Pesona Gunung Prau

Kali ini aku akan bercerita tentang pendakian gunung. Cerita tentang pendakian ke gunung Prau. Setelah 2 bulan vakum, akhirnya aku menikmati ketinggian juga. Ketinggian selalu memberikan kesan tersendiri bagi aku.
menikmati Sunrise yang diselimuti kabut

Rencana kita berangkat pukul 3 sore dari Semarang. Kita meeting point di depan Benteng William di daerah Ungaran, kabupaten Semarang kemudian langsung menuju dataran tinggi Dieng. Yang ikut dalam pendakian ke gunung Prau sore itu adalah aku, Ricky Toding, Ahmed, Giska, Ari dan beberapa teman Giska. Sedangkan Alim dan Mas Dhika sudah berangkat terlebih dahulu. Rencana awal berangkat pukul 3, tapi kita baru berangkat sekitar pukul 16.30 sore. Yaa sore itu banyak yang ikut, sehingga kita harus saling menunggu agar bisa berangkat bersama-sama. Apalagi kita akan melakukan perjalanan jauh ke daerah dataran tinggi Dieng, di kabupaten Wonosobo. Kita akan melalui daerah Sumowono, Temanggung, Wonosobo, dan ke dataran tinggi Dieng.


Puncak Gunung Prau yang dipenuhi tenda pendaki
Gunung Prau terletak di kawasan dataran tinggi Dieng, kabupaten Wonosobo. Tepatnya di desa Patakbanteng. Gunung Prau memiliki ketinggian 2.565 Mpdl. Menurutku gunung ini masuk kedalam ukuran yang sedang. Jalur pendakian juga relatif mudah dan cukup jelas bagi pendaki. Ketinggian gunung Prau memang tak terlalu tinggi, namun gunung Prau memiliki suhu yang sangat ekstrim. Suhu di basecamp pendakian rata-rata 3-6 derajat celcius. Sedangkan suhu dipuncak bisa mencapai suhu 0 derajat celcius. Belum lagi kencangnya angin menambah dinginnya suasana di gunung Prau. Gunung Prau merupakan salah satu gunung dengan suhu yang sangat dingin.

Bukit Teletubbies

Akhirnya sekitar pukul 23.00 kita sampai di basecamp. Perjalanan yang cukup jauh. Belum lagi selama perjalanan kita juga kehujanan. Sehingga badan kita terasa lelah terlebih dahulu. Sesampainya di basecamp, kita diharuskan registrasi terlebih dahulu dan mempersiapkan diri dan perlengkapan untuk mendaki gunung Prau. Setelah semuanya selesai, akhirnya sekitar pukul 00.00 kita mulai berangkat mendaki gunung. Jalur pertama yang kita lewati adalah perkampungan warga. Jalanan di kampung sudah dalam bagus dan terawat dengan baik. Setelah itu kita akan melewati anak tangga sebelum memasuki perkebunan warga. Perkebunan warga banyak didominasi oleh sayuran. Setelah itu, kita akan mulai melewati hutan. Hutan tak terlalu rapat, sehingga jalur pendakian masih terlihat jelas. Jalur pendakian gunung Prau berupa tanjakan, sehingga kita harus sering-sering mengatur napas dan langkah kita. Setelah tanjakan terakhir, kita akan melewati hamparan bunga-bunga disepanjang perjalanan. Berarti puncak sudah dekat. Kita mulai bersemangat untuk segera sampai puncak. Akhirnya hamparan puncak mulai menyapa kami. banyak tenda yang sudah berdiri tegak disana. Ternyata malam itu banyak pendaki yang mendaki gunung Prau. Banyak tenda pendaki lain yang sudah berdiri di puncak Pukul 02.30 kita sampai puncak, sehingga kita membutuhkan waktu selama 2,5 jam untuk sampai puncak. 

Pagi Hari yang diselimuti Kabut

Sesampainya di puncak, kita mulai mencari mas Dika dan Alim. Pasti mereka sudah tertidur di tenda. Maklum suhu di puncak sangat dingin. Dan ditambah kencangnya angin yang bertiup. Akhirnya kita bertemu dengan mereka berdua. Setelah itu kita langsung mendirikan tenda. Setelah tenda berdiri, kita pun langsung tidur. Tidak ada acara untuk malam itu. kita memilih istirahat dan berharap bisa menikmati sunrise di keesokan harinya.
Pemandangan Gunung Sindoro dari Puncak Gunung Prau
Hari pun mulai bernajak pagi. Banyak pendaki yang sudah bersiap-siap menyambut sunrise. Kita pun juga begitu. Mulai keluar dari tenda dan berharap mendapatkan sunrise yang bagus. Jarum jam tangan sudah menunjuukan pukul 05.30, namun sang surya tak juga menampakkan wujudnya. Aku kira pasti pagi itu tak akan ada sunrise yang cantik seperti yang sering diomongkan orang. Harapan untuk menikmati sunrise seolah-olah hilang begitu saja. Ketika kita akan kembali ke tenda, ternyata matahri mulai menampakkan diri. Sang surya langsung terbit dengan bentuk bulatnya. Kita pun segera mengabadikan momen sunrise tersebut. Para pendaki lainnya juga berlomba-lomba untuk segera mengabadikan momen tersebut. Tak lama kemudian sang mentari mulai tertutup kabut lagi. Kami hanya menikmati sunrise sebentar saja, namun itu sangat indah dan berkesan bagi kami.

Telaga Warna dilihat dari Puncak Gunung Prau
Pagi itu suasana di puncak masih ramai dengan pendaki lain. Gunung Prau merupakan gunung yang memiliki puncak yang terluas di Jawa Tengah. Mungkin pagi itu ada ratusan pendaki yang sedang berada di puncak. Puncak gunung Prau terkenal dengan bukit Teletubbies. Yaa bukit yang ada disana hampir mirip dengan bukit yang ada di film anak-anak, film Teletubbies. Tapi jangan mencoba mencari Tingky Wingki, Dipsy, LaaLaa dan Poo, karena para Tubbi tidak ada disini. Pemandangan di puncak sanagat bagus. Bukit teletubbies tidak terlalu hijau, karena lagi musim kemarau. Gunung Sindoro dan gunung Sumbing bisa dilihat dengan jelas dari puncak. Dari puncak kita juga bisa melihat kawasan dataran tinggi Dieng. Beberapa obyek wisata dapat dilihat dari puncak. Seperti kawah Sikidang dan Telaga Warna. Pagi itu cukup cerah, namun angin masih bertiup dengan kencang. Sebelum turun kita berfoto terlebih dahulu. Tidak lupa kita juga memasak dan makan makanan yang kita bawa dari bawah. Sekitar pukul 11.30 kita turun gunung. Kebetulan kita adalah salah satu kelompok yang terakhir turun gunung. Siang itu udara sangat sejuk dan tak terasa panas. Dalam perjalanan kita juga ketemu dengan beberapa pendaki dari daerah lain. Ada salah satu pendaki yang berasal dari Jakarta yang membuatku terkesan dengan penampilannya. Dia naik gunung dengan menggunakan caping sambil membawa carrier. Selain itu, selama perjalanan turun gunung kita juga akan disuguhi pemandangan desa Patakbanteng dari lereng gunung.

Narsis dulu (Giska, Rivai, Ari, Toding, Ahmed)

Partner In Crime
Setelah menempuh perjalanan selama 1 jam, akhirnya kita sampai sampai di basecamp. Perjalanan yang cukup singkat, karena selama perjalanan turun kita tidak berhenti sama sekali. Kita istirahat di basecamp sambil makan makanan yang belum sempat di makan di puncak. Ada beberapa teman yang mulai membersihkan badan mereka. Akhirnya kita bersiap-siap untuk kembali menuju Semarang.

Pemandangan Desa Patakbanteng dari lereng gunung
Perjalanan panjang masih harus dilalui lagi untuk bisa sampai Semarang. Selama perjalanan pulang kita juga kehujanan. Badan terasa kedinginan. Namun setelah memasuki daerah kota Wonosobo, hujan tak lagi menemani kita. Selama perjalanan kita bisa menikmati pemandangan. Gunung Sindoro dan Sumbing juga menemani perjalanan kita. Sesampainya di kota Temanggung kita berhenti sejenak untuk makan. Kita melanjutkan perjalanan sambil ditemani gelapnya malam. Beberapa kali kita terpisah jalan. Namun kita sampai dengan di Semarang dengan selamat. 

Toding, Alim, Mas Dika dalam perjalanan turun

Menyusuri kawasan taman bunga dalam perjalanan turun gunung

Pendaki wanita dengan capingnya
Perjalanan kali ini sangat berkesan, meskipun selama perjalanan kita juga ditemani dinginnya air hujan. Mungkin lain waktu kita akan mengunjungi dan menikmati pesona gunung Prau lagi. Mungkin dengan kamu yang seorang pejalan kaki.

Leave a Reply