Kota Pagaralam merupakan kota yang terletak di Provinsi Sumatera Selatan. Dahulu Pagaralam masih termasuk dalam wilayah Kabupaten Lahat. Namun, sekitar tahun 2001 Pagaralam mengalami pemekaran menjadi sebuah kota mandiri. Kota Pagaralam bisa dijangkau melalui jalur darat dengan waktu sekitar 6-7 jam dari Palembang. Pagaralam tidak terletak di jalur barat, timur, dan tengah Pulau Sumatera. Sehingga kota ini bukanlah kota yang ramai, apalagi macet. Malah cenderung sepi. Sekitar pukul 21:00, jalanan di kota ini mulai sepi. Wilayah Pagaralam dikelilingi oleh perbukitan dan pegunungan. Yang paling terkenal adalah Gunung Dempo. Sehingga udara di kota ini sangat sejuk, dingin, tenang, dan ramah. Cocok sebagai tempat untuk menikmati hari tua.
![]() |
Bandara Atung Bungsu, Kota Pagaralam |
![]() |
Tugu Rimau yang diselimuti kabut |
![]() |
Pemandangan Gunung Dempo dari halaman rumah warga |
![]() |
Pemandangan kebun teh dari Tugu Rimau |
![]() |
Gunung Dempo yang tertutup awan |
Gunung Dempo merupakan gunung berapi yang masih aktif. Seringkali aku menikmati pemandangan Gunung Dempo ketika pagi atau sore hari. Terkadang kabut dan awan membuat gunung ini menarik untuk dipandangi. Pemandangan Gunung Dempo ini bisa dinikmati dari penjuru Kota Pagaralam. Kalau menurutku, Gunung Dempo adalah Kota Pagaralam, dan Pagaralam adalah Gunung Dempo. Bahkan nama Gunung Dempo digunakan sebagai nama brand sebuah kopi di Pagaralam.
Baca Juga: Menjelajah Kawasan Pecinan Semarang
![]() |
Kebun teh di depan rumah Mas Imam |
![]() |
Ngopi dulu gan..!!! |
Selain sebagai penghasil kopi terbesar di Sumatera Selatan, Pagaralam juga menghasilkan berbagai hasil pertanian dan perkebunan. Antara lain aneka sayuran, teh, wortel, kubis, dan kentang. Aku pernah diberi 1kg wortel oleh warga yang sedang memanen sayuran wortel di kebun mereka. Mungkin ibunya tahu kalau aku suka wortel.
![]() |
Rumah panggung di tengah persawahan |
0 comment
Jujur aku krg suka gaya penulisan yg ini pai…focus interestnya krg kuat, gaya ganti orang pertama jg terlalu mendominasi. Tp masing2 punya gaya nulis sendiri2 kok. Jk nyaman ya lanjuttt *sokritikus #dikrikititikus
Hwaaaa ke Sumatera lagi nih 😀
Itu tahun kemanrin mas. Kalau tahun ini belum tahu 😀
Maksude ga dijelaske detail mas,hehehe
Daerah wisata di sana masih sepi mas. Masih asyik dan nyaman 😀
Waah, makasih buat masukannya mas 😀
Lagi belajar nulis model gini mas. Mngkin perlu latihan lagi agar lebih enak dibaca.
Suwun mas gus 😀
Wah krasan kalo tinggal di sana, adem udaranya. Pemandangannya juga bikin damai di hati
saya pertama kali melihat pagaralam yang hijau dari program 86 net tv yang sempat mengupas pagaralam.. luar biasa.. saya tidak menyangka, masih ada kota yang hijau dan sejuk.. meskipun terlalu jauh dari tempat saya, saya yakin pagaralam dapat menjadi contoh yang baik kota lain dalam menyelaraskan sosial dan alam.. 🙂
Ini dari kampung saya kurang lebih 5 jam perjalanan. Dari dulu mau mampir ke Pagar Alam belum kesampaian. Enak ya kayaknya sejuk banget, kalau di kampung saya cenderung panas tapi di tepi Sungai Musi banget. 😀
Baru tahu ada pesawat ATR sampai ke Pagar Alam, tarifnya berapaan tu kira-kira, mas?
indahnya Pagar Alam
Iyaa mas, disana minim polusi udara. Jadi tiap hari bisa melihat langit biru yang bersih. Di sana juga dingin. Bisa main ke kebun kopi dan kebun teh juga
Secara suasana dan pemandangan jadi betah dan kerasan mbak. Adem dan langitnya sering biru. Belum lagi pemandangan gunung demponya yang selalu menggoda 😀
Indah banget mas
Di pagaralam banyak yang bisa dikunjungi mbak. Ga nyesel kalo ke sana karena pemandangannya bagus 😀
Kemarin sekitar 300anribu. Berangkat dari palembang.
Kebun Tehnya bikin adem, perpaduan kabut dan alam sangat sejuk.
Dan daerahnya belum memiliki banyak polusi
adem bener mas, bikin betah tempatnya ya.
saya jadi fokus banget ke kue dan kopinya. kopinya enak? ga bawa pulang kopi aja mas?
itu wortel dibawa ke Semarang pulangnya masih awet ga? >.< haha
Pemandangan gunung dempo dari rumah warga itu begitu indah, kalau rumahnya disitu foto tinggal ke samping rumah aja ya, Mas..he
Duh lihat kebun tehnya pengen deh rasanya kesitu, Mas. Seger banget pemandangannya, belum kesampean juga nih maen ke kebun teh.
Terkadang memang suatu tempat yang gak masuk dalam list perjalan kita selalu memberikan kejutan. Ya itu salah satunya seperti ilmu, pengalaman dan pemandangan yang indah.
Kayaknya seneng–adem–tenang gitu ya, kalau punya rumah di daerah pegunungan. Selain bisa dapet view gunung Dempo, mata juga seger karena lihat perkebunan teh yang ijo royo-royo. Weh, ada orang Boyolali di Sumatra 🙂
Lebaran kemren Motoran kesana bareng temen2 komvoi..
Ngopi ditemani hujan itu bener bener luar biasa rasanya. Tenang dan damai…
Waah kita samaan mas, ada sedikit masalah asam lambung kl minun kopi. .Hhh
Jd pengen nyoba itu kopi deh
sueger banget pemandangannya mas…
duhh gunung Dempo. beberapa tahun silam sempat punya niat mau nanjak kesana. pas ngejemput teman di Lampung ternyata diinfokan lagi ada pendaki yang hilang disana dan ditutuplah tuh gunung buat pencarian.
Akhirnya melipir main-main di Lampung aja deh. hehehe
Aku lebih bermasalah sama kopi sachet, daripada kopi hitam 😀
Waah pasti asyik thu mas. Apalagi jalannya berkelok-kelok
Bikin betah mas. Apalagi kalau pagi hari, bakal mager di bawah selimut 😀
Kalau hujannya lama, malah ga bisa pulang mas dan resikonya habisin banyak gelas kopi 😀
Banyak orang jawa di sumatera mas, di kalimantan juga banyak 😀
beberapa perbukitan juga punya pemandangan ke arah gunung dempo. jadi Gunung Dempo bisa dinikmati dari hampir seluruh penjuru kota 😀
Bener banget mas, kejutan-kejutan itu menjadikan perjalanan kita semakin beragam 😀
Mungkin belum berjodoh dengan gunung dempo mbak. Perlu diagendakan buat ke sana mbak. Apalagi gunung dempo juga belum terlalu ramai dengan pendaki 😀
Kopinya enak banget. Apalagi diminum pas hujan 😀
Yang dibawa pulang cuma kopi, wortelnya sudah dihabiskan di sana 😀
Adem rasanya di sana, kadang tempat-tempat jauh dari kampung kita menyajikan pemandangan yang indah. Buat foto lanskap bagus di sana mas.