kebiasaan dan kehidupan di kota tersebut. Bisa dibilang beruntung banget 😀

Itu perjalanan bulan november 2019, Kayaknya pas itu juga vakum ngeblog. Jadi lupa dengan mas bara juga..hahhaha
nanti kalau ke padang lagi, ku kabari mas bara 😀

Reply
Thessa October 10, 2020 - 6:00 pm

Wah baru mau baca cerita Mas Rivai yg di Bukittinggi, eh keburu abis postingannya. Hehehhe..
Ngomong2 tntng tawaran Mba2 ny, katanya memang gt ya, terutama biasanya ditawarin buat sopir2 truk yg lewat lintas Sumatra. Sampai dulu aku pernh dikasi tau istilahnya, hati2 punya pasangan sopir truk karena setiap belok punya ‘istri’ baru Eh tp ini bukannya mengenelisir semua sopir kaya gt, pasti juga masih banyak yg baik n ga neko2..

Reply
Rivai Hidayat October 14, 2020 - 9:30 am

sebetulnya tidak hanya di lintas sumatera mbak, di jalur lintas jawa juga banyak. Ada beberapa titik yang aku ketahui. Perjalanan panjang para sopir truk memang membuat mereka merasa lelah dan jenuh. Kadang mereka juga butuh “hiburan” dan istirahat. Jadi yaa banyak ditemui hal tersebut. Aku melihatnya seperti hukum ekonomi mbak. Dimana ada permintaan, maka di situ ada penawaran..hehehhee

cerita tentang sopir truk yang punya istri baru memang benar adanya. Aku pernah mendengar cerita tersebut. Tapi itu hanya beberapa saja, ga banyak. Lebih banyak sopir truk yang baik kok 😀

Reply
Rahul Syarif October 11, 2020 - 10:44 am

Mas Rivay ini storytellingnya enak sekali. Sempat lihat beberapa kali, tapi belum notice kalau cerita dua tahun lalu bisa diceritakan kembali dengan sedetil dan semenyenangkan ini

Reply
Rivai Hidayat October 14, 2020 - 9:23 am

Makasih mas rahul.
saya juga beberapa kali berkunjung ke mas rahul, tapi belum meninggal sebuah komentar. kita terhubung melalui mbak eno 😀
aku pernah merasa jengkel, dan sedih ketika tidak bisa menulis pengalaman-pengalaman yang sudah dialami..hehehe
jadi sebisa mungkin mengingat setiap detail kejadia yang pernah dialami..hehehe

Reply
Ina October 11, 2020 - 3:24 pm

Wah seru banget ya perjalanan seorang diri di Jambi, apalagi banyak pengalaman yang ehem…

Jadi tas ranselnya hilang dong?

Reply
Rivai Hidayat October 14, 2020 - 9:20 am

pengalaman yang ehem membuat kita semakin dewasa,..halah
hahhahaa

tas tetap ketemulah. dalam keadaan aman dan lengkap..wkwkwkk

Reply
Ina October 14, 2020 - 10:08 pm

Emang sih, yang ehem emang membuat kita semakin dewasa dan bisa menerima apa saja yang terjadi dalam hidup kita.

Ceritain lengkapnyalaaahh gmn tasnya ketemu…
Aku tu sebenarnya anaknya paling takut naik bis sendiri, karena ya serem ini itunya makanya lama jadi anak kereta, tapi ya kalo skg sih udah fleksibel

Reply
Rivai Hidayat October 15, 2020 - 1:29 am

jadi mesti belajar tentang hal-hal ehem yaa, biar cepat dewasa. 😀
sudah aku ceritakan di artikel bukittinggi. kau cari aja sendiri. kalau males cari yaa nanti aku bikin ulang.
kalau aku sudah mencoba semuanya sih, bus sekarang sudah sangat maju dan berkembang demi kenyamanan penumpang.

Reply
Ina October 17, 2020 - 2:23 pm

Banyak yang perlu dipelajari kayaknya biar cepet dewasa…
Yaudah, bikin ulang aja ya… (hahaha)
Bus enak sekarang, jadi lebih suka bepergian naik bus juga. Pan kapan ngebis bareng yaaaa…

Rivai Hidayat October 18, 2020 - 3:02 am

bikin ulang…hahhaha
Bus emang enak kok. Fasilitasnya sudah sangat bagus

Ina October 18, 2020 - 6:45 am

Hahahaha iya nanti aku obok2 blognya.

Rivai Hidayat October 19, 2020 - 8:01 am

Obok-obok aja sesuka hati

Nasirullah Sitam October 12, 2020 - 4:42 am

Kesepian di temat baru itu atara menyenangkan ataupun menyesakkan, mas. Beneran ini hahahahha.
Beruntung mas punya hobi menulis, setidaknya bisa ada pelampiasan membunuh waktu. Kalau kupikir-pikir asyik juga ya, walau tidak sepenuhnya aku tahu itu asyik atau enggak ahhahaha. Menunggu tulisan lanjutannya

Reply
Rivai Hidayat October 14, 2020 - 9:19 am

benar sekali mas sitam. Kesenangan dan kesedihan memang terkadang berjalan bersamaan..hahhaaa
Mungkin beruntung karena menyukai hal-hal baru dan suka jalan-jalan. Jadi akan selalu berusaha beradaptasi dengan berbagai keadaan. Tentu saja kaan menambah pengalaman dan cerita hidup…hahahaa

kayaknya ga ada tulisan lanjutan, atau mungkin nunggun hidayah dulu..hahaha

Reply
Michael David October 13, 2020 - 9:05 am

Seumur-umur aku blum pernah makan ikan patin. Gimana ya, masalahnya dulu pernah pelihara ikan patin, jadi kayak gimana gitu kalo makan binatang peliharaan sendiri :v.

Btw, salam kenal ya mas :D.

Reply
Rivai Hidayat October 14, 2020 - 9:14 am

Kebanyakan begitu mas mike. Ga mau makan hewan yang dipelihara. Ga bakal tega. Mungkin aku kalau punya peliharaan juga bakal seperti itu. Untung saja saya ga punya 😀
Salam kenal mas mike 😀

Reply
Himawan Sant October 13, 2020 - 11:21 am

Lalu …, mas Rivai tergodakah rayuan wanita berdaster dada rendah ? …, hahaha …
Bikin penasaran nih ceritanya kok ngga diterusin

Reply
Rivai Hidayat October 14, 2020 - 9:12 am

tentu saja tidak mas. khan masih jam kerja, eh, hahahhaa
Ceritanya memang sengaja dibuat bersambung mas. Dan sengaja tidak diterusin.
tapi aku pernah nulis tentang bukittinggi pada tahun lalu..hehehehe

Reply
Himawan Sant October 15, 2020 - 2:01 pm

Di luar jam kerja … eng ing eeeng …, lain ceritanya ya maas, hahaha .
Becanda, loh.

Baiklah, aku mau nunggu cerita lanjutannya.
Tentang kisah di Bukittinggi sepertinya waktu itu sempat kubaca, mas.

Reply
Rivai Hidayat October 17, 2020 - 1:27 am

Cerita tentang bukittinggi sudah diceritakan tahun lalu mas..hehheehe

Belum berencana buat diproduksi ulang

Reply
Agus warteg October 14, 2020 - 9:34 am

Baca cerita mas Rivai jadi ingat waktu mau ke Semarang nengok saudara yang sakit terus berhenti di daerah Batang. Istirahat nya di sebuah warung sepi pinggir jalan tapi yang jual kok dandanannya menor, beruntung tidak ditawari, mungkin karena aku naik motor kali ya.

Hahahaha, kenapa fokusnya malah ke cerita itu ya.

Reply
Rivai Hidayat October 14, 2020 - 9:45 am

rumah saudaranya di semarang daerah mana mas?
mungkin aku tahu daerahnya. Aku asli semarang…hahhaha

daerah batang, sepertinya aku daerah tersebut…hahahah
di sepanjang pantura banyak warung seperti itu mas. Hal seperti itu memang biasa ditemui dalam perjalanan. Yang penting balik lagi ke kita masing-masing mas. mau nyoba atau tidak..hahhaa

Reply
Jane Reggievia October 14, 2020 - 11:34 am

Membaca komentar teman-teman di atas, sepertinya ini cerita bersambung dari sebelumnya yaa. Kalau gitu kayaknya saya harus baca cerita-cerita sebelumnya deh

Saya cukup tertarik dengan kisah si perempuan yang menawarkan pijat-pijat plus-plus itu. Agak di luar dugaan juga yaa tawaran ini datang di dalam warung kecil dan yang makin bikin lucu adalah temannya Mas Rivai yang ditolak mentah-mentah, padahal udah diajak PDKT

Reply
Rivai Hidayat October 15, 2020 - 12:01 pm

Beberapa artikel memamg ada keterkaitan waktu dan tempat. Tapi sebisa mungkin tidak buat per bagian. Agar tetap mudah dipahami ketika dibaca. Hehehehe

Sebetulnya hal seperti ini bisa ditemui di beberapa ruas jalur lintas sih kak jane. Seperti di jalur pantura. Selalu ada cara untuk mendapatkan penghasilan kak..hehehe
Mungkin tampang temanku kurang serius kak. Jadi terkesan hanya menggoda. Yaudah ditolak saja…hahahaha

Reply
Rhoshandhayani KT October 14, 2020 - 11:42 am

uwuuuuw tulisannya dari hati baaanget
gak papa sendiri bila itu lebih nikmat
namun memilih travelling sendiri ataupun pulang kampung bertemu keluarga juga sama-sama pilihan terbaik untuk masing2
pilihan itu bergantung pada latar belakang dan harapan masa depan seseorang

Reply
Rivai Hidayat October 15, 2020 - 1:32 am

terima kasih kak Ros 😀
Iyaa bener banget, semua pasti punya pilihannya masing-masing. Tidak ada yang salah, khan tiap orang memiliki pengalamannya masing-masing. 😀

Reply
Fanny_dcatqueen October 20, 2020 - 3:22 pm

Geleng kepala bacanya :D. Butuh kuat dan tahan godaan kalo udah tinggal sendiri gini ya mas :). Kadang yg bikin aku takut ngelepas suami LDR ya begini hahahahahha. Mendingan aku ikut nemenin kemanapun dia pergi :p.

Kasian amat temenmu malah ditolak mentah2 :D. Hihihi….

Ngeliat jalanan Jambi yg panjang, dan sepi gitu, beneran kangen road trip Sumatra deh.

Reply
Rivai Hidayat October 22, 2020 - 4:11 am

Harus kuat untuk menahan hal seperti ini mbak. Otak juga perlu tetap sehat agar otak bisa berpikir jernih dan ga kepikiran yang aneh-aneh. Hampir tiap tahun selalu ke lapangan, jadi resiko dan godaan seperti ini selalu ada…hahahaa
kalau bisa ikut yaa ikutlah, kalau ga bisa yaa berdoa saja semuanya baik-baik saja 😀

Roadtrip di sumatera ini punya kesan tersendiri mbak. Rutenya sangat bervariasi yaa mbak. aku juga pengen roadtrip sumatera lagi mbak fanny 😀

Reply
ainun October 20, 2020 - 5:16 pm

wow kaget juga ya ternyata ada warung “rahasia” disana, untung mas vay stay cool ya hehehe
biasanya ketika memutuskan untuk pergi ke suatu daerah yang dimpi-impikan meskipun perjalanan itu seorang diri, nextnya akan ada cerita atau kenanngan yang nggak bakal bisa dilupain
rasanya memang sayang ya kalau udah ke sumatra tapi nggak ke bukittinggi sekalian

Reply
Rivai Hidayat October 22, 2020 - 4:22 am

Sebetulnya di jalur lintas provinsi banyak warung seperti ini kak. Contohnya di jalur pantura. Biasanya banyak truk yang singgah untuk istirahat..hehehe
Ehm, Soalnya kalau nunggu teman malah kadang tidak jadi berangkat. Jadi yaa daripada tidak jadi pergi, akhirnya tetap saja pergi. Meskipun sendirian. Ntar cerita-ceritanya juga bakal mengikuti dengan sendirinya..hehehe

iyaa kak ainun, kalau pergi ke padang, jangan lupa untuk sekalian pergi ke bukittingi. Aku kepikiran untuk balik lagi ke bukittinggi 😀

Reply
morishige October 22, 2020 - 9:32 am

Kuala Tungkal ini dulu tenar sebagai pusatnya barang-barang second, Masvay. Selain pakaian seperti baju dan jaket branded, banyak juga kayaknya dulu yang cari barang-barang elektronik impor ke sana. Waktu Masvay ke sana apakah jual-beli barang second masih semarak?

Hehehe… Perjalanan overland begini kayaknya lazim ketemu tawaran-tawaran begitu, Mas. 😀 Saya pernah baca tapi lupa di mana: konon prostitusi adalah (salah satu) bisnis tertua di dunia. 🙂

Reply
Rivai Hidayat October 23, 2020 - 6:05 am

Aku ga sempat untum berburu barang-barang second mas. Padahal sudah dapat info itu. Di sana malah ketemu sama penjual mainan yang berasal dari Demak. Jadi dia ambil barang di jawa, kemudian dijual di kuala tungkal.

Protistusi akan selalu berkembang sesuai dengan zamannya.

Reply
Reyne Raea October 22, 2020 - 4:07 pm

geli bacanya di bagian pijat plus-plus.
Jujur, dulu waktu pertama kali saya kerja di proyek, saya sering dengar teman-teman laki bercanda tentang main ke lokalisasi, kata mereka itu hiburannya, euyyy..

Kebayang ya yang suaminya kudu pergi kerja di tempat jauh.
Kakak ipar saya sampai memilih ikut suaminya di Medan, dan meninggalkan 2 anaknya 1 kuliah, 1 SMU, berdua aja di rumahnya, saking selalu nggak tenang membiarkan suaminya nun jauh di sana 😀

Apalagi kehidupan orang proyek, duh kebayang deh 😀

Reply
Rivai Hidayat October 24, 2020 - 4:41 am

hal seperti itu sering aku dengar mbak Rey. Syukurnya di lingkunganku tidak ada yang seperti itu..hehhee
kalau tugas di lapangan godaan tentang hal seperti ini sangat nyata. Jadi yaa mesti kuat untuk menahan diri. 😀

Istri temanku dulu juga nyusul ke lapangan. Nyusul karena kangen. Baru aja nikah, tapi langsung ditinggal ke lapangan selama dua bulan. Yaa akhirnya kangen..hahhahaa
kehidupan orang proyek banyak yang lurus-lurus aja kok mbak. Jangan dibayangin yang aneh-aneh 😀

Reply

Leave a Comment