Setelah menempuh perjalanan selama satu jam, akhirnya kami tiba di basecamp pendakian Gunung Telomoyo via Arsal. Basecamp ini terletak di Desa Tolokan, Kabupaten Semarang. Waktu sudah menunjukkan pukul 08.30. Dua jam lebih lambat dari rencana awal kami. Pada awalnya kami akan mulai mendaki pada pukul 06.30. Ternyata pagi itu kami bangun kesiangan dan akhirnya berpengaruh pada jadwal perjalanan kami.
Basecamp Gunung Telomoyo via Arsal bentuknya berupa rumah warga. Ada meja registrasi dan seorang petugas yang menyambut kedatangan kami. Kemudian ada ruang kosong yang biasa digunakan para pendaki untuk beristirahat dan sebuah kamar mandi yang berada di belakang rumah. Semua pendaki yang ingin mendaki Gunung Telomoyo wajib lapor dan membayar biaya simaksi di basecamp ini. Kami membayar simaksi untuk empat orang. Setelah selesai urusan simaksi, kami sudah bersiap untuk mendaki Gunung Telomoyo. Cuaca Gunung Telomoyo terpantau berawan.
Jalur pendakian ada di sebelah basecamp yang juga jalan menuju perkebunan warga. Di awal perjalanan kami disuguhi area perkebunan milik warga. Jalan yang dilalui berupa jalan beton. Setelah 100 meter berjalan, secara tidak sengaja aku menginjak bagian belakang sepatunya Azfar. Tidak disangka, ternyata sol sepatunya terlepas. Kami berhenti sejenak untuk memperbaiki sepatu tersebut.
Sol sepatu benar-benar terlepas karena sepatu sudah lama tidak digunakan. Aku berinisiatif kembali ke basecamp dan berharap petugas memiliki sebuah lem. Petugas tidak memiliki, tapi seorang ibu-ibu dengan membawa sebuah lem yang masih tersisa setengah botol kecil. Ibu-ibu dengan senang hati memberikan lem tersebut. Tidak lupa aku mengucapkan terima kasih dan kemudian kembali menyusul teman-temanku. Tak selang berapa lama sepatu Azfar berhasil diperbaiki. Untuk sementara sepatu bisa digunakan untuk melanjutkan perjalanan.
Baca Juga: Bersepeda ke Alun-ALun Bung Karno Via Jabungan
Sepanjang perjalanan menuju Pos 1 kami bertemu dengan warga yang sedang bekerja di kebun mereka. Ada warga sedang memetik tomat yang sudah siap dipanen. Kami memberikan salam kepada warga yang kami temui selama perjalanan. Selang beberapa kami tiba di Gapura Ismoyo yang menjadi batas perkebunan warga dan hutan. Sesuai dengan peta yang kami dapat, Pos 1 letaknya tidak jauh dari Gapura Ismoyo. Kami istirahat sebentar dan kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju Pos 1. Azfar mulai merasa kelelahan dan kami memilih beristirahat sejenak di Pos 1.
Perjalanan berlanjut menuju Pos 2 dengan jalur menanjak dengan melewati area hutan pinus. Hutan pinus tidak terlalu rapat, tetapi batang pohon menjulang tinggi. Kami melewati jalur landai yang menyeberang punggungan gunung. Jalur ini bisa seperti bonus setelah sebelumnya melewati jalur tanjakan. Kami terus memberi semangat kepada Azfar untuk terus berjalan. Keringatnya sudah bercucuran membasahi wajahnya. Di Pos 2 kami beristirahat sejenak dan dia berpikiran untuk tidak melanjutkan perjalanan. Kami memberikan pengertian kepadanya untuk tetap melanjutkan perjalanan dan berjanji untuk berjalan lebih lambat agar dia tidak tertinggal. Aku, Deta, dan Shidiq secara bergantian menjaga dia selama perjalanan menuju Pos 3.
Perjalanan menuju Pos 3 lebih berat dibandingkan perjalanan sebelumnya. Jalur yang kami lewati berupa jalan setapak yang menanjak. Menurut beberapa info, jalur dari Pos 2 menuju Pos 3 memang jalur terberat dalam perjalanan mendaki Gunung Telomoyo via Arsal. kami terus berjalan dan waktu terus berputar. Tidak terasa 30 menit telah kami lalui, tetapi tanda-tanda Pos 3 belum terlihat. Azfar mulai rewel dan mulai meminta untuk mengakhiri pendakian pertamanya ini. Kami meyakinkannya untuk melanjutkan perjalanan dan nanti beristirahat lama di Pos 3.
Aku dan Shidiq berjalan lebih dahulu untuk melihat lokasi Pos 3. Setelah melewati sebuah tanjakan akhirnya kami tiba di Pos 3. Lokasinya memang berada di tanjakan jalur pendakian. Hanya ada tanah lapang yang muat untuk dua tenda dan batang kayu yang bisa jadi tempat istirahat. Aku sengaja berteriak untuk memberikan tanda bahwa Pos 3 sudah dekat. Selang lima menit akhirnya Azfar tiba di Pos 3 dengan muka kelelahan dan keringat yang bercucuran.
Pos 4 Gunung Telomoyo Via Arsal
Kami akan beristirahat lebih lama di pos ini. Setelah berdiskusi, akhirnya diputuskan Azfar tidak akan melanjutkan perjalanan menuju ke Pos 4 atau area berkemah. Dia akan ditemani oleh Deta yang sudah bersiap untuk membongkar perlengkapan memasaknya. Sedangkan aku dan Shidiq akan melanjutkan menuju Pos 4 atau area berkemah Gunung Telomoyo via Arsal.
Langit mulai terlihat mendung ketika kami dalam perjalanan menuju Pos 4. Beberapa kali terjadi gerimis kecil. Jarak pandang mata tertutup oleh tipisnya kabut yang mulai turun dari puncak gunung. Kabut ini menambah dinginnya suasana di Gunung Telomoyo. Perjalanan menuju Pos 4 sebetulnya memiliki pemandangan yang terbuka dan bagus, tapi sayangnya kabut tipis menutupinya. Beberapa tanjakan terjal tidak menghentikan langkah kami. Sesekali kami menghela nafas dan kemudian melanjutkan perjalanan lagi. Di jalur ini juga terdapat sebuah tugu batas yang menjadi batas administrasi wilayah antara Kabupaten Semarang dengan Kabupaten Magelang.
Sebuah bendera Merah Putih berukuran raksasa mulai terlihat dalam pandangan kami. Itu tandanya sebentar lagi kami akan tiba di Pos 4. Berselang lima menit dengan melewati tanjakan kami akhirnya tiba di Pos 4. Pos ini merupakan area berkemah karena pos ini memiliki tanah lapang yang bisa menampung puluhan tenda. Pos ini menjadi lokasi yang tepat untuk menikmati matahari terbit dan pemandangan Kabupaten Magelang. Dari Pos 4 kami bisa melihat menara pemancar yang berada di puncak Gunung Telomoyo. Perlu beberapa menit untuk tiba di puncak. Namun, kami tidak akan ke puncak. Hanya sampai Pos 4.
Perjalanan turun menuju Pos 3 berjalan lebih cepat. Selain jalur turun, kami juga sedikit berlari. Hanya dalam waktu delapan menit kami bisa tiba di Pos 3 lagi. Deta dan Azfar sedang memasak makanan yang kami bawa dari bawah. Tidak lupa secangkir kopi panas menemani siang kami di Pos 3 Gunung Telomoyo. Sekitar 30 menit kami beristirahat di Pos 3. Langit mulai terlihat mendung dan kami mulai mengemasi seluruh perlengkapan untuk persiapan turun ke basecamp.
Baca Juga: Bubur India di Masjid Jami Pekojan
Pada awalnya perjalanan turun berjalan lancar dan tanpa hambatan. Dalam perjalanan menuju Pos 1, sol di sepatu Azfar mulai lepas dari lem perekatnya. Akhirnya kami menyiasatinya dengan mengikat bagian sol sepatu dengan tali. Azfar mulai tampak kelelahan karena perjalanan turun yang menahan beban tubuhnya yang gendut. Kami terus memberi semangat dan mengingatkannya bahwa perjalanan tinggal sedikit lagi. Raut mukanya jadi sumringah ketika melihat Gapura Ismoyo berada di ujung jalan tanah. Hal ini menandakan berarti sebentar lagi kami akan memasuki area perkebunan milik warga.
Perjalanan menuju basecamp menjadi lebih santai dan dipenuhi dengan canda tawa mengingat segala momen yang terjadi selama pendakian. Kami tiba di basecamp dalam cuaca yang mendung. Langit sudah tampak gelap, tapi belum ada tanda-tanda akan turun hujan. Kami memilih istirahat sejenak sambil menyesap kopi dan teh hangat yang kami pesan di seorang ibu yang yang memberikan lem pada pagi tadi. Karena gagal sampai ke puncak Gunung Telomoyo, kami bertiga mengajak Azfar untuk menuju ke puncak dengan menggunakan motor.
Pada awalnya dia tidak percaya dengan apa yang kami katakan. Dia pikir tidak mungkin mencapai puncak gunung dengan menggunakan motor. Kemudian kami bergegas menuju puncak melalui jalur kendaraan bermotor. Kabut tebal membatasi jarak pandang kami. Kami mesti berhati-hati karena jalan tanjakan dan tikungan yang kami temui sepanjang perjalanan. Bahkan beberapa ruas jalan memiliki aspal yang buruk dan rusak. Di beberapa titik terdapat sebuah warung dan kafe yang bisa jadi tempat singgah para pengunjung.
Akhirnya kami bisa tiba di puncak Gunung Telomoyo. Azfar masih tidak percaya bahwa dia bisa berada di puncak. “Tahu gitu, tadi kita langsung naik motor saja buat ke puncak om. Daripada capek-capek jalan kaki,” ujar Azfar.
Kami hanya tertawa mendengar perkataannya. Mungkin dia merasa dibohongi dengan berjalan kaki untuk sampai puncak gunung, padahal untuk mencapai puncaknya bisa menggunakan motor. Pendakian Gunung Telomoyo via Arsal menjadi pengalaman pertama bagi Azfar dalam mendaki gunung.
Cerita dari Gunung
Gunung Telomoyo
11 September 2022
16 comments
Kasian temennya mas si Afzar..sudah alas sepatu lepas..untung warganya baik hatinya..sy jadi teringat pengalaman mendaki gunung sekali seumur hidup..karena ga ada persiapan..tapi senengnya bisa sampai ke puncak…tapi kalau sekarang di paksapun udh ga sanggup…..seru sih bisa melakukan pendakian bareng temen” yg punya minat yg sama..walaupun naik puncaknya pake motor hehehe
Mendaki gunung memang butuh persiapan dan perencanaan. Sebaiknya ga dilakukan secara tiba-tiba.
Seru sih, tapi tetap aja capek kalau naik gunung 😀
Pengalaman yang menyenangkan mas, pasti seger banget bisa merasakan hawa pegunungan dan hamparan alam yang hijau. Sampai pos 4 udah lumayan banget pasti nanjaknya. Kalau boleh tahu puncaknya berapa MDPL mas. Saya cuma sekali ngerasain naik gunung sampai puncak abis itu ga pernah diulang lagi, keburu kerja rodi Hahahah
Total ketinggian sekitar 1700-an mdpl mas. Tidak terlalu tinggi kok. Masih di bawah 2000 mdpl. Naik telomoyo bisa pakai kendaraan bermotor. Namun, kalau mau cari suasana beda bisa coba jalur trekkingnya.
Ayo mas, naik gunung lagi..hahaha
Telomoyo ini jadi salah satu destinasi tujuan pesepeda dari Jogja. Berangkat pagi dan balik Jogja sampai tengah malam. Hahhahahah. Aku malah dolannya di bawah telomoyo, di desa wisata menari, ketemu Pak Trisno
Teman-teman pesepeda semarang juga sering ke telomoyo. Kadang ada yang gowes dari semarang tapi yang sepeda lipat biasanya naik transjateng dan turun di terminal bawen. Kemudian daei terminal perjalanan dilanjutkan bersepeda lewat daerah banyubiru.
Kalau aku belum pernah coba rute ini. 😀
cantik sungguh pemandangan dari atas bukit…inilah aktiviti sihat yang bagus dan menyihatkan
Salah satu olahraga yang bisa dicoba
ya betul tu mas…mau juga saya cuba nanti bila ada kelapangan masa
Selamat berolahraga mas
Untungnya ada buibu bawain lem.
Haduh, sampe rusak gtu kalo aku mesti panik.
Btw, cuaca dan suasananya seger dan seru banget. Aku gak pernah mendaki sh, cuman denger dari temen tuh seru gtu. Ternyata baca ini ikutan ngerasain
Kwkwkw kasian si dedek kena prank jakil alias jalan kaki
Langsung panik dan kepikiran untuk tidak melanjutkan perjalanan. Bersyukurnya ibu yang berada di basecamp memiliki lem yang bisa dipakai.
Biar mereka terbiasa untuk berjalan kaki dan mendaki gunung 😀
kalau ada motor yang mau naik ke puncak, kayaknya aku milih opsi ini deh 😀
aku kalau ngeliat foto foto temen yang habis ke Telomoyo, cuman bisa mikir “bagus ya, bagus banget alamnya”
tapi pas giliran diajakin ke sana, kayaknya prosentase nolaknya yang makin besar 😀
mendaki gunung diperlukan persiapan yang matang, aku yang naik gunung ranti dengan ketinggian 3000an kayaknya, malah ga ada persiapan fisik, dan udah mo nyerah aja di tengah-tengah pendakian
Ke telomoyo bisa naik motor mbak ainun. Jalannya ada yang bagus, tapi beberapa ruas juga ada yang rusak. Berangkat subuh dari kota semarang agar mendapatkan sunrise.
Nanti bisa lihat pemandangan gunung merbabu dan pegunungan lainnya. Jadi ga perlu hiking kalau ingin ke telomoyo. Pilihan naik motor cocok bagi yang ga ingin terlalu lelah mendaki 😀
Kalo aku jadi azfar, aku pun bakal bilang yg sama, mendingan dari awal aku naik motoooor .
Baca cerita mendaki ini aku bisa kebayang capek tapi seru nya kayak apa. Ini berarti termasuk puncak yg amat mudah ya mas, bisa pulang hari, bisa naik motor pula .
Sol sepatu yg lama ga dipake bener sih cepet lepas, mau brand apapun itu . Krn aku ngerasain, pas ke US kemarin suami pake sepatu yg dia belj di Jepang 2017. Masih bagus, tapi pas jalan di US, jebol dooong wkwkwkwkwkwk. Terpaksa dia beli sepatu baru . Tapi untungnya di sana sepatu2 kayak Nike, puma dkk udh jelas lebih murah. Jadi sebenernya beruntung dapat ganti yg bagusan.
Padahal azfar ikut tiu tidak ada dalam rencana. Tiba-tiba ingin ikut kami..hahaha
Iyaa mbak fanny. Ini gunung pendek kok. Tingginya sekitar 1700-an mdpl. Rata-rata jarak tempuhnya sekitar 1.5-2jam. Jadi bisa langsung turun tanpa berkemah.
Kemarin aku juga sempat ngelem sepatu dulu karena lama ga dipakai buat naik gunung. Tapi tetap saja kurang enak karena jarang dipakai.
Sungguh keberuntungan yang tidak terduga. Mungkin kalau ga rusak malah ga jadi dapat harga yang murah. Kalau amerika sepatu nike buatan dari negara mana mbak?