Rumah Pengasingan Bung Karno: Tempat Pertemuan Bung Karno dan Fatmawati

Pada masa perjuangan, banyak pejuang dan tokoh yang diasingkan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda. Pengasingan para pejuang dan tokoh itu bertujuan untuk mematahkan semangat perlawanan rakyat di daerah. Para tokoh dan pejuang yang diasingkan malah bisa diterima oleh masyarakat di tempat pengasingan. Bahkan ajaran mereka bisa mereka pun diterima. Beberapa tokoh dan pejuang yang pernah diasingkan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda antara lain adalah Pangeran Diponegoro, Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, dan Ir. Soekarno (Bung Karno). Para tokoh ini berkali-kali diasingkan dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Seperti Bung Karno yang pernah diasingkan di Ende, NTT kemudian dipindahkan ke Bengkulu.

Rumah Pengasingan Bung Karno di Bengkulu


Nama Bengkulu mungkin masih terasa asing bagi sebagian wisatawan yang memilihnya untuk menjadi salah satu destinasi wisata mereka. Aku berada di Bengkulu dalam agenda kerja. Sebelumnya aku telah melakukan perjalanan dari Bengkulu menuju Kuala Tungkal dan kembali lagi ke Bengkulu. Setelah perjalanan itu, aku diberi waktu libur sambil menunggu tim yang lainnya berangkat dari Jakarta. Hari libur ini aku gunakan untuk mengunjungi Rumah Pengasingan Bung Karno di Bengkulu.

Rumah Pengasingan Bung Karno

Aku sudah siap, tinggal menunggu driver ojol (baca: ojek online) yang sedang dalam perjalanan. Seperti kota-kota lainnya, keberadaan ojek online di Kota Bengkulu juga menuai pro dan kontra. Banyak sopir angkot yang menolak keberadaan mereka. Oleh sebab itu, mereka tidak menggunakan atribut ketika mengantarkan penumpang. Seperti Pak Faisal, driver yang mengantarkanku menuju Rumah Pengasingan Bung Karno siang ini.

Rumah Pengasingan Bung Karno merupakan tempat Bung Karno menjalani masa pengasingan selama di Bengkulu pada tahun 1938-1942. Sebelum di Bengkulu, Bung Karno telah diasingkan ke Kota Ende, NTT pada tahum 1934-1938. Dalam masa pengasingan di Ende, Bung Karno merumuskan dasar-dasar negara yang kemudian yang dikenal dengan Pancasila.

Aku langsung disambut rumah klasik khas bangunan Eropa dengan halaman yang cukup luas ketika tiba di Rumah Pengasingan Bung Karno di Bengkulu. Aku berjalan mengikuti jalan setapak hingga menuju teras rumah. Untuk memasuki rumah ini, pengunjung diharuskan melepas alas kaki dan membayar tiket masuk sebesar Rp 3.000/orang. Rumah ini dahulunya milik pedagang Tionghoa yang bernama Lion Bwe Seng. Kemudian disewa oleh Belanda sebagai tempat tinggal Bung Karno selama diasingkan di Bengkulu.
Baca Juga: Rumah Fatmawati: Ibu Negara Pertama Indonesia

Ruang Kerja Bung Karno

Rumah Pengasingan Bung Karno memiliki empat ruangan yang terdiri dari dua ruang tidur, satu ruang koleksi, dan satu ruang kerja Bung Karno. Aku sangat terkesan dengan bentuk ruang kerja Bung Karno. Bentuk ruangan berbentuk melengkung yang sangat bagus untuk sirkulasi udara. Satu kamar ditempati oleh Bung Karno beserta istri kedua beliau, yaitu Inggit Ganarsih. satu kamar lagi ditempati oleh anak angkatnya yang bernama Ratna Djuami. Sekarang, ruangan dipenuhi dengan foto dan koleksi-koleksi Bung Karno.

Ruang Depan
Sepeda Bung Karno selama di Bengkulu

Di suatu hari di bulan Agustus 1938, pemimpin Muhammadiyah Bengkulu, Hasan Din, berkunjung ke rumah Bung Karno. Dalam kunjungan itu, Hasan Din juga membawa anak semata wayangnya yang bernama Fatmawati yang saat itu berusia 16 tahun. Hari itu merupakan awal perjumpaan Bung Karno dengan Fatmawati. Dengan bantuan Bung Karno, akhirnya Fatmawati bisa bersekolah di Rooms Katholik Vakschool bersama Ratna Djuami. Sejak saat itu Fatmawati diterima sebagai anggota Keluarga Bung Karno.
Baca Juga: Menjelajah Kawasan Pecinan Semarang

Ruang Koleksi Bung Karno

Seiring berjalannya waktu dan seringnya mereka berdua bertemu, munculah ketertarikan Bung Karno terhadap Fatmawati. Kalau kata orang Jawa, wong tresno jalaran seko kulino. Rasa tertarik itu telah terbaca oleh istri Bung Karno, Inggit Ganarsih. Akhirnya timbul rasa cemburu pada Inggit yang mengakibatkan suasana rikuh di antara keduanya. Hubungan Inggit dan Fatmawati juga memburuk. Meskipun sudah menikah selama 20 tahun, Bung Karno dan Inggit Garnasih belum memiliki anak.

Kamar Bung Karno dan Istri

Singkat cerita, pada tanggal 1 Juni 1943 Bung Karno menikahi Fatmawati setelah menceraikan Inggit dan memulangkannya ke Bandung. Pada pernikahan tersebut Bung Karno tidak bisa datang ke Bengkulu, sehingga diwakili oleh utusan Bung Karno. Pada masa Bung Karno dipindahkan ke Pulau Jawa (tahun 1942), Bung Karno dan Fatmawati terus berkomunikasi melalui surat. Surat-surat Bung Karno ini juga berisi kata-kata cinta untuk Fatmawati. Bung Karno sadar akan kemampuannya dalam hal merayu wanita melalui tulisan-tulisannya. Banyak wanita yang luluh hatinya ketika membaca surat-surat dari Bung Karno. Potongan surat cinta juga ditampilkan di rumah pengasingan ini. Setelah kemerdekaan, Bung Karno diangkat sebagai presiden dan Fatmawati menjadi Ibu Negara atau First Lady.

Bagian belakang rumah pengasingan

Di ruang depan terdapat kursi, meja, dan sepeda yang digunakan Bung Karno selama di Bengkulu. Selain itu, juga ada beberapa lukisan dan foto kegiatan Bung Karno selama di pengasingan. di Ruang kerja Bung Karno terdapat sebuah meja dan lemari yang berisi dengan buku-buku. Ada beberapa gambar desain yang dipajang di dinding. Salah satunya gambar desain Masjid Jamik Bengkulu yang direnovasi atas anjuran dari Bung Karno.

Masjid Jamik Bengkulu
Arsitektur rumah yang mengagumkan

Siang itu Rumah Pengasingan Bung Karno banyak pengunjung. Salah satunya dari rombongan peserta sebuah acara di Bengkulu. banyak hal yang bisa dipelajari ketika berkunjung ke sini. Rumah Singgah Bung Karno di Bengkulu ini menjadi bagian pejalanan perjuangan Bung Karno untuk bangsa dan negara. Termasuk pertemuannya dengan Fatmawati, Ibu Negara pertama Bangsa Indonesia.

Rumah Pengasingan Bung Karno
Jalan Soekarno-Hatta
Anggut Atas, Bengkulu
Jam Opersional: 08:00-17:00
Tiket Masuk: Rp 3.000/ orang


Bengkulu,  10 Agustus 2018

18 Comments

Add Yours →

Mengenang sang Proklamator Negara Kesatuan Republik Indonesia sungguh mengharukan akan perjuangannya. Lain sisi juga penumbuh semangat juang untuk berbakti pd nusa bangsa ibu pertiwi. Makasih banget gan atas artikelnya krn membuatku untuk tetap berjuang guna menggapai impian bersama bangsa.

Bung Karno merupakan tokoh yang begitu inspiratif, melihat perjuangannya di masa penjajahan membuat saya menjadi kagum terhadap beliau, semoga generasi sekarang mampu mempertahankan dan melanjutkan perjuangan beliau

Pernah ke sini tahun 2016, menurut saya tempat yang begitu bersejarah tapi minim promosi, pengunjungnya sepi. Pengelola hanya menjalankan rutinitas, kurang inovasi. Hehe. (CMIIW)

Belum pernah ke Bengkulu. Kapan-kapan semoga ada rezeki buat main kesana. Sejarah memang selalu menarik untuk dipelajari. Bung Karno memang tokoh yang inspiratif, tapi sayang pernikahan pertamanya tidak berjalan dengan baik. Dan yang masih jadi tanda tanya saya sampai sekarang adalah, janji Beliau pada Sultan Hamid yang ingin menjadikan Kalbar sebagai Daerah Istimewa seperti Yogyakarta kenapa tidak jadi?.

Leave a Reply