Pantai Glagah merupakan salah satu gugusan pantai yang ada di selatan Kota Jogja. Terletak sekitar 40 km dari Kota Jogja. Tepatnya di Desa Glagah, Kabupaten Kulon Progo. Seperti gugusan pantai selatan Jogja lainnya, Pantai Glagah juga memiliki keunikan tersendiri. Bahkan keunikan ini bisa langsung dikenali dengan hanya melihat foto Pantai Glagah. Keunikan ini pula yang menuntunku untuk mengunjungi Pantai Glagah.
Aku memulai perjalanan ke Pantai Glagah dari Desa Jenar. Sebuah desa kecil yang ada di Kabupaten Purworejo. Kebetulan aku sedang ada pekerjaan di desa tersebut. Aku dan Sigit, teman kerjaku, bersiap untuk memulai perjalanan menuju Pantai Glagah, Kulon Progo. Dari Desa Jenar, kami langsung menuju jalan lintas selatan Jawa atau yang lebih dikenal dengan nama Jalan Daendels. Nama lengkap Daendels ini adalah Augustus Dirk Daendels, seorang asisten residen Ambal, wilayah pecahan dari Bagelan. A.D. Daendels ini merupakan anak dari Herman Willem Daendels. Seorang Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang memprakarsai Jalan Raya Pos Anyer-Penarukan.
Jalan Daendels ini memang cukup unik. Meskipun merupakan jalan lintas selatan Pulau Jawa, jalan ini tidaklah seramai Jalan Pantai Utara (Pantura) Jawa. Malah bisa dibilang cukup sepi. Bahkan saking sepinya, kalian bisa berfoto di tengah jalan. Kami hanya mengikuti petunjuk google maps untuk menuju Pantai Glagah. Setelah melewati perbatasan Purworejo- Kulon Progo, maps menuntun belok kanan kami menuju jalan masuk sebuah perkampungan. Setelah seratus ratus meter kami mulai curiga karena terdapat tulisan yang menunjukkan bahwa wilayah tersebut adalah daerah militer. Kami berhenti sejenak sembari melihat kondisi sekitar. Kalau tertangkap pihak militer, mungkin kami bisa dimarahi dan langsung disuruh keluar.
“Sudah langsung jalan aja, itu ada warga yang melewati jalan ini.” Pintaku kepada Sigit.
Kendaraan kami melaju dengan pelan melewati jalan yang tidak rata dan penuh batuan kerikil. Setelah melihat sekeliling, ternyata kami sedang melewati jalan untuk proyek pembangunan bandara baru Yogyakarta. Terlihat landasan bandara yang sedang dalam proses pembangunan. Aku meminta Sigit agar lebih cepat agar tidak ditangkap aparat militer dan petugas keamanan pembangunan bandara karena memasuki area yang seharusnya tidak dimasukin orang yang tidak berkepentingan seperti kami ini. Kami hanyalah orang-orang salah jalan. “Buruan Git, itu di depan sudah kelihatan pantainya.”
Baca Juga: Sepotong Cerita dari Katingan
Akhirnya kami tiba di jalan beraspal. Jalanan ini lurus ke arah timur. Sebelah utara terlihat proyek pembangunan bandara baru. Sedangkan sebelah selatan terlihat hamparan pasir pantai dan lautan. Aku terus menikmati pemandangan area kontruksi bandara baru. Seandainya jika tidak salah jalan masuk, mungkin kami juga tidak bisa melihat area pembangunan bandara. Karena salah jalan ini juga, kami tidak perlu membayar tiket masuk area pantai.
Baca Juga: Menelusuri Kuliner di Pasar Gang Baru
Kami langsung memarkirkan motor di area yang sudah disediakan. Banyak pedagang yang bisa dijumpai di sekitar pantai. Mulai dari pedagang pakaian, aksesoris dan souvenir, topi, makanan, hingga camilan dari hasil laut. selain itu terdapat arena kolam bermain untuk bermain khusus anak-anak. Pantai Glagah telah menghidupkan kegiatan perekonomian masyarakat sekitar.
Baca Juga: Situ Cileunca, Tempat Menikmati Pagi di Pangalengan
Pasir di Pantai Glagah berwarna hitam dan terhampar cukup luas. Seperti yang aku bilang di atas, yang menjadi keunikan dari pantai ini adalah terdapat ratusan batu yang berfungsi berfungsi untuk memecah kekuatan ombak agar tidak merusak dermaga pantai. Meskipun sudah dipasang pemecah ombak, ujung dermaga Pantai Glagah tetap rusak karena besarnya ombak. Laut selatan Jawa memang dikenal memiliki ombak yang besar. Demi keamanan dan keselamatan pengunjung, pengunjung dilarang berada di ujung dermaga.
Menikmati senja di Pantai Glagah menjadi alasan utama para anak muda berkunjung ke pantai ini. Mereka banyak menghabiskan waktu dengan duduk berkelompok di sekitar dermaga. Ada yang memilih duduk di batu-batu pemecah ombak. Terlihat beberapa orang memanfaatkan batu pemecah ombak sebagai pijakan memancing. Memancing juga menjadi salah satu kegiatan utama para pengunjung Pantai Glagah.
Warna jingga senja mulai menampakkan diri di langit. Aku selalu suka dengan pemandangan setiap senja. Aku larut dalam suasana ini. Bagi kalian yang menyukai suasana senja dan sedang berada di Kota Jogja, tidak ada salahnya untuk menepi dari riuhnya Kota Jogja untuk kemudian menuju Pantai Glagah.
28 comments
Aku pernah nih ke sini sama teman kecilku, sekitar tahun 2012an, dan rame banget, belum dapat syahdunya kaya di foto ini.
woow..sudah lama juga yaa.
Ya mungkin kurang menikmati suasananya saja
Iya, ada di blog aku kok ttg bolang gabutku saat itu, dan yang menyebalkan, dokumentasi ngga ada, karena ada musibah, huhu jadi ngga ada bukti kenangannya deh…
yang terpenting pengalamannya kak, dokumentasi hanya penunjang saja
iya, aku malah belum ada pengalamannya ke glagah yang konon ombaknya besar ini
kalau ke sini bisa main omba, mainin ombak gitu
Bisa mas, tapi tidak boleh terlalu jauh dari garis pantai. Apalagi di sana juga memiliki palung yang cukup dalam. Sehingga memiliki ombak yang besar 😀
Kayaknya kapan-kapan bisa nih main ke Pantai Glagah. Pas musim kemarau pasti sunsetnya cantik sekali di sana.
Btw, untung saya baca postingan ini. Kalau enggak, pasti sudah keliru menganggap bahwa Jalan Daendels yang di selatan ini juga dibikin oleh H.W. Daendels, ternyata anaknya. Dulu tahun 2011 awal, atau 2010 akhir, pernah sekali lewat jalan ini dari arah Cilacap (masuk di Kebumen kalau nggak salah) sampai ke Jalan Bantul. Metode pengaspalananya masih makadam (yang kemudian saya tahu ternyata pernah jadi metode paling modern pada zamannya), jadi jalannya agak-agak kasar begitu. Nggak tau deh kalau sekarang.
Awalnya aku juga nganggap daendels yang sama, ternyata beda.
Jalan daendels emang asyik buat touring. Yaa salah satunya karena jalannya sepi dan kondisinya bagus.
Selain nikmati sunset, silakan nikmati deburan ombaknya jga mas 😀
Sudah lama banget gak mengunjungi pantai-pantai di Jogja , kemarin seringnya ke pantai di daerah Malang Selatan
Pantai di malang bagian selatan jga sangat bagus dan bersih. Ombaknya juga lumayan gede. Apalagi pasirnya putih
Aku belum pernah ke pantai di Kulon Progo, mentok ke Gunungkidul. Suka sama warna pink-pink gimana gitu.
Memang benar, nyasar kadang menemukan sesuatu yang menarik, buktinya gak perlu bayar tiket masuk eheh.
sunset di pantai jogja terkenal bagus mas. ga kaleng-kaleng. salah satunya emang di Kulonprogo.
nah, kalau ga nyasar mungkin bakal tetap bayar tiket seperti yang lainnya 😀
Untung disaranin sama gugel maps yak, jadinya gratis tiket masuk. Btw, pas pulangnya lewat jalan yang samakah Mas? sembari dikejar2 anjing penjaga bandara atau sudah ketemu jalan yang benar ? 🙂
baliknya lewat jalan yang benar mas. Bukan jalan yang pas berangkatnya 😀
Sebagai orang kebumen yang deket dg purworejo n kulonprogo pernah banget dong aku ke sini hihi
Waktu itu pagi pagi sih sekeluarga, sebelum panas panasnya, trus agak siangan mampir makan kepiting tapi abis itu aku alergi
Klo lewat daendels mah uda sering banget akutuh, cuma waktu jamanku kecil lewat sama masih grenjul2 (aduh bahasane grenjul2 ki opo yo, pokoknya aspalnya masih belum sealus sekarang yae)
Lewat ambal dan sekalian nyate nyate gitu huehehhe
Ke pantai pas siang hari yaa mending ga usah ke pantai. Panasnya sudah kebangetan.
selama tinggal di purworejo, aku juga sudah cicipi sate ambal. Enak banget satenya.
Jalan daendels emang legendaris banget yaa. Dapat info dari kawan sekarang jalan memiliki terowongan yang merupakan bagian dari bandara Jogja yang baru.
cantiknya view kat pantai Glagah ni. Bestnya dapat duduk duduk santai waktu petang menikmati view matahari terbenam 🙂
Pantai glagah jadi pilihan terbaik untuk menikmati matahari terbenam
sebenernya pantai itu bukan tempat fav ku, mungkin krn aku ga kuat panas :D. tp kalo dtg ke pantai yg masih sepi, blm banyak turisnya, itu aku suka mas :D. utk nenangin pikiran.. ngeliat ombak tinggi begitu.. tp kalo pantai yg ombaknya cendrung aman, aku ga terlalu suka sih. efek ngeliat ombaknya beda :D..
pantai glagah ini seharusnya aku bisa suka sih.. krn ombak nya aja gede gitu, dan senjanya bagus 🙂
Sore hari memanh jadi waktu yang tepat untuk ke pantai. Ga terlalu panas dan siap untuk menikmati senja 😀
Nanti kalau mbak fany ke jogja, jangan lupa ke pantai glagah juga mbak. Ga bakal kecewa sama ombak besarnya 😀
Ternyata 2 Daendels yang berbeda ya, meskipun satu keluarga 😀 .
Pernah lewat jalur selatan jawa beberapa kali dan emang lebih sepi, tapi lebih indah dengan jalanan yang lebih variatif begitu juga pemandangannya. sedangkan pantura, hoooaaaamm, membosankan sekali..
Pantai ini cocok bgt buat pemburu sunset, asal mentarinya engga ketutup awan aja 😀
-Traveler Paruh Waktu
Pantura adalah medan pertempuran di pulau jawa..hahahha
apalagi sekarang ada jalan tol, jadi semakin membosankan perjalanan melewati pantura. Kalau ke Jakarta, aku lebih menyukai jalan nasional dibandingkan melewati jalan tol.
kalau ketutup awan, berarti mesti datang ke sini lagi mas. 😀
Pantai Glagah ini salah satu pantai terrrrr magical yang pernah aku datengin di Jogja. Pemandangan waktu ombak besar menghantam tetrapod bener bener keren, bikin melongo :”) tapi ya emg serem sih ombaknya.
Aku sempet main ke sini sama Febri bulan April lalu jadi sepi banget pantainya.
Pantai glagah emang unik sih. Saking uniknya bisa ditebak dengan hanya melihat batu pemecah ombaknya.
aku baru tahu namanya tetrapod, tahunya pemecah ombak..hahaha
AKu ke sana juga bulan april 2019, tapi pas akhir pekan. Jadi ramai dengan pengunjung.
Bener, begitu liat pemecah ombaknya udah lgsg tau kalau itu Glagah. Yess itu namanya tetrapod 😀
Aku April 2020 sih wkwk
Sama-sama bulan april, hanya beda tahun..wkwkwkk
Betuuul
hehehhe 😀