Di hari Selasa pagi, rumah Haji Doni sudah ramai dengan warga yang berkumpul. Letak rumahnya tidak jauh dari rumah Pak Lie, Kades Desa Tanjung. Pagi itu tidak hanya bapak-bapak, ibu-ibu juga ikut berkumpul di rumah Haji Doni. Mereka sedang membantu Haji Doni yang akan menggelar pesta pernikahan anaknya pada esok hari. Bapak-bapak sibuk memasang tenda. Sedangkan para ibu membantu menyiapkan bahan makanan yang akan dimasak. Beberapa anak kecil terlihat bermain di sekitar rumah Haji Doni.
Haji Doni merupakan salah satu pengusaha sukses yang ada di Desa Tanjung. Rumahnya lebarnya tidak seberapa, tapi memanjang hingga ke belakang. Berbagai jenis usaha dijalankan olehnya. Salah satunya adalah budidaya ikan arwana. Aku pernah melihat beberapa akuarium berukuran besar yang berisi ikan arwana ketika melintas di depan rumah beliau. Rumah burung walet juga menjadi usaha yang dijalankan oleh Haji Doni.
Rabu pagi sekitar pukul 09.00, Mas Irfan dan istrinya sudah bersiap-siap untuk datang ke acara pesta. Pagi itu aku sedang mengerjakan laporan data lapangan di kamar, tiba-tiba mendengar suara Mas Irfan. “Ayo Mas Rivai, ikut kami ke rumah Haji Doni!” Ajak Mas Irfan.
Baca Juga: Musim Tangkap Ikan
Tanpa pikir panjang, aku langsung mengiyakan ajakan Mas Irfan. Aku langsung bergegas berganti pakaian. Selang beberapa menit kami sudah berangkat menuju rumah Haji Doni. Aku tidak menyangka bakal diajak untuk datang ke pesta salah satu warga desa. Aku sudah berada di desa ini selama tiga minggu dan banyak mengenal warga desa beserta perangkatnya. Sudah dianggap seperti warga desa, bukan lagi seorang pendatang. Mungkin hal ini menjadi salah satu pertimbangan Mas Irfan mengajakku datang ke acara pesta pernikahan anak Haji Doni.
Rumah Haji Doni sudah dipenuhi dengan para tamu. Acara akad nikah sudah dilakukan sekitar satu jam yang lalu. Menantu Haji Doni merupakan seorang pemuda yang juga berasal dari Desa Tanjung. Letak rumahnya berjarak lima rumah dari rumah beliau. Keluarga Haji Doni senang ketika melihat aku bisa datang ke acara pernikahan putrinya. Kedua mempelai dan keluarga terlihat sangat bahagia. Para tamu yang datang menikmati hidangan yang disajikan.
Di acara tersebut aku bertemu dengan Pak Yasin, Pak Saad dan beberapa perangkat desa lainnya. Acara hiburan diisi dengan penampilan organ tunggal beserta dua penyanyinya. Warga ikut bernyanyi dan bergoyang sesuai irama yang dibawakan pemain organ tunggal. Acara pesta akan selesai pada siang hari. Tepat sebelum adzan shalat dzuhur berkumandang. Kemudian acara hiburan musik organ tunggal akan dilanjutkan lagi pada pukul 19.30 atau setelah shalat isya.
Selepas shalat Isya, suara musik organ tunggal mulai terdengar dari rumah Haji Doni. Tak selang berapa lama aku, Mas Irfan, dan temanku mulai berjalan kaki mendatangi sumber suara.
“Mas Irfan, sini singgah ke rumah dulu,” sapa Pak Ab. Suherman.
Ternyata dalam perjalanan kami malah diminta untuk singgah di rumah Pak Ab. Suherman. Beliau merupakan orang tua dari Dipta dan masih memiliki hubungan saudara dengan istri Mas Irfan. Kami disambut ramah dan dipersilakan untuk masuk ke rumah. Namun, kami memilih duduk lesehan di teras rumahnya. Duduk santai menikmati suasana malam dan suara alunan musik yang berasal dari rumah Haji Doni.
Dari dalam rumah muncul istri Pak Ab. Suherman membawakan kopi dan beberapa camilan. Kopi memang jadi teman ngobrol bagi sebagian besar warga desa. Selama di Desa Tanjung, aku beberapa kali bertegur sapa dengan Pak Ab. Suherman dan keluarganya. Namun, baru malam itu aku bisa singgah dan ngobrol banyak hal di rumahnya. Mulai dari tentang Desa Tanjung, apa yang aku kerjakan di sini, hingga jumlah tangkapan ikan yang didapat di musim tangkap ikan kali ini. Tidak terasa selama satu jam kami berada di rumah Pak Ab. Suherman. Kami pamit untuk melihat hiburan musik yang ada di rumah Haji Doni.
Di depan rumah Haji Doni sudah dipenuhi warga. Mereka bergoyang dan bernyanyi mengikuti alunan musik organ tunggal. Beberapa warga lainnya memilih duduk santai sambil mengobrol dengan warga lainnya. Di sudut lainnya ada beberapa warga yang berjualanan makanan dan minuman. Aku ketemu dengan Pak Saad dan Pak Yasin. Mereka berdua ini sangat kompak, meskipun sering berbeda pendapat dan beradu argumen. Mereka berdua malah mengajak kami untuk makan kerupuk basah di sebelah rumah Haji Doni.
Semakin malam, acara hiburan musik organ tunggal semakin ramai. Tidak hanya warga Desa Tanjung, tetapi juga warga desa lain, seperti Desa Tanjung Harapan, Desa Nanga Suhaid, dan Desa Madang Permai juga datang untuk menikmati hiburan ini. Warga dari Desa Madang Permai sampai rela menyeberangi Sungai Kapuas menggunakan perahu di malam hari hanya untuk menonton hiburan ini.
Di sela-sela keramaian, Pak Yasin dan beberapa warga berkeliling desa untuk memantau kondisi keamanan desa. Ketika ada acara seperti ini, keamanan desa menjadi rawan. Kalau ada acara seperti ini, biasanya ada beberapa kelompok warga yang sengaja pesta minuman keras. Tentu saja hal ini bisa memicu kericuhan dan keributan antar warga. Perangkat dan warga desa bekerja sama untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan.
Perangkat dan warga desa menginginkan desa tetap dalam keadaan aman, tertib, dan kondusif. Mereka tak segan untuk membubarkan setiap kerumunan warga yang terlihat mencurigakan. Bahkan Haji Doni mengancam jika terjadi keributan, maka biaya organ tunggal akan dibebankan kepada warga yang terlibat dalam keributan.
Rencana awal acara musik organ tunggal diadakan selama tiga hari. Mulai dari hari Rabu hingga hari Jumat. Dimulai dari pukul 19.30 hingga pukul 23.00. Itu sesuai dengan izin dari perangkat desa dan pihak keamanan. Namun karena antusiasnya warga, Haji Doni memperpanjang hiburan musik organ tunggal ini hingga hari Minggu. Artinya warga Desa Tanjung dan sekitarnya bisa menikmati hiburan musik organ tunggal selama lima hari.
Perkampungan di pesisir Sungai Kapuas sebagian besar dihuni oleh masyarakat keturunan Suku Melayu. Musik menjadi bagian yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan mereka. Baik itu di Kecamatan Selimbau, maupun Kecamatan Suhaid. Banyak toko elektronik di Kecamatan Semitau yang menjual pengeras suara dan mikrofon dengan berbagai ukuran, harga, bentuk, dan merek. Alat-alat elektronik ini bisa dijual secara paket.
Suara musik yang saling bersahutan menjadi hal yang biasa di sini. Pernah pada suatu malam, seorang warga Desa Madang Permai menyalakan musik yang suaranya terdengar hingga Desa Tanjung yang beraada di seberangnya. Padahal kedua desa ini dipisahkan oleh Sungai Kapuas yang memiliki lebar sekitar 245 meter. Tetangga Mas Irfan sering bernyanyi seperti orang yang sedang berkaraoke di siang dan sore hari.
Baca Juga: Jejak Kaki di Desa Tanjung
Selama lima hari acara hiburan musik organ tunggal berlangsung dengan lancar dan aman. Banyak warga yang terhibur. Keamanan desa tetap kondusif. Segala potensi keributan bisa diantisipasi dengan baik. Selama lima hari itu pula aku melihat keramaian yang belum pernah aku lihat di desa ini. Lagu Kopi Dangdut menjadi lagu yang sering dinyanyikan oleh warga. Semua bernyanyi dan bergoyang sesuai irama yang dibawakan oleh pemain organ tunggal. Pesta telah usai dan di hari Senin warga desa kembali tenggelam dalam aktivitasnya masing-masing.
Seperti halnya sebuah pesta, sebuah perjalanan juga mesti usai. Begitu juga dengan perjalananku di Desa Tanjung. Namun, ini bukanlah akhir dari sebuah perjalanan, melainkan menuju ke perjalanan-perjalanan selanjutnya. Setelah Desa Tanjung, aku akan menuju ke desa yang berada di Kecamatan Semitau. Desa Tanjung menjadi salah satu desa yang memberi kesan tersendiri bagiku dalam perjalanan ini.
Cerita Dari Kapuas
Desa Tanjung
Maret 2021
20 comments
Heheheh, pesta dengan musik seperti ini di setiap kampung mempunyai potensi besar untuk berselisih, mas.
Tapi kalau sudah ada orang yang menjaga sampai benar-benar aman, berarti menyenangkan. Keren..
Di mana ada keramaian, potensi kericuhan emang selalu ada. Jadi yaa butuh pengamanan ekstra agar semuanya berjalan dengan lancar.
Setiap ada yang nikah berarti seru banget ya, Kakk. Dari mulai persiapan aja dibantu oleh tetangga, kekeluargaannya berasa bangettt! Jadi berkesan banget acara pernikahannya. Yang seru juga ada organ tunggal sampai seminggu penuh! Waw itu suasana tiap malam pasti seru sih dan sekalinya organ tunggalnya selesai, pasti langsung berasa sepinya :’)
Acara di kampung biasanya begitu. Berlangsung lebih lama dibandingkan di gedung.
Pernah dengar cerita orang tua dulu, acara pernikahan kayak gini itu bisa jadi ajang silaturahmi bagi warga. Karena selalu ada acara bantu-bantu dan kumpul-kumpul. Kalau sekarang pakai jasa katering agar lebih mudah dan ga ribet…hehehe
semoga tetap rukun ya kak 😀
Selalu rukun
Ternyata ini menjadi penutup cerita di Desa Tanjung selama perjalanan kerja lapang di Kalimantan ya Mas Vai. Aku malah penasaran riasan adat ngantennya di sana gimana ya xixixi. Keren ya H. Doni usahanya banyak. Ada sarang walet dan ikan arwana. Kalau rumah memanjang aku malah ingat rumah kami di kampung halaman. Ga lebar tapi duowo puol wkwkkwk…
kira kira temen cemilan sore si kopi apa ya. Penasaran pula bagaimana bentuk kerupuk basah itu. Bercengkrama dengan warga lokal dan perangkat desa memberi kesan tersendiri yang ga bakal terlupakan ya…#duh kangen jalan jalan wkwkwk
Pas acara malah lupa foto-foto. Terlalu fokus sama makanan dan ngobrol dengan yang lainnya 😀
Kerupuk basah itu mirip kayak pempek. Bahannya tepung dan ikan. Kemudian pakai sambel kacang sebagai pelengkap 😀
Ayolah mbul..jalan-jalan dan makan lagi..hahaha
Hahahahahah sampe 5 hari ya mas organ tunggalnya . Itu enaknya nikah di rumah atau bukan di gedung. Krn biasanya bisa berhari2. Kayak adat Batak, biasany itu juga sampe semingguan. Keluargaku Krn udah ga terlalu megang istiadat lagi, jadi nikah kemarin LBH milih di gedung, biar sebentar wkwkwkwk.
Akhir may ini aku mau ke desanya asistenku, yg mau nikah. Penasaran kayak apa nanti acaranya. Karena aku tahu pasti meriah kalo udh nikah di tempat begini
Nikah pakai adat biasanya lebih lama. Banyak prosesi yang mesti dilakukan. Di jawa pun jga begitu. Tapi akhirnya banyak yang dipersingkat..hihihi
Desanya mana mbak fany…? Kalau di kampung bakal lebih meriah. Bahkan bisa dari pagi sampai malam.
(((Bahkan Haji Doni mengancam jika terjadi keributan, maka biaya organ tunggal akan dibebankan kepada warga yang terlibat dalam keributan.))) Mantap Haji Doni. xD
Yang main organ tunggal sampe gebuk-gebuk alatnya nggak mas Vay? Biasanya kan ada yang kayak gitu saking semangatnya udah gak dipencet-pencet lagi tapi digebuk, wkwkwkwk.
Bukan, kalau itu khan orkes melayu. Konsep band yang lebih lengkap. Ini hanya pakai keyboard dan penyanyi aja. Jadi cukup sederhana. Aku lupa malam itu ga ambil gambar. Atau mungkin sudah ambil gambar tapi langsung dihapus karena gambarnya jelek..hiiks
Waaah lanjutan cerita Desa Tanjung yaaa. Alhamdulillah dianggap warga sana, berarti sudah amat dekat dengan penduduk sana. Berarti betah donggg…
Aku penasaran, kalau datang kondangan di sana naiknya apa ya mas? Apakah jalan kaki atau naik kendaraan?
Bisa dibilang betah selama berada di sana. Diterima dengan baik oleh warga desa.
kalau pas ke sana jalan kaki karena masih satu desa. Kalau dari luar desa bisa naik perahu atau kendaraan motor. Tapi kendaraan ga bisa masuk ke desa tanjung. Kendaraan bermotor dilarang masuk area desa.
menikmati senja di atas kapal kayak gini asik banget, mana tenang lagi ya sungainya
berarti yang namanya pesta, ga cuman di jawa aja ya vibesnya yang heboh, di kalimantan termasuk di desa aja bisa heboh juga dan keamanan bisa dibilang cukup rawan. aku kira kalau di desa, tingkat pencurian atau kejahatan juga nggak tinggi-tinggi amat
Apalagi kalau kapal melaju dengan santai, bisa menikmati suasana sungai dan sekitarnya. Kalau di desa biasanya keributan kecil aja. Itu pun juga jarang terjadi. Tapi kalau ribut karena mabuk jadi masalah tersendiri. Kalau pencurian jarang banget. Malah tidak pernah terdengar selama di sana.
Wah, Vay sekarang merantau jauh ya ke Kalimantan,sejak kapan Vay… sehat-sehat ya Vay ditunggu ceritanya dari Kalimantan…
TIdak mbak dew, kemarin pas ada proyek di kalimantan aja. jadi kerja sekalian jalan-jalan 😀
Acara hiburannya nggak boleh diliput ya mas Vay? Penasaran sama suasana dan keramaiannya.
Acaranya sih boleh difoto atau video. Seingatku aku ga ambil foto, terlalu asyik ngobrol sama warga desa. Ada foto malah pas dalam perjalanan pulang menuju rumah. Foto diambil jam 12 malam 😀