Menikmati Perjalanan di Kelok Sembilan

Setelah berkeliling di sekitar Jam Gadang, Kota Bukittinggi di hari sebelumnya, hari ini aku akan pergi ke Kelok Sembilan dan Lembah Harau dengan menggunakan motor yang aku sewa pada Cik Ling, Pemilik Hello Guest House. Setelah mengecek google maps, perjalanan menuju Kelok Sembilan bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 1,5 jam perjalanan. Motor mulai aku pacu meninggalkan Bukittinggi. Perjalanan ini akan melewati Kota Payakumbuh. Petunjuk jalan menuju Kota Payakumbuh sangat jelas, sehingga aku tidak mengalami kesulitan.

Kelok Sembilan


Aku sengaja memacu motor dengan kecepatan sedang. Tidak perlu terburu-buru karena aku ingin menikmati suasana dan perjalanan ini. Jalan menuju Kelok Sembilan merupakan jalan yang menghubungkan Provinsi Sumatera Barat dengan Provinsi Riau. Sepanjang jalan akan sering dijumpai bus dan truk lintas provinsi. Namun tidak perlu khawatir, karena sepanjang perjalanan juga akan disuguhi pemandangan alam yang bagus. Seperti persawahan, dan jajaran perbukitan.

Jalan Kelok Sembilan dibangun semasa pemerintahan Hindia Belanda (1908-1914) dengan panjang 300 meter, lebar 5 meter, dan tinggi sekitar 80 meter. Karena meningkatnya arus lalu lintas Sumatera Barat ke Riau dan sebaliknya, maka pada tahun 2003 mulai dibangun jembatan layang. Pada tahun 2013, Jembatan Layang Kelok Sembilan diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Aku mulai melambatkan motor setelah melewati jalan diantara dua bukit yang teduh. Tiang-tiang jembatan mulai terlihat. Aku paham jika aku akan sampai di Kelok Sembilan. Setelah berhenti sejenak, aku mulai menaiki jalan layang ini. Sengaja dengan kecepatan yang tidak kencang agar bisa menikmati perjalanan menaiki Jembatan Layang Kelok Sembilan untuk pertama kalinya ini. Belokan tajam dan tingginya jembatan membuatku lebih berhati-hati dalam mengendarai motor. Akhirnya aku bisa tiba di ujung jembatan layang ini. Kemudian aku memakirkan motor di bahu jalan. Di tempat yang disulap menjadi tempat parkir.
Mulai memasuki Jalan Kelok Sembilan


Terlihat belasan tenda penjual berjejer di beberapa bahu jalan. Rata-rata mereka menjajakan aneka makanan ringan dan minuman. Seperti sate, jagung bakar, kopi, dan aneka cemilan lainnya. Di bagian bawah jembatan terdapat sebuah taman yang dihiasi dengan aneka bentuk agar pengunjung bisa berswafoto ria. Pengendara bisa beristirahat, minum kopi dan menikmati pemandangan Kelok Sembilan. Sebagian jalan Kelok Sembilan yang lama masih bisa dilihat dan dilewati.

Jalan Kelok Sembilan


Jika di Sumbar terdapat Kelok Sembilan, dan di Bengkulu ada Liku 9. Tipe jalannya hampir sama, yaitu jalan berkelok-kelok yang membelah perbukitan. Hanya saja, Liku 9 tidak memiliki jembatan layang seperti Kelok Sembilan. Selain itu, Liku 9 memiliki suasana lebih teduh karena melewati jalan yang termasuk dalam Taman Nasional Bukit Barisan. Ketika hari beranjak sore, seringkali kabut turun dan menutupi jalanan di Liku 9. Jalanan begitu syahdu dan aku selalu membuka jendela mobil agar suasana tersebut masuk ke dalam mobil yang membawaku kembali ke Bengkulu.
Baca Juga: Rumah Pengasingan Bung Karno di Bengkulu

Keberadaan Jembatan Layang Kelok Sembilan tidak hanya melancarkan arus lalu lintas di jalur Sumbar dan Riau, namun juga meningkatkan penghasilan masyarakat yang tinggal di sekitar jembatan. Itu bisa dilihat dari banyaknya warung tenda yang berdiri di beberapa bahu jalan. Sebetulnya itu sangat berbahaya, namun realitanya hal itu sangat membantu pemilik warung tenda dan para pengendara yang ingin beristirahat dan menikmati pemandangan Kelok Sembilan.

Beberapa warung yang berdiri di sepanjang Jalan Kelok Sembilan


Tips berkendara menuju di Kelok Sembilan:
1. Sebaiknya berkendara dari Bukittinggi karena jarak tidak jauh.
2. Di Bukittinggi terdapat banyak persewaan motor dan mobil.
3. Parkirkan kendaraan di lokasi yang sudah ditentukan.
4. Pastikan kondisi badan dan kendaraan dalam keadaan baik.
5. Sebaiknya beristirahat ketika badan merasa lelah.

6. Tetap fokus berkendara selama perjalanan.

Kelok Sembilan
Kabupaten Lima Puluh Kota
Sumatera Barat.
Jalan Lintas Sumatera Barat – Riau


20 Comments

Add Yours →

Setelah lihat foto-foto disini, jadi memang benar kalau jalurnya memang perlu kewaspadaan tinggi saat dilalui .., benar juga apa kata temanku yang tinggal di Pariaman saat dulu menjelaskan ke aku tentang sulitnya jalur kelok 9.

Duududu, indahnya. Aku yang pernah tinggal sebagai tetangganya Sumatera Barat aja belum pernah kemari. Tahun 2014 adikku ditempatkan di Payakumbuh, dia cerita di sana indah banget kaya di New Zealand. Cuma karena akunya di Pemalang ya lumayan sulit mencari kombinasi waktu dan anggaran yang pas, hahaha. Pas dia akhirnya dipindahkan ke Jambi, nyesel deh nggak pernah ke sana. Mana dia pamerin foto pas lagi di Kelok Sembilan pulak tuh. 😀

Aku inget2 kok perasaan ga pernah lwt kelok 9 ini pas ke Riau. Ternyata baru diresmikan 2013 ya mas… Pantesan aku ke sananya zaman msh sekolah soalnya hahahahha.

Yg pernah dirasain cuma kelok 44 Ama kelok 1000 di Tarutung – Sibolga, nonstop 2 jam full ga berhenti tuh kelokan :D.

.kalo kelok 9 jalanannya lebar, ada penjual makanan pula, kelok 1000 sempit, jurang 1 sisi, boro2 ada makanan, listrik aja blm nyala. Kalo lwt sana malam, pastikan tau Medan :D.

Lewati kelok 9 versi jadul yaa mbak. Masih jalanan sempit dengan tepi jurang. Ngomongin kelok 9 jadi kangen suasana perjalanan dari bukittingi menuju kelok 9. Seru,sendirian, dan sangat berkesan.
AKu juga sangat penasaran lewati jalan taruntung-sibolga mbak. Kalau jalanan di sumut, aku pernah lewati jalan medan-kutacane yang luamyan ekstrim juga. Kemudian ada jalan medan-sidikalang pas lewati danau toba. Jalannya enak dan pemandangannya sangat bagus 😀

Kayaknya mbak fany sering banget berpindah-pindah kota yaa. Pernah tinggal dimana saja mbak..?

Leave a Reply