Aku memutuskan berhenti sejenak di salah satu sudut kawasan Lapangan Pancasila, Simpang Lima. Pagi ini aku telah berputar mengelilingi Lapangan Pancasila sebanyak tiga putaran. Kawasan Simpang Lima sudah terlalu ramai. Aku mesti melanjutkan perjalanan. Rencananya, aku akan menuju ke Jalan M.T. Haryono. Jika beruntung, kemungkinan aku bisa berjumpa dengan ibu-ibu penjual susu di sebelah gang Kampung Kulitan.
Sepertinya pagi ini keberuntungan sedang berpihak padaku. Dari kejauhan aku melihat ibu penjual susu itu sudah menggelar barang dagangannya di samping gang Kampung Kulitan. Aku memarkirkan sepeda dan langsung duduk di dekat barang dagangan ibu penjual tersebut. Tidak ada bangku, hanya ada anak tangga di teras sebuah bangunan rumah tua. Aku memesan satu susu coklat.
Ibu penjual susu itu bernama Ibu Khoiriyah. Asal dari Desa Nyatnyono, Kabupaten Semarang. Setiap harinya Ibu Khoiriyah berangkat dari rumah pada pukul 05.15. Perjalanan berangkat dengan menggunakan angkot yang sudah menjadi langganannya. Sekitar pukul 06.00 Ibu Khoiriyah tiba di Kampung Kulitan. Kemudian beliau akan menyiapkan barang dagangan.
Baca Juga: Cerita dari Gang Buntu
Aku melihat banyak keranjang yang ada di hadapan Ibu Khoiriyah. Aku berpikir pasti bakal kesulitan untuk membawanya ketika berangkat dan pulang berjualan. Ternyata aku salah, sebagian besar keranjang itu dititipkan di rumah salah satu pelanggannya. Ibu Khoiriyah hanya membawa satu keranjang dalam perjalanan berangkat atau pulang.
Susu yang dibawa kemudian dikemas dalam plastik kecil dengan volume 250 ml. Tersedia susu putih dan susu coklat. Selain itu, Ibu Khoiriyah juga menjual susu murni yang dikemas dalam botol plastik ukuran 600 ml. Ibu Khoiriyah menjual susu volume 250 ml dengan harga Rp3.500. Sedangkan susu murni dijual dengan harga Rp10.000 per 600 ml. Selain susu putih dan coklat, Ibu Khoiriyah juga menyediakan susu sapi yang dicampur dengan kuning telur ayam kampung dan madu. Aku belum pernah minum susu yang disajikan dengan cara seperti ini.
Perkenalan Ibu Khoiriyah dengan susu sapi sudah dimulai sejak kecil. Ayah Ibu Khoiriyah merupakan seorang peternak dan blantik sapi. Desa Nyatnyono dikenal memiliki udara yang sejuk sehingga cocok untuk memelihara sapi perah. Keluarga Ibu Khoiriyah sampai sekarang masih menekuni usaha sapi perah. Saat ini Ibu Khoiriyah memiliki dua ekor sapi perah yang dapat menghasilkan susu sekitar 13 liter/hari.
Proses Ibu Khoiriyah berjualan susu di Semarang juga dimulai dengan ketidaksengajaan. Pada awalnya Ibu Khoiriyah tidak berpikiran untuk menjual susu sapi di Semarang. Salah seorang pamannya mengajak Ibu Khoiriyah ke Semarang. Seiringnya berjalannya waktu, pamannya mengajari Ibu Khoiriyah cara berjualan. “Dulu pamanku itu sering menjual susu dan hasil kebunnya ke Semarang. Kemudian diajak dan diajari caranya berjualan. Akhirnya berlanjut hingga sekarang,” kenang Ibu Khoiriyah.
Ibu Khoiriyah pertama kali menjadi penjual susu pada tahun 1991. Pada awalnya keliling dari satu gang masuk ke gang lainnya yang ada di Jalan M.T. Haryono. Sekitar tahun 2000, Ibu Khoiriyah mulai menggelar barang dagangannya di dekat gang Kampung Kulitan. Mulai berjualan pada pukul 06.00 hingga 09.00. Setelah itu Ibu Khoiriyah akan berkeliling menawarkan susu dan barang dagangan lainnya ke kampung-kampung yang ada di sekitar Kampung Kulitan.
Pelanggan Ibu Khoiriyah tidak hanya Kampung Kulitan, tetapi juga kampung-kampung lainnya. Pemilik beberapa toko yang ada di sekitar Kampung Kulitan juga sering membeli susu dan barang dagangnya Ibu Khoiriyah. Bahkan para pekerja atau karyawan toko sering singgah dan membeli susu sebelum memulai pekerjaan mereka.
Baca Juga: Cerita dari Tepi Kali Semarang
Biasanya Ibu Khoiriyah akan selesai berjualan pada pukul 12.00. Keranjang plastik dan beberapa barang dagangannya akan dititipkan ke salah satu pelanggannya. Orang yang dititipi pun tidak pernah merasa keberatan. Ibu Khoiriyah akan menumpang bus kota dalam perjalanan pulang ke Desa Nyatnyono.
Pagi ini Ibu Khoiriyah membawa 15 liter susu sapi yang dimasukan dalam tiga buah jerigen. Tidak hanya itu, Ibu Khoiriyah pagi itu juga menjual jajanan dan hasil kebun. Mulai dari nasi intip, keripik, telur asin, buah mangga, pisang, manggis, hingga buah nangka.
Susu sapi jadi produk yang paling laris dibeli pelanggan. Rata-rata pembeli membeli secara dibungkus untuk dibawa pulang. Jarang sekali ada yang diminum di tempat seperti aku. Aku menghitung ada sekitar 15 orang membeli susu sapi atau barang dagangan Ibu Khoiriyah selama aku berada di sana. Para pembelinya sudah jadi langganan Ibu Khoiriyah. Hal itu terlihat dari cara komunikasi antara Ibu Khoiriyah dengan mereka. Tampak sangat akrab dan dekat.
Dari obrolan ini, Ibu Khoiriyah juga berbagi pengalaman tentang para pembeli dan pelanggan yang ditemui. Salah satunya adalah para pelanggannya yang terkenal sangat sadis ketika menawar harga barang dagangan. Ketika menghadapi pembeli seperti ini, Ibu Khoiriyah akan memberikan harga yang tinggi. Hal ini untuk mengantisipasi tawaran harga yang terlalu rendah yang mengakibatkan Ibu Khoiriyah sulit untuk mendapatkan keuntungan. Namun, Ibu Khoiriyah tidak pernah berkecil hati jika barang dagangannya tidak jadi dibeli. “Tidak dibeli ya tidak apa-apa, Mas. Daripada dibeli dengan harga yang rendah. Kadang hal itu sering bikin jengkel. Malah tidak berkah jualannya,” ujar Ibu Khoiriyah.
Ternyata aku menyaksikan langsung apa yang dikatakan Ibu Khoiriyah. Salah seorang pelanggannya membeli pisang jenis pisang raja dengan kualitas bagus dan ukuran besar yang dijual dengan harga Rp50.000 dan 1 kg buah mangga seharga Rp15.000. Total belanjanya yang disepakati adalah Rp65.000.
Baca Juga: Jelajah Kampung Kulitan Semarang
Pelanggan itu memberikan uang sebesar Rp60.000. Ibu Khoiriyah protes karena uang pembayarannya kurang Rp5.000. Pelanggan tersebut meminta potongan harga, tetapi Ibu Khoiriyah enggan memberikan potongan harga karena buah pisang dan mangga yang dijual memiliki kualitas yang bagus. Kemudian pelanggan tersebut mengeluarkan selembar uang Rp2.000 untuk menutupi kekurangannya.
Pelanggan itu bilang nanti buahnya akan diambil oleh asistennya. Kemudian pelanggan itu meninggalkan Ibu Khoiriyah yang terlihat jengkel dan aku yang masih heran dengan apa yang terjadi. “Ada beberapa pelanggan yang punya kelakuan seperti itu, Mas. Jadi sudah terbiasa menghadapi pelanggan seperti itu. Dulu malah pernah ada yang bohong dan kabur tidak membayar susu yang dibeli,” jelas Ibu Khoiriyah.
Perilaku yang berbeda akan diberikan kepada pelanggan yang baik hati dan tidak suka menawar. Beberapa pelanggan sering memberikan kelebihan pembayaran kepada Ibu Khoiriyah. Tentu saja beliau merasa senang. Oleh sebab itu, Ibu Khoiriyah akan memberikan harga yang sesuai untuk barang yang mereka beli. Terkadang juga diberikan bonus.
Ibu Khoiriyah sering merasa tidak tega jika memberikan harga yang tidak wajar karena selama ini mereka telah berbuat bagi kepada Ibu Khoiriyah. Saat itu aku mengamati rata-rata pelanggan Ibu Khoiriyah adalah orang-orang yang loyal. Walaupun ada sebagian kecil pelanggan yang tidak ingin melihat penjual mendapatkan keuntungan yang sesuai.
Ibu Khoiriyah berprofesi sebagai penjual susu sapi sudah 32 tahun. Tentu saja bukan waktu yang sebentar. “Tidak terasa, Mas. Sudah lebih dari 30 tahun menghabiskan waktu untuk berjualan susu di Semarang. Tidak menyangka sudah selama ini,” cerita Ibu Khoiriyah sambil tertawa.
Ibu Khoiriyah terlihat sedang bersiap-siap untuk keliling menjajakan susu dan barang dagangan lainnya ke kampung-kampung. Beliau sudah bersiap untuk masuk dari gang satu ke gang lainnya. Aku memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalananku. Dalam momen berpamitan, Ibu Khoiriyah menawariku untuk singgah ke rumahnya yang ada di Desa Nyatnyono. Sungguh tawaran yang menarik. Mungkin suatu saat bakal singgah di sana.
Cerita dari Semarang
Kampung Kulitan
11 November 2023
12 comments
Wah, berarti lumayan lama njenengan santai ngobrl, mas hehehhehe.
Kadang berbincang santai seperti ini tu emang nyenengin kok, Kita bisa tahu bagaimana beliau berjuang, tentu berceritanya dengan senang hati
Akhirnya kini jadi sebuah kebiasaan Mas Sitam. Setiap beli sesuatu yang dikira unik kemungkinan besar bakal ngobrol lama. Jadi ga sekadar beli kemudian pergi. Pasti akan terselip sebuah obrolan. Momen-momen seperti ini memang sangat berkesan 😀
Jadi teringat waktu kecil dulu pas ke Ambarawa, di ajak bapak sarapan pagi ke pasar dan di warung pesen susu sapi segar dan kue serabi, kenangan tak terlupakan hehe..
Suasana pagi pasar ambarawa itu memberi kesan tersendiri mbak henny. Aku sering singgah ketika lewat pasar ini. Banyakk jajanan tradisional yang dijual, termasuk serabi. Ya semoga suatu saat bisa balik lagi ke pasar ambarawa mbak 😀
Itu yg tega kasih 60rb pdhl udh deal 65, beneran ga berkah sih. Jatuhnya malah haram. Makanya aku paling sebel kalo udh transaksi jual beli tapi ga sesuai dengan yg dijanjikan. Aku sumpahin ga berkah yg jual. Pernah soalnya beli sesuatu, pas DTG ga sesuai. Bingung yaa, kok ga takut jualan ga berkah.
Bisa ngerti kalo Bu Khoiriyah juga sebel Ama tipe pembeli gitu. Mnding cancel aja kalo aku.
Tapi jujur baca ini aku agak merinding2 mas, soalnya aku ga suka susu hahahahahhaha.
Haduuuuh jadi ingat masa2 sekolah di mana wajib minum susu Ama mama. Dan aku selaku buang diem2 susuku ke wastafel atau pot bunga
Pernah juga beli susu murni, astaghfirullah, baunya aku masih ingetttt, dan sukses bikin muntah pas minum seteguk . Segitu ga sukanya Ama susu aku tuh. Pas susunya dingin, ada semacam lemak gitu di permukaannya. Adikku doyan banget, dia bilang creamy. Pas aku, gerenjel2 di tenggorokan, langsung muntah lagi wkwkwkwk.
Makanya aku pun ga ngelarang kalo anak2′ ga doyan susu. Lah wong emaknya juga ga suka blaaas . Tapi sebagai ganti aku suka susu kedelai atau almond..jadi palingan switch kesana
Aku heran dengan apa yang aku lihat pagi itu mbak. Bagaimana bisa seorang pembeli dengan sesuka hatinya mengingkari kesepakatan. Selalu kepikiran kalau nawar harga ya ga boleh kebangetan. Harus tetap wajar, ga boleh berlebihan.
Ternyata ga fanny ga suka susu. Untung saja ga bahas detail tentang susu sapinya. Lebih ke pengalaman penjualnya. Sekarang susu banyak menawarkan aneka rasa mbak sehingga bisa coba susu dengan rasa yang disuka.
Aku sakit hati sih bacanya, bisaaa ya tega begitu belanjanya. Timbang tiga rebu doang ga bakalan bikin miskin. HEUSSSHH KESEL. wkwkwk
Aku paling suka sih sama penjual susu begini. Ini sih otentik banget, dan rasanya juga nikmat. Di kampungku Kuningan sana, ada juga satu daerah yang banyak menjual barang serupa. Lebih bergizi daripada susu UHT.
Yaa seharusnya begitu. Mesti setuju dengan kesepakatan yang sudah dibuat.
Rasa susunya lebih creamy. Makanya suka minum susu sapi seperti ini.
Salut dengan perjuangan ibu yang telah sekian lama berjualan susu murni. Walau saya hanya membaca ceritanya dari hasil obrolan Mas dengan beliau. Dan Mas sudah demikian akrab dengan beliau karena sudah demikian lama menjadi pelanggannya.
Tawaran untuk singgah ke rumahnya baiknya kapan-kapan disempatkan, Mas. Jadi bisa tahu lebih dalam latar belakang kehidupannya, dan jadi bahan yang menarik untuk di share via blog.
Salam,
Makasih om asa. Nanti bakal disempatkan untuk singgah di rumahnya. Daerah rumahnya berada di daerah perbukitan sehingga memiliki udara yang segar.
Sebetulnya aku baru ketemu dua kali dengan ibu penjual susu tersebut 😀
Hadeehhh yang udah deal harga 65 ribu, tapi dibayar 60k. Mau tak teplak kepalanya pke spatula .. Orang mah nawar di depan, bukan di belakang. Setuju Oke, kalau nggak yaudah nggak usah beli.. Ini mah seenak jidat. dilebihin 2000 pula.. padahal 3000 lagi lohhh.. Dia bilang kan ada asisten. Ya masa 3000 lagi aja nggk mau.. Yang sabar ya bu.. Semoga 3000nya diganti 100 kali lipat..
Ibunya brrti udh legend banget ya, secara udah 32 tahun… Harganya juga murah.. 600mL 10 ribuan aja… Aku jujur belum pernah ngerasain susu murni. apa rasanya ada manis-manisnya gtu Mas?
btw, itu bapak yang belakang suaminya kah Mas??
aku yang lihat langsung juga jengkel bay. Kok bisa-bisa bayar diluar harga yang disepakati.
Rasanya sedikit tawar bay. Makanya beberapa orang menambahkan sedikit gula.
bukan bay, itu tukang becak yang biasa mangkal di sana. Kadang beli susu atau jajan di ibu khoiriyah juga.