Matahari pagi belum terbit, tapi Sungai Kapuas sudah ramai dengan suara deru mesin dari perahu yang hilir mudik. Beberapa hari terakhir cuaca di Desa Tanjung terlihat sangat cerah di pagi hari. Kemudian siang hari menjadi lebih terik dari biasanya. Kemarin lusa Pak Saad bercerita bahwa saat ini air sungai sudah mulai surut dan setelah itu akan memasuki musim tangkap ikan. “Kalau musim tangkap ikan, warga desa akan mencari ikan sejak pagi,” kata Pak Saad.
Mas Irfan sudah bangun dan telah bersiap menuju bubu miliknya. Bubu ini merupakan sebuah perangkap ikan yang terbuat dari jala yang dikaitkan pada beberapa kayu sebagai penyangga. Ukuran, jenis, dan bentuk bubu ini sangat bervariasi. Ada bubu yang dipasang di aliran sungai, dan ada bubu yang dibuat menggunakan kayu sebagai rangkanya. Bubu ini yang bisa dibawa dan dipasang secara berpindah-pindah sesuai dengan keinginan. Tali pada jala yang digunakan pada bubu juga memiliki perbedaan. Tergantung dengan jenis ikan yang akan ditangkap. Jika ikan-ikan kecil maka tali jala akan dipasang rapat. Sedangkan untuk menangkap ikan berukuran besar, maka jala yang dipasang tidak rapat.
Mas Irfan memiliki beberapa bubu yang dipasang di beberapa titik aliran sungai dan bubu kayu yang dipasang di beberapa muara sungai. Perahu mesin Mas Irfan sudah melaju meninggalkan dermaga yang ada di seberang rumahnya menuju bubu miliknya yang ada di aliran Sungai Kapuas.
Baca Juga: Jejak Kaki di Desa Tanjung
“Pagi, Mas Rivai,” sapa Pak Kades dari atas perahunya.
Aku pun langsung menyapa Pak Kades yang sedang mencari ikan bersama anaknya. Aku sedang berjalan tanpa alas kaki menuju ujung dermaga. Selama di Desa Tanjung, aku sering menikmati suasana pagi sambil menyesap secangkir teh di dermaga ini. Di hari-hari sebelumnya, pagi terasa tidak ramai dengan nelayan. Tidak banyak perahu yang melintas di Sungai Kapuas. Namun, pagi ini terlihat sangat berbeda. Sungai Kapuas begitu ramai dengan perahu-perahu para nelayan.
Di muara Sungai Masaga yang terletak di sebelah rumah Mas Irfan terlihat enam nelayan dengan dan empat bubu yang terpasang. Salah seorang nelayan sedang mengambil ikan-ikan yang terperangkap di bubu. Beberapa nelayan lainnya, termasuk Pak Kades, menangkap ikan menggunakan jala yang dilempar dari atas perahu. Jala dilempar, dibiarkan sejenak, dan kemudian menariknya lagi ke atas kapal. Hasil tangkapan dari muara Sungai Masaga terlihat cukup banyak. Muara ini merupakan pertemuan antara Sungai Masaga dan Sungai Kapuas.
Dari kejauhan terlihat perahu Mas Irfan sedang melaju pelan menuju dermaga. Kemudian menambatkan tali yang ada di perahunya pada tiang dermaga. Aku melihat terdapat tiga keranjang yang berisi ikan di perahu Mas Irfan. Aku langsung bergegas untuk membantunya mengangkat keranjang tersebut menuju tempat pembersihan ikan. Di sana istrinya telah bersiap untuk membersihkan ikan hasil tangkapan. “Hasil tangkapan hari ini lumayan mas,” ujar Mas Irfan sambil mengangkat ikan ke atas dermaga.
Selain istri Mas Irfan, terdapat dua perempuan yang merupakan tetangga Mas Irfan. Mereka berdua akan membantu istri Mas Irfan untuk membersihkan ikan hasil tangkapan. Sebagai ucapan terima kasih, nanti keduanya akan diberi ikan yang berasal dari hasil tangkapan. Saling tolong dalam membersihkan ikan ketika musim tangkap ikan seperti sekarang ini merupakan hal yang biasa dilakukan oleh warga desa. Begitu juga dengan istri Mas Irfan yang akan membantu tetangganya untuk membersihkan ikan hasil tangkapan.
Dengan cekatan ketiga perempuan ini mengeluarkan kotoran dan membersihkan sisik ikan. Beberapa kali pisau diasah agar tetap tajam menyayat perut ikan. Saling membantu ketika musim tangkap ikan seperti saat ini merupakan hal yang biasa bagi warga desa. Ikan hasil tangkapan sebagian akan dikonsumsi pribadi. Sedangkan sebagian lagi akan diolah dan kemudian dijual. Salah satunya diolah menjadi ikan salai atau ikan asap.
Ikan terlebih dahulu dibersihkan dari sisik dan kotorannya. Setelah dibersihkan, ada beberapa jenis ikan yang akan dijemur terlebih dahulu. Warga biasa memanfaatkan halaman rumah, sebagian dermaga dan jembatan kayu sebagai tempat penjemuran ikan. Kemudian ada beberapa jenis ikan yang langsung diletakkan di tempat pengasapan. Tempat pengasapan ini terdiri dari beberapa bilah bambu sebagai meletakkan ikan dan sebuah tong sebagai tempat pembakaran arang yang akan menghasilkan asap.
Proses pengasapan akan memakan waktu selama beberapa jam hingga daging ikan belum benar-benar mengering. Setelah proses pengasapan selesai, ikan salai akan dikemas sesuai dengan jenis dan ukuran ikan. Beberapa ikan salai digantung di tempat yang tidak jauh dari tempat pengasapan. Peminat ikan salai sangat banyak. Bahkan hingga sampai di Kota Pontianak.
Baca Juga: Berlabuh di Desa Tanjung
Ikan air tawar sangat cocok diolah menjadi ikan salai. Pembuatan ikan salai membuat ikan lebih bertahan lama dalam penyimpanan, dan memperbaiki rasa ikan menjadi lebih nikmat. Proses pembuatan ikan salai diberi sedikit garam dan tidak menggunakan bahan pengawet dan pewarna. Ketika musim tangkap ikan, banyak warga Desa Tanjung memproduksi ikan salai. Ikan salai bisa langsung dimakan atau diolah lagi dengan menambahkan bumbu atau kuah. Ikan salai, nasi hangat, dan sambal menjadi menu sederhana. Namun, rasa asin dan aroma asap bisa dirasakan siap memenuhi rongga mulut.
Suatu pagi, Mas Irfan mengajakku naik perahu menuju ke arah hilir aliran Sungai Kapuas. Aku melihat banyak nelayan yang sedang menangkap ikan. Tidak hanya bubu yang dipasang di aliran sungai, tapi juga jala yang ditarik oleh perahu yang melaju dengan pelan. Beberapa orang pendatang datang khusus untuk memancing ikan toman. Ikan toman yang memiliki ukuran besar memang jadi primadona bagi para pemancing.
Hari mulai beranjak petang. Namun, masih terlihat sebuah perahu yang berisi tiga orang masih menangkap ikan di muara Sungai Masaga. Senja temaram dan suara kumandang sholat Maghrib menjadi latar yang harmonis bagi mereka yang masih tetap bersemangat untuk menangkap ikan. Musim tangkap ikan berlangsung selama sepuluh hari. Setelah itu tak banyak ikan yang bisa ditangkap lagi. Ukurannya terlalu kecil untuk dijual. Hujan kembali mengguyur Desa Tanjung dalam beberapa hari. Musim tangkap ikan berakhir maka tak terdengar lagi suara deru mesin perahu di pagi hari sebelum matahari terbit.
Cerita dari Kapuas
Desa Tanjung
Februari 2021
58 comments
Hasil tangkapan dari muara sungai masaganya banyak banget. Foto-foto yang menggambarkan suasana kehidupan nelayan yang indah di suatu hari yang sibuk. Saat panen raya, satu keluarga bantu membantu membersihkan ikan hingga siap diproses menjadi ikan salay 🙂
Setelah dijadikan ikan salay (ikan asap) akan terbayang kelezatannya sebab ada kandungan garamnya sehingga biarpun asalnya ikan air tawar (ikan sungai) tapi setelah proses pengasapan jadi ada rasa-rasa asinnya.
Ikan salay ini bisa langsung dimakan bersama nasi dan sambal. Rasanya gurih, asin, dan ada aroma asap-asapnya. Aku beberapa kali nambah nasi dan lauk, hihihi. Kadang ikan salay juga bisa diolah dengan menambahkan kuah. Jadi lebih segar ikannya 😀
Seru banget bisa lihat proses tangkap ikan langsung dari sungai sampai ke pengolahannya. Makasih Mas Vay untuk cerita serunya, berasa ada di Kapuas dan melihat semua prosesnya.
Belum pernah melihat proses panjang pengolahan ikan seperti ini. Jadi ketika pertama kali melihatnya sangat antusias untuk memperhatikan detail prosesnya 😀
Makasih mas moses sudah singgah di sini 😀
waaah MasVay, tulisannya bikin gue flashback ke masa lalu. Jaman penelitian di Pelabuhan Ratu, melihat wajah nelayan yang beraneka mimik, senang, sedih, harap harap cemas. Ikan beraneka jenis siap di lelang..
Makasih ya diajak jalan ke Kapuas, melihat lebih dekat kehidupan masyarakat disana. Jujur mood booster banget ini, jadi semangat nulis sama mulai moto. Jadi penasaran juga pengen bikin ikan salay hahahahha. jiwa emak emak meronta kalo liat makanan khas daerah.
Mimik wajah nelayan ini mengingatkanku ketika diajak menyusuri sungai kapuas. Di sana banyak nelayan yang sedanga mencari ikan. Meski sedang sibuk, mereka tetap saling tegur sapa dan mengobrol santai.
Waah, ikan salai dan ikan asin emang primadona untuk masakan. Tinggal tambah nasi panas dan sambal aja 😀
Haha.. Ikan salainya rasanya gmn, vai ?..
Biasanya ikan salai ini langsung dimakan apa diolah lagi dengan bumbu2 yg lain sehingga jadi beragam masakan, vai?
Terus kalo ada, dibaliknya ada filosofi tertentu ngga?..
Gpp, penasaran aja sama gastronomi masakan nusantara 🙂
Rasanya gurih, asin, dan ada aroma asapnya. Biasanya bisa dimakan langsung, atau diolah lagi dengan diberi kuah. Kalau dimakan langsung biasanya cukup pakai nasi dan sambal. Rasanya udah nikmat sekali. Dijamin makannya bakal nambah…wkwkwk
Beberapa kali istrinya Mas Irfan memasak ikan tempoyak. Nah coba aja tempoyak itu kayak gimana. Tempoyak ini jadi makanan populer bagi masyarakat melayu.
Menyenangkan pisan membaca tulisan Mas Rivai tentang Musim Tangkap Ikan di Desa Tanjung. Apalagi lihat foto-foto nya, terasa ikutan ada di sana. Saya teringat trip ke Pulau Saparua Maluku Tengah. Boat kami tiba di dermaga bersamaan dengan kapal-kapal nelayan. Warga berhamburan mendekat. Sempat kami kira mereka menyambut kami. Eh, ternyata bukan ! Mereka beramai-ramai membantu kapal-kapal nelayan untuk merapat di dermaga hingga mengeluarkan ikan dari kapal maupun jaring-jaring. Terlanjur sudah di tengah mereka, kamipun langsung berbaur ( dibaca : foto-foto )… Btw, saya penasaran nih. Episode berikutnya, hal menarik apa lagi ya yang akan mas Rivai ceritakan ke kami.
Nah ini, khidupan nelayan di luar pulau jawa itu sangat seru. Apalagi jenis yang ditangkap sangat jarang ditemui di pulau jawa. Belum lagi ukurannya yang besar. Aku selalu tergoda kalau ikan dengan ukuran besar. Bikin ngeces kalau pas makan bagian keher dan kepalanya…hahahhaha 😀
Cerita selanjutnya cerita terakhir di desa tanjung. Kemudian pindah ke desa lainnya. DOakan bisa segera selesai ceritanya 😀
Bubu sebanyak itu dapatnya? Kerennnn
Salah satu yang menarik dari bubu adalah pemilihan lokasi untuk menangkap ikan, mas. Selain itu, sebagian besar penduduk menggunakan metode yang sama. Tapi mereka tidak pernah tertukar dalam mengambil bubu. hehehehhe
Itu dari dua bubu mas. Sebetulnya kalau bubu yang dipasang ukurannya besar, ikan yang didapat bisa lebih banyak lagi. Banyak ikan di bubu malah ada yang mati karena terlalu lama berada di bubu. Tidak sempat dipanen karena pemiliknya masih memanen ikan yang berada di bubu lainnya.
Banyak nelayan yang sudah tahu itu bubu milik siapa dan siapa. 😀
Kalau lagi musim tangkap ikan gitu harga ikannya jadi murah mas? mantep banget lihat ikan-ikannya segitu banyak, lebih syahdu lagi lihat warganya yang saling membantu. Adem banget lihatnya
Btw, suka banget sama suasana senjanya
kalau ikan salai harganya lebih stabil. Tidak mengalami penurunan harga yang tajam. Kehidupan masyarakat pesisir memang tidak bisa dilepaskan dari ikan 😀
Soal senja, aku sering menikmati senja seperti ini ketika di desa tanjung. Lokasinya emang cocok buat menikmati senja.
Wahh Tangkapannya banyak ya Mas, uda gitu masyarakat disana juga kompak saling membantu, jadi penasaran pengen makan ikan salai
lumayan banyak mas. Itu berasal dari beberapa bubu. Setiap orang memiliki beberapa bubu. Saking banyaknya bubu yang dimiliki, tidak semua bubu ikannya terambil.
Cerita Masvay selalu unik dan khas yaa, it’s all about the society and their social life. Kita tuh kaya diajak menyelami kehidupan mereka sehari-hari kalau kamu lagi jalan-jalan hihi. Btw aku baru tau, jaring penangkap ikan itu namanya bubu yaa? Oiya mas, kalau ikan air tawar dari sungai gini, tetep berbau amis kaya ikan laut, apa beda?
Cerita-cerita seperti ini thu kadang terlewat dalam perjalanan kita. Kita terlalu fokus dengan destinasi yang kita datangi, tapi lupa dengan orang-orang yang kita temui dalam perjalanan itu sendiri.
Bubu itu peangkap ikannya. Kalau jaringnya tetap disebut dengan jala. Amis ikan air tawar lebih aman kak. Tidak terlalu menyengat dibandingkan ikan laut
Makasih sudah singgah 😀
Mas Vai, sudah sampai sana coba buat ikutan bersihin ikannya enggak? Jam segini baca tulisanmu, rasanya pengen buka puasa pakai ikan bakar.
ndak, aku bantu angkat-angkat aja ikan yang dari perahu. Kemudian bantu pindahin ikannya ke tempat pengasapan 😀
Selalu menanti episode2 baru Cerita dari Kapuas. Ikan salai, nasi hangat dan sambal sudah bikin air liur netes saat membacanya. Hehehe
kalau aku malah pengen cepetan kelarin tulisan series ini. Tapi kebanyakan magernya. Jadi draft yang lain belum tersentuh juga..wkwkwk
makasih koh sudah berkunjung ke sini 😀
nama perangkat ikan nya gemes. bubu… seperti nama boneka ku dulu hehe. ada beberapa tetangga yang juga saling kerja sama di satu lokasi mata pencarian sperti itu. ah suasana yg sangat dirindukan dan jarang ada di kota2 besar
di kota besar masih ada kok ta. Apalagi kalau ada kerja bakti. Biasanya banyak warga yang ikut bantu-bantu dan berkumpul 😀
Wah, pasti enak sekali menyantap ikan Segar.
Daging ikan segar umumnya tidak Amis dan lebih manis. Jika diasap pasti lebih mengikat rasa segarnya.
Aroma dari asapnya menjadi daya tarik tersendiri bagi rasa ikannya 😀
MasVay, ikan salai itu sama dgn ikan asin kah klo dijual di Jakarta? Tapi kok bisa dimakan pakai kuah ya? Langsung binggung aku ngebayangin nya hehhe.
Senja di sana cantik banget ya mas, takjub aku melihatnya. Aku selalu merasa di ajak jalan2 sm masvay, makasih ya.
Yang akan mereka hadapi kemudian adalah -sama seperti nelayan sungai lain- hasil ikan yg akan semakin menurun akibat pendangkalan dan limbah pabrik yg dibuang ke sungai
Yang ini sudah terasa sih mas. Bukan limbah pabrik, tapi musim tangkap ikan yang sulit diprediksi. Peralihan musim hujan ke musim kemarau juga tidak tentu seperti beberapa tahun yang lalu. Makanya sebelum musim tangkap ikan tiba, nelayan mempersiapkan peralatan sebaik mungkin agar mendapatkan hasil tangkapan yang melimpah.
Beda, kalau ikan asin ditambahi dengan garam dan dijemur. tidak melalui proses pengasapan 😀
Nah, untuk kuah biasanya dicampur dengan sayur apa. Bisa bumbu kuning, bumbu pedas, atau di sayur lodeh. Rasanya enak kok. Aku biasa nambah porsi kalau sudah begini 😀
Ikan nya gemuk2 banget, berada di kawasan kehidupan nelayan jadi tau ya mas hiruk pikuknya seperti apa terutama saat panen ikan tiba
Ikan besar biasanya ditangkap dengan bubu ukuran besar. Beberapa ada yang macing dengan joran. Saat musim tangkap ikan, aliran sungai dipenuhi oleh nelayan.
Cerita dari kapuas ini salah satu yang selalu ditunggu2. Bacanya tuh healing banget terlepas dari gaya bahasa mas rivai juga. Btw karena tulisan ini “Ikan salai, nasi hangat, dan sambal menjadi menu sederhana. Namun, rasa asin dan aroma asap bisa dirasakan siap memenuhi rongga mulut.” nggak makan juga kebanyang ya rasanya. Haha
waah, terima kasih sudah mau menunggu dan menyempatkan untuk membaca. Semoga seri ini bisa segera kelar sih. 😀
Buka puasa menggunakan ikan salai seprtinya enak 😀
Mau ikannya woiiii
Menggoda iman bgt tuh ikannya
Seger2.
Gw gk bakalan bosen disuguhin ikan tiap hari buat lauk pauk.
Ikan goreng. Sambel dan nasi panas.
Tim yang pas buat kenyangin perut.
Saamaa…!!!
selama berada di sana, aku juga tidak pernah bosan untuk makan ikan 😀
Ikan salai ini beda nggak sama iwak panggang
manyung/ Pe yg biasa kita temui di Semarang/ Juwana? Yg biasa disayur mangut/dipenyetin sambel?
Enak yah MasVay banyak pengalaman di banyak tempat, di berbagai pulau di Indonesia. Ga sabar next blog nya mau diajak ke daerah mana lagi
Prosesnya mirip mbak esti. Memanfaatkan asap untuk mengeringkan ikan sekaligus memberikan rasa yang beda pada ikan.
aku dan keluargaku suka mangut kepala ikan. 😀
pengennya kelarin cerita dari kapuas. Masih ada beberapa tulisan yang mesti ditulis. hiiks
Senang sekali berkunjung ke blog ini. Suka terlena dengan aktivitas yang tidak bakal aku temuin di Jakarta.
Terima kasih cha 😀
Setiap tempat pasti memiliki aktivitas uniknya masing-masing. Hanya saja kita tidak menyadari itu semua. Termasuk di Jakarta 😀
Kegiatan yang seru dan menyenangkan menangkap ikan itu ya, apalagi jika dilakukan bersama – sama di tempat yang juga indah begitu.
Ikannya keliatan enak dan segar ya, apalagi ikan asapnya, enak pake banget itu klo dimasak menurutku hehe..
Dan, yang juga menarik..foto – foto yang diambil mas Vay juga bagus dan cerah. Suka, adem dilihatnya.
Pengalaman seru! Keep it up!!
Makasih mbak anni 😀
Kalau lagi jalan, aku emang suka berinteraksi dengan warga lokal. Cerita mereka sangat menarik untuk didengarkan. Berhubung sudah kenal dekat. Akhirnya diajak kegiatan bareng 😀
Mas Rivai sepertinya menikmati sekali ya setiap perjalannnya. Dan menyenangkan sekali rasanya bisa melihat langsung kegiatan masyarakat setempat menangkap ikan dan mengolahnya. Kadang kala agak susah rasanya aku untuk berinterasksi dengan warga sekitar kalau lagi ngebolang hehe. Ikannya banyak juga ya di sana. Jadi kepingin nyobain ikan salai.
Bener mas beni, sebisa menikmati setiap perjalanan yang dilakukan. Terkadang mencatat hal-hal unik yang terjadi. Hal-hal unik ini menjadikan cerita perjalanan menjadi lebih seru dan berkesan. Ayo mas beni, jangan lupa untuk berinteraksi dengan warga lokal ketika sedang melakukan perjalanan 😀
Wah kangen banget nih suasana begini, liat proses tangkap ikan dan bisa makan ikan langsung. Ih seruuuu
Iyalah, suasana yang tidak menjadi rutinitas kita biasanya terlihat lebih seru. Jadi ga boleh dileatkan begitu aja 😀
Makasih rara 😀
Selalu menarik baca tulisan Mas Vay, melebur dengan warga lokal memang selalu ada hal baru yang bisa dikulik ya mas. Apalagi warga lokal memiliki cara hidup yang sederhana dan jauh dari kapitalis. Biasanya mah yang penting bahagia & nggak kekurangan. Tanpa peduli dengan gaya hidup. Damai banget… Pemandangan senjanya juga keren.
melebur dengan warga lokal memberikan kesan tersendiri dalam sebuah perjalanan. Selalu ada cerita menarik yang bisa didengarkan dari warga lokal 😀
Bener mbak, yang penting ga kekurangan dan bisa hidup dengan sederhana 😀
Mas Vay, blog ini beneran bikin gua inget masa kecil dulu. dulu gua sama temen-temen kecil pernah ke “berburu” ikan juga 🙂 ah jadi flashback! hehe… Thank you ya! Anyway, foto ke dua itu keren menurut gua!
Waah, selamat bernostalgia dengan masa kecil mas firdaus. Pasti seru mengingat masa kecil yang penuh dengan kegiatan dan bermain 😀
Makasih mas firdaus sudah singgah di sini 😀
Ikan salai ikan apaan tuh mas, banyak banget tangkapannya, duh tapi saya bukan penyuka ikan, tapi seru liat ikan berjejer hehe
Ikan salai itu ikan asap mbak cha. Jadi ikan hasil tangkapan dibersihkan, kemudian dikeringkan dengan cara diasapi
wah memori-memori kapal terbalik disungai kapuas jadi muncul kembali. hahaha
Pengalaman seru sekaligus menakutkan yaa mas 😀
Duh lihat sungai Kapuas jadi inget sungai Chao Praya karena sama-sama GEDE BANGET wow, terus jadi keinget kejadian artis Thailand yang namanya Tangmo Nida. *plak* *skip*
Dua foto terakhir itu bagus banget mas Vay, wah wah sayang sekali aku nggak suka makan ikan jadi nggak bisa heboh komentar tentang ikan. XP Postingannya paling menarik ini, satu paragraf ada fotonya, jadi bacanya nggak kerasa tau-tau habis.
Lebarnya sekitar 250 meter. Lumayan lebar. Bahkan ada yang masih dayung manual menyeberangi sungai kapuas..hehehehe
Sering dapat pemandangan sore kayak gini..hehehhe
Nah, karena stok foto banyak jadi bisa pajang banyak foto..hahaha
Ikan Salai ini aku sukaaaaa . Dulu pernah dibawain, dan dimasak mangut Ama asistenku. Duuh enaaaaak bangttt. Aku memang suka sih ikan atau daging yg diasapin gini. Ada aroma smokey yg bikin makin enak .
Dah lama banget ga makan ini. Kalo kangen ikan asap, aku bisanya ke warung mangut langganan. Ikannya juga diasapin tapi beda jenis aja kan .
Aroma ikan asap emang tiada duanya mbak. Keluargaku suka dengan menu mangut. Biasanya masak di hari minggu. Jadi pas libur bisa makan mangut bareng-bareng 😀