1. Perjalanan Eropa yang ke-8
Dr. Tanzil dan istrinya melakukan perjalanan ke Benua Eropa pada tanggal 9 April 1982. Ini merupakan perjalanan ke-8 mereka berdua ke Eropa. Perjalanan dimulai dengan penerbangan dari Jakarta menuju Kota Amsterdam, Belanda. Dalam penerbangan tersebut, pesawat akan transit di Kota Karachi, Pakistan selama 24 jam. Ini merupakan pengalaman pertama Dr. Tanzil mengunjungi Kota Karachi, Pakistan.
Dr. Tanzil dijemput Oom begitu tiba di Amsterdam, Belanda. Dr. Tanzil tinggal selama beberapa hari di Amsterdam untuk menyiapkan segala kebutuhan yang akan dibawa. Perjalanan menjelajah Eropa akan dilakukan dengan mengendarai mobil yang telah dibeli melalui Oom. Menurut rencana, Dr Tanzil akan mendatangi Negara Belgia, Luxemburg, Jerman Barat, dan Austria. Kemudian berlanjut ke Negara Hongaria, Rumania, Bulgaria, dan Yugoslavia. Di Hongaria Dr. Tanzil akan mengurus visa untuk masuk ke Rusia. Sedangkan di Yugoslavia Dr. Tanzil akan mengurus visa untuk masuk ke Albania.
Dalam perjalanan pulang Dr. Tanzil akan melalui Negara Italia, Prancis, Spanyol, Gibraltar, dan terakhir tiba di Kota Amsterdam, Belanda. Semua perjalanan ini akan menghabiskan waktu selama dua bulan. Sebuah perjalanan tidaklah selalu berjalan sesuai dengan rencana. Hal seperti itulah yang dialami oleh Dr. Tanzil dan istrinya dalam perjalanan ini.
Baca Juga: Catatan Perjalanan Pasifik Selatan
Mobil bekas yang dibeli Dr. Tanzil mengalami beberapa kerusakan. Seperti kerusakan aki mobil, dan kabel pedal gas yang terlalu panjang. Beberapa kali mobil Dr. Tanzil mengalami mogok dalam perjalanan. Semua kerusakan pada mobil bisa diperbaiki ketika berada di Kota Budapest, Hongaria.
Saya terpaksa mengeluarkan uang sebesar Rp.125.000 untuk memperbaiki mobil. Belum terhitung tenaga yang dikeluarkan pada waktu mendorong mobil, waktu yang tersita selama reparasi, dan yang terpenting adalah terganggunya pikiran yang selalu was-was selama dalam perjalanan. (Hal. 30)
Ketika berada di Budapest, Hongaria, istri Dr. Tanzil mengalami peradangan pada usus buntunya sehingga perlu dilakukan operasi. Operasi berjalan lancar dan istrinya mesti dirawat di rumah sakit selama beberapa hari. Dr. Tanzil ikut merawat dan menyiapkan makanan dan kebutuhan istrinya.
Hal yang tidak pernah dilakukan oleh Dr. Tanzil sebelumnya. Biasanya istrinya yang menyiapkan segala kebutuhannya. Tentang apa yang akan terjadi kemudian bagi saya tidak menggoyahkan iman saya bahkan hati saya menjadi pasrah menerima nasib. Hanya kebiasaan menyiapkan makanan atau mencuci pakaian yang belum pernah saya lakukan, karena selalu ditangani oleh istri, benar-benar menyulitkan.
Memang, nilai sesuatu barang atau jasa seseorang baru dapat dirasakan apabila sesuatu telah tiada. Untunglah soal tiadanya itu kini hanya sementara waktu saja, sehingga saya dapat lebih memperhatikan dan menghargainya di kemudian hari. (Hal. 35)
Dr. Tanzil dan istrinya memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan dan memilih untuk kembali ke Amsterdam, Belanda. Kemudian melakukan penerbangan menuju Indonesia. Banyak negara yang tidak jadi dikunjungi. Pada tanggal 14 Mei 1982, Dr. Tanzil dan istri tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta. Ini merupakan perjalanan keluar negeri yang terpendek, tetapi dengan hambatan yang bermacam-macam.
2. Akhirnya Kami Bisa Melihat: Lhasa, Tibet!!!
Keinginan Dr. Tanzil untuk mengunjungi Lhasa, Tibet pertama kali timbul ketika berada di Kathmandu, Nepal pada bulan Februari 1977. Kemudian pada tahun 1981 ketika berada di Beijing, Dr. Tanzil mengajukan ijin masuk ke Lhasa, Tibet. Namun, izin tersebut ditolak dengan alasan keamanan.
Keinginan Dr. Tanzil untuk mengunjungi Tibet akhirnya bisa terwujud pada bulan Juli 1982. Sebuah perusahaan perjalanan asal China akan mengadakan perjalanan ke Lhasa, Tibet. Perjalanan ini merupakan perjalanan ke Tibet pertama yang diadakan oleh perusahaan tersebut.
Baca Juga: Jalan Panjang Untuk Pulang
Di perjalananan ini, istri Dr. Tanzil tidak mengikuti perjalanan ke Lhasa, Tibet. Hal itu dikarenakan faktor keselamatan. Wilayah Tibet sebagian besar terletak di atas ketinggian 4000 mdpl. Perjalanan itu sendiri diikuti oleh enam orang yang berasal dari berbagai negara. Seperti Jerman, Austria, Amerika Serikat, Inggris, dan Indonesia. Semua peserta berusia di atas 38 tahun.
Sudah saya duga, kami semua adalah pelanglang buana yang sudah berpengalaman. Benar juga pameo yang mengatakan, tak ada orang yang bermaksud pergi ke atap dunia sebelum melawat negara-negara lainnya.” (Hal. 54)
Selama di Tibet Dr. Tanzil mengunjungi berbagai tempat. Seperti Vihara Jokhang, Vihara Sera, Vihara Drepung, Istana Potala, Istana Norbulingka, dan Telaga Yang Zhouyung. Sejak tahun 1642, Istana Potala menjadi pusat pemerintahan dan tahun 1653 menjadi tempat tinggal Dalai Lama V. Selain itu, Dr. Tanzil juga diajak untuk melihat sebuah rumah sakit tua di Lhasa, dan pendidikan pengobatan tradisional di Tibet. Perjalanan ke Tibet memberikan kesan tersendiri bagi Dr. Tanzil tentang negeri yang telah dimimpikannya selama beberapa tahun.
3. Bermobil Dari Amsterdam Sampai Amman, Melalui Negara-Negara Sosialis di Balkan
Perjalanan ke Eropa yang ke-9 Dr. Tanzil dan istrinya dimulai pada tanggal 23 September 1982. Di perjalanan ini, Dr. Tanzil akan menggunakan mobil yang sama dalam perjalanan ke Eropa sebelumnya. Menurut rencana, perjalanan Dr. Tanzil dan istrinya dimulai dari Amsterdam, Belanda menuju Jerman, Prancis, Italia, dan Yugoslavia.
Kemudian perjalanan akan berlanjut ke Bulgaria, Rumania, Hongaria, Austria, Jerman, dan berakhir di Amsterdam, Belanda. Di Yugoslavia akan tinggal beberapa hari untuk mengurus visa untuk masuk ke negara Albania. Albania merupakan satu-satunya negara di Eropa yang belum pernah kunjungi oleh Dr. Tanzil. Segala proses telah diikuti, tetapi Dr. Tanzil tidak diijinkan memasuki Negara Albania.
Perbatasan sedang ditutup karena hubungan antara Yugoslavia dan Albania memburuk. Albania dituduh menghasut penduduk Yugoslavia di daerah perbatasan agar mau bergabung dengan mereka.” (Hal. 177)
Ketika berada di KBRI Beograd, Yugoslavia Dr. Tanzil berkenalan dengan Bapak Garnawan yang merupakan Duta Besar Indonesia untuk Suriah. Setelah gagal masuk ke Albania, Dr. Tanzil malah berkeinginan untuk mengunjungi Suriah melalui Turki. Ketika berada di Bulgaria, Dr. Tanzil meminta tolong KBRI di Bulgaria untuk membantu pengurusan visa ke Turki dan Suriah. Visa berhasil didapat dan perjalanan dilanjutkan menuju Kota Istanbul, Turki.
Dr. Tanzil langsung menuju KBRI Suriah begitu tiba di Kota Damaskus. Kedatangan mereka langsung disambut oleh Bapak Garnawan dan istri. Di kota ini, Dr. Tanzil juga mengurus visa untuk masuk ke Negara Yordania dan Lebanon. Visa Yordania berhasil didapat, sedangkan visa Lebanon akan diproses di Kota Amman, Yordania. Lokasi kedutaan Lebanon berada. Setibanya di kedutaan besar Lebanon di Kota Amman, Dr. Tanzil tidak mendapatkan visa untuk memasuki Lebanon karena masalah keamanan.
Baca Juga: Pesta Telah Usai
Kegagalan memasuki Lebanon membuat Dr. Tanzil memilih untuk mengakhiri perjalanannya dan kembali ke Amsterdam, Belanda. Dalam perjalanan kembali Dr. Tanzil akan melalui negara Suriah, Turki, Bulgaria, Rumania, Hongaria, Austria, Jerman, dan akhirnya tiba di Amsterdam, Belanda. Dr. Tanzil tinggal selama beberapa hari di Amsterdam sebelum akhirnya pulang ke Indonesia. Pada tanggal 12 November 1982, Dr. Tanzil dan istrinya telah tiba di Jakarta dengan penerbangan pesawat Garuda Indonesia dari Bandara Schipol, Belanda.
Dalam perjalanan ke Eropa yang ke-9, Dr. Tanzil telah menempuh jarak sejauh 14700 km dengan waktu selama 50 hari. Itu sudah termasuk perjalan ke Turki, Suriah, dan Yordania. Albania menjadi satu-satunya negara di Benua Eropa yang belum pernah dikunjungi oleh Dr. Tanzil pada saat itu.
Kegemaran ini kami lakukan semata-mata untuk kepuasan hati. Tujuan untuk memperoleh kepuasan batin yang membangkitkan gairah hidup. (H.O.K. Tanzil)
Judul: Catatan Perjalanan 1982: Eropa, Tibet, Timur Tengah
Penulis: Prof. DR. H.O.K. Tanzil
Penerbit: Alumni – Bandung
Tahun: 1984
12 comments
Koleksimu apik-apik, mas hahahahah. Aku sekarang agak vakum koleksi buku, ada keperluan yang lainnya. Baca buku aja sekarang jauh berkurang. Pengen sesekali balikin semangat baca dan biki resensi
ini koleksi temanku sih mas. Aku cuma bagian pinjam aja…hehehee
aku beli bukunya pilih-pilih sih. Kalau bener-bener bagus baru beli, kalau tidak yaa pinjam teman aja 😀
kayaknya aku ketinggalan banyak cerita di blog hahaha, perasaan nggak terlalu lama dari waktu terakhir buka blog mas vay
AKu suka cerita-cerita tentang perjalanan ke negara-negara kayak gini, berasa ikutan jalan gitu pokoknya
Dr Tanzil udah khatam keliling banyak negara ya sepertinya
Aku malah jarang update blog. Bulan ini aja belum update tulisan..wkwkwk
makasih mbak ainun telah singgah di sini 😀
DR. Tanzil sudah melakukan perjalanan keluar negeri sebelum segala kemudahan perjalanan yang kita nikamti seperti sekarang ini 😀
Salut buat dokter Tanzil yang berani melakukan perjalanan naik mobil ke daerah Eropa timur pada tahun 1982, padahal saat itu Eropa timur seperti Yugoslavia, Albania dll lagi bergejolak. Terjadi penembakan dan pengeboman, tak heran ia tidak bisa masuk ke Albania.
Wah, dokter Tanzil juga ke Tibet ya, disana ketemu dokter strange atau ancient one tidak ya?
Sekarang negara yugoslavia sudah pecah jadi beberapa negara. Negara-negara balkan memang pernah mengalami konflik hebat pada masa lalu.
Tentu saja ga ketemu mas, soalnya dr. strange dan acient one berada di katmandu, bukan tibet..hihiihi
Gilaaa, buku lawasnya bener-bener lawas sampai-sampai negara Yugoslavia aja masih ada. Di Yugoslavia Dr. Tanzil nggak mendeskripsikan negaranya seperti apa kah mas Vay? Atau memang hanya khusus mengurus visa ke Albania? Wah perjalanan yang pertama bener-bener penuh cobaan. Bahkan istri beliau sampai sakit dan harus operasi. 🙁 Btw Oom itu nama orang atau nama perusahaan? Aku agak gagal paham karena aku kira Oom itu paman, wkwkwk. Kalau nggak salah ejaan untuk om (paman) itu o-nya memang dua nggak sih? xD *malah bahas ejaan* Sebenernya aku penasaran dengan isi buku yang sampulnya coklat, yang bahas Pasifik, apakah sama dengan yang sampul kuning. Tapi kata mas Vay di postingan Ci Jane, yang sampul coklat itu belum bisa dipinjam ya?
Di buku dijelaskan banyak hal tentang yugoslavia. Yugoslavia jadi salah satu negara tujuan dalam perjalanan ini dan menginap selama beberapa hari di negara ini. Tapi ga mungkin aku ceritakan semua di sini. Ntar malah jadi kepanjangan..hhihiiihi
Oom itu ditujukan untuk orang. Nah yang belum aku temui itu itu nama orang atau panggilan untuk paman. Di bahasa Belanda ejaan yang benar memang oom, mungkin yang dimaksud di sana adalah sebutan untuk paman 😀
Ga bisa baca karena temanku pas itu lagi di luar kota. Belum bisa dipinjam. Kalau yang pasifik itu dia bercerita ketika berada di selandia baru dan australia. Ntar kapan-kapan aku tulis yang itu. Yang bulan ini dari penulis lain dulu 😀
Sungguh perjalanan yang mengesankan bahkan melalui beberapa termin ya Mas Vai…meski pada termin 1 menemui banyak hambatan karena ada pengalaman mobil mogok juga istri sang dokter operasi usus…Beruntung perjalanan selanjutnya dapat ditempuh meski tanpa ditemani sang istri.
Aku kok fokus ke Tibet ya Mas Vai. Sebabnya pernah begitu terkesan dengan negaranya setelah nonton Mark Wiens pas kunjungan ke Tibet yang pegunungan plus selalu diliputi salju. Lalu aku jadi teringat di sebelah sungai apa gitu yang warnanya cantik banget ada sewa foto bareng anjing khas tibet yang wulunya jewul-jewul lucu banget feh. Anjinge besar kayak boneka. Juga kulineran sana misal roti sing kayak bakpao tapi namanya aku lupa…terus daging yak dan kebiasaan minum teh mentega kalau ga salah. Ada pula wisata dan budayanya yang juga menarik banget. Keren. Selalu memberikan referensi bacaan perjalanan yang must read nih mas vai ^_^
Setiap perjalanan sering ada hal-hal yang tidak terduga. Salah satunya kena musibah atau sakit dalam perjalanan.
Kalau film tentang tibet salah satu yang terkenal adalah film seven years ini tibet yang dimainkan brad pitt. Ceritanya juga bagus.
Makasih sudah berkunjung mbul 😀
Wow ini buku langka. Mungkin Prof Tanzil adalah travel writer pertama yang karyanya menginspirasi buat kelayapan ke LN (setelah Tintin). Nggak tahu apakah sekarang bakal diterbitkan ulang ya. Pasti klasik banget foto-foto LN saat jadul.
Bagi anak muda sekarang sangat langka. Kemarin temanku menjual beberapa buku yang sama. ternyata yang beli adalah orang tua. Umurnya diatas 50 tahun. Kata beliau ingin nostalgia dengan tulisan-tulisan Prof Tanzil.