Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the soledad domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/masvayco/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114
Mendaki Bukit Pepe - Rivai Hidayat

Mendaki Bukit Pepe

by Rivai Hidayat

Aku terbangun ketika waktu menunjukkan pukul 05.00. Udara masih terasa sangat dingin dan angin bertiup dengan kencang. Aku melihat Rifqy sudah bangun, sedangkan Deta dan Roni masih tertidur. Aku dan Rifqy memutuskan untuk keluar dan melihat keadaan di depan. Kemudian kami malah kepikiran untuk mendaki Bukit Pepe yang berada di Desa Brenggolo.

Sebetulnya semalam aku tidak bisa tidur dengan tenang. Udara di Desa Brenggolo malam itu sangat dingin. Padahal aku sudah mengenakan jaket, kaos kaki, kupluk, dan kantong tidur. Kami tidur di ruang depan rumah Pak Narimo bersama delapan peserta lainnya. Ada sekitar lima rumah warga yang digunakan untuk menginap para peserta. Tentu saja peserta laki-laki dan perempuan ditempatkan secara terpisah.

Kami mulai menyusuri jalan desa. Lalu melewati Kantor Kelompok Tani Argowilis dan kemudian memasuki area perkebunan milik warga. Trek yang kami lewati kali ini berupa jalan setapak yang terbuat dari tanah. Jalan yang biasa digunakan warga untuk menuju kebun milik mereka.

Matahari terbit di Desa Brenggolo

Jalur trek berganti dengan hutan pinus yang menanjak. Pohon-pohon pinus menjulang tinggi. Angin masih bertiup dengan kencang. Saking kencangnya bisa membuat daun-daun pohon pinus saling bergesekan dan menghasilkan dersik bunyi yang nyaman di indera pendengaran. Matahari sudah terbit di ufuk timur. Kami menikmati arunika dengan latar Gunung Lawu.
Baca dulu: Safari ke Kabupaten Wonogiri

Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit, akhirnya kami bisa sampai puncak Bukit Pepe. Bukit Pepe memiliki ketinggian lebih dari 1000 mdpl dan merupakan titik tertinggi yang ada di Desa Brenggolo. Dari puncak Bukit Pepe kami bisa melihat pemandangan Desa Brenggolo dan desa-desa yang ada di wilayah perbatasan Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Area perbukitan yang ada di Desa Brenggolo sangat cocok untuk menikmati arunika.

bukit pepe
Pemandangan Dusun Gemawang dari Bukit Pepe

Kami berada di puncak Bukit Pepe sekitar 20 menit. Perjalanan turun berjalan lebih cepat dan lancar. Namun, beberapa kali kami terpeleset karena licinnya tanah yang kami pijak. Kami bertemu tiga peserta dari Sukoharjo yang sedang menyesap kopi sambil menikmati suasana pagi. Setibanya di jalan desa, kami berpapasan dengan seorang bapak-bapak yang sedang membersihkan halaman rumahnya. Kami memberi salam dan kemudian malah ditawari untuk singgah di rumahnya.

bukit pepe
Gunung Lawu dari Bukit Pepe
bukit pepe
Pemandangan dari puncak Bukit Pepe

Nama beliau adalah Pak Kardi. Beliau memiliki rumah di ujung jalan desa. Kami berdua senang ketika ditawari singgah di rumahnya. Bentuk rumahnya melebar ke samping dan halamannya luas. Begitu masuk ke rumah, kami malah diajak menuju ke area pawon atau dapur. Di pawon yang masih beralaskan tanah ini terlihat istri Pak Kardi yang sedang duduk di dekat tungku yang kini dimanfaatkan sebagai perapian untuk menghangatkan ruangan.

Pak Kardi hanya tinggal berdua bersama istrinya, sedangkan kedua anaknya merantau keluar Desa Brenggolo. Kami disuguhi secangkir kopi dan pisang rebus yang dihasilkan dari kebun miliknya. Pak Kardi juga memiliki kebun tembakau. Aku melihat tembakau miliknya sedang dijemur di atas tampah. Selain berkebun, Pak Kardi juga memelihara beberapa ekor kambing sebagai hewan ternak. Kandang kambing miliknya berada di halaman belakang rumah.

Daun tembakau milik Pak Kardi

Kami berada di rumah Pak Kardi sekitar 30 menit. Banyak hal yang kita bicarakan pagi itu, seperti pengalaman hidup Pak Kardi, kopi, dan tentu saja tentang Desa Brenggolo. Kami sangat senang karena bisa diterima dan dijamu dengan baik oleh Pak Kardi dan istrinya. Kemudian kami berpamitan dan kembali menuju rumah Pak Narimo.
Baca Juga: Cerita Kopi dari Desa Brenggolo

Bukit Pepe bisa menjadi potensi wisata yang ada di Desa Brenggolo. Selain menyesap uniknya kopi Brenggolo, wisatawan juga bisa menikmati bentang alam yang ada di desa ini di Bukit Pepe. Waktu terbaik datang Bukit Pepe adalah ketika matahari terbit. Di waktu tersebut wisatawan bisa menyesap kopi Brenggolo sambil menikmati arunika.

*****

Para peserta Suro Brenggolo telah berkumpul di kantor Poktan Argowilis. Kegiatan pagi ini akan diawali dengan sarapan bersama. Kemudian dilanjutkan dengan belajar tentang pengolahan kopi bersama Yusuf Fauzan dan Aprilian Teja dari Kabupaten Temanggung. Pada bagian ini, kami bisa menyesap kopi dengan berbagai varian rasa. Rasa ini ditemukan oleh mereka berdua yang juga seorang barista.

Mbah Sadiman sedang menanam pohon beringin

Di sela-sela acara, Mbah Sadiman dan beberapa warga melakukan kegiatan menanam tiga pohon beringin berukuran kecil di dekat sumber mata air. Ada tiga titik sumber mata air yang akan ditanami pohon beringin berukuran 50 cm ini. Tujuan penanaman pohon beringin ini adalah untuk menjaga sumber mata air yang ada di Desa Brenggolo. Pohon beringin diketahui memiliki akar dan batang yang kokoh, serta bisa menjaga sumber mata air dengan baik.

Tiga pohon beringin itu merupakan hasil budidaya yang dilakukan oleh Mbah Sadiman. Beliau juga mengarahkan lokasi yang tepat untuk penanaman pohon. Ketika penanaman pohon ada satu hal yang menarik perhatianku, yaitu ketika Mbah Sadiman seolah-olah mengajak ngomong pohon beringin itu. Kemudian menanamnya sambil mengucapkan doa. Suaranya sangat lirih hingga aku tidak mendengarnya. Mungkin Mbah Sadiman berharap pohon beringin ini membawa berkah manfaat pada lingkungan dan Desa Brenggolo.

Foto bersama seluruh panitia dan peserta

Acara Suro Brenggolo berakhir pada pukul 11.00. Semua peserta bisa meninggalkan Desa Brenggolo. Namun, kami memilih untuk singgah di rumah Heri terlebih dahulu. Di sana kami malah diajak makan bersama panitia dan keluarga dari Heri. Suguhan makanan memang terlihat sederhana: nasi, telur, sayur, sambal, pisang, dan kerupuk. Namun, bagiku ini adalah hal yang luar biasa. Aku selalu menyukai makanan rumahan seperti ini. Belum lagi suasana keakraban yang terjalin di antara kita.

Dalam perjalanan pulang kami singgah lagi di Cafe Wonogirich untuk beristirahat sejenak dan membeli kopi Brenggolo. Setelah acara Suro Brenggolo, kini dalam setiap kesempatan berkumpul kami selalu ditemani dengan kopi Brenggolo. Kami merasa cocok dengan kopi jenis robusta dari desa ini. Entah diseduh secara single origin, atau diseduh menjadi kopi susu.

Cerita dari Wonogiri
Desa Brenggolo
18-19 Juli 2023

You may also like

23 comments

Heni May 11, 2024 - 7:56 am

Saya bisa ngebayangin dinginnya suasana malam di desa itu mas, meski udah krukupan lengkap…saya paling suka nonton YouTube yg ada masak”di pawon rumah penduduk, masih ada tungku dari tanah, bau dan citarasa masakan lebih enak dan harum menurut saya sih, apalagi merebus air dan siram kopi langsung..bau aroma kopi langsung tercium..segeer

Reply
Rivai Hidayat May 13, 2024 - 12:38 pm

Kalau kedinginan, tidur jadi tidak nyaman dan bakal sering terbangun.
Setuju mbak heni. Memasak di pawon dengan menggunakan tungku memberikan rasa tersendiri pada makanan. Beberapa tempat makan jadi masih mempertahankan konsep memasak di pawon dengan tungku seperti ini. Rasa makanan tetap terjaga hingga sekarang.

Reply
Djangkaru Bumi May 11, 2024 - 12:42 pm

Treknya menantang juga ya
wah kalau saya masih kaut kagak ya, pastinya ngos-ngosan
tapi waktu tempuh juga tidak begitu jauh ya
sampai di atas keren banget
Aya penyuka kopi

Reply
Rivai Hidayat May 13, 2024 - 12:58 pm

Kalau jalan tidak jauh pasti kuat mas. Kalau ngos-ngosan tinggal berhenti dan atur nafas. Pemandangan di atas memang bagus kok.

Reply
Hapudin May 11, 2024 - 8:05 pm

Seru ya berkegiatan dengan banyak orang sambil menikmati hamparan alam. Dan saya belum tahu detail kegiatan Suro Brenggolo itu seperti apa. Tampaknya berhubungan dengan perkopian ya.. Nah, yang menarik juga ketika bertandang ke rumah penduduk yang hidupnya berdasarkan kesederhanaan. Saya termasuk orang yang paling antusias kalau mendengarkan cerita hidup seseorang. Kayak seperti didongengkan cerita, tapi kali ini ceritanya adalah pengalaman hidup seseorang yang nyata.

Reply
Rivai Hidayat May 13, 2024 - 1:42 pm

Mendengarkan cerita pengalaman hidup orang lain itu sangat menyenangkan. Terkadang cerita orang itu memberikan pandangan dan pengetahun baru kepada kita sebagai pendengarnya. Tinggal dan hidup menyatu dengan warga lokal akan memberikan pengalaman tersendiri.

Reply
ainun May 12, 2024 - 7:31 am

seru banget bisa explore kayak gini, naik bukit, terus pagi-pagi ngeliat sunrise. Hiks, aku udah lama banget ga naik-baik bukit
kayaknya dimana-mana entah kenapa kalau kita turun bukit rasanya lebih cepet ya, naik gunung juga gitu, tinggal merosot merosot ehh tau tau cepet nyampe bawah, tapi pas naik astagahhh menyiksa hahaha

Reply
Rivai Hidayat May 13, 2024 - 1:45 pm

Ayolah mendaki bukit lagi kak sambil menikmati matahari terbit 😀
Ya rata-rata naik bukit memang seperti itu. Tinggal jalan aja. Ga usah buru-buru nanti juga sampai puncak dengan sendirinya. 😀

Reply
adynura May 12, 2024 - 8:27 pm

foto arunikanya mantap parah… indah nian!
emang ga pernah salah sih kalo fotoin sunset mah 😀

tak lupa, baca ceritanya juga jadi terasa hangat, apalagi tentang pak Kardi
punya ladang dan bisa langsung menikmati hasilnya, beternak kambing, adalah beberapa hal yang juga kuinginkan di masa depan. slow living. secukupnya.

Jadi penasaran sama rasa kopi Brenggolo deh…

Reply
adynura May 12, 2024 - 8:27 pm

*maaf, bukan sunset, tapi SUNRISE!

Reply
Rivai Hidayat May 13, 2024 - 1:59 pm

Slow living semakin jadi impian anak muda jaman sekarang. Bekerja keras, kemudian menepi di masa tua agar hidup lebih slow.
Foto pemandangan setelah matahari terbit emang tidak pernah salah. Tinggal kita mesti bersiap dengan suasana yang akan disuguhkan oleh semesta.

Reply
Faizal R May 13, 2024 - 6:50 am

Menarik sekali aktiviti sebegini lebih-lebih lagi bila berpeluang bergaul dengan orang tempatan.

Reply
Rivai Hidayat May 13, 2024 - 1:59 pm

Aktivitas seperti ini bisa menambah pertemanan dengan orang lain

Reply
Nasirullah Sitam May 13, 2024 - 7:22 am

Mata air seperti ini memang harus dirawat dan diruwat, dari mata air, semuanya dapat hidup dengan menyenangkan. Semoga tetap lestari

Reply
Rivai Hidayat May 13, 2024 - 2:00 pm

Semoga tidak ada lagi berita tentang kekeringan. Sumber mata air harus tetap terjaga dengan baik.

Reply
Sibayukun May 17, 2024 - 2:15 pm

Aku ya di rumah ada Pohon beringin.. wkwk. Cuma tumbuhnya udah maksimal karena nanemnya dalam pot. Masih hidup sampai sekarang,, di bawahnya sering dipake buat anabul tidur karena daunnya memang rindang…

Sempet bingung Arunika tuh apa? ternyata dia warna merah kejinggaan ya mas.. Well, tulisan dan pengalaman yang bgus mas. Terimakasih sudah berbagi, Bacanya sungguh Zen sekali rasanya.. Tentram.. Sebuah kehidupan yang aku mau saat tua nantii.. Hidup di desa, Pagi makan pisang atau ubi rebus sambil ngeteh… Wahh what a livin…

Reply
Rivai Hidayat May 19, 2024 - 6:58 pm

sepertinya pohon beringinnya perlu dipindah biar bisa tumbuh besar bay.
Aku juga baru tahu kosakata arunika. Yaudah aku pakai aja, sekalian membiasakan memakai kosakata baru biar terbiasa.
Yaa semoga harapannya untuk menua di desa bisa terwujud bay.

Reply
rezkypratama May 18, 2024 - 9:56 pm

enaknya jalan2 ngelihat hutan2

Reply
Rivai Hidayat May 19, 2024 - 6:35 pm

enak banget mas.

Reply
fanny_dcatqueen May 27, 2024 - 11:56 am

Sukaaaa banget kalo bisa ikut menikmati kegiatan begini mas. Menyesap kopi wangi, bukan kopi fancy dari kafe. Aromanya aja beda banget.

Apalagi pas dibilang tempat ini sejuk . Aku biasanya selalu suka kalo udah DTG ke tempat2 dingin. Pasti jadi favoritku.

View nya juga cakeeep yaa . Memang paling pas sambil menikmati kopi dan suguhan ringan.

Salut kalo warganya masih sangat ramah begitu, sampe menawarkan mampir ke rumah. Sesuatu yg ga mungkin ada di kota besar, nawarin orang asing ke rumah .

Reply
Rivai Hidayat May 28, 2024 - 4:44 pm

Menciumi aroma kopi yang sedang diolah itu rasanya sangat beda mbak. Contohnya ketika kopi lagi disangrai…hihii
Kopi robusta rata-rata ditanam di daerah pegunungan atau perbukitan yang memiliki udara yang sejuk. Jadi kalau sedang berkunjung ke kebun kopi bakal merasakan udara yang sejuk dan betah di sana.

Kalau di desa bakal sering ditawari untuk mampir ke rumah warga. Ini salah satu yang menyenangkan ketika berada di desa.

Reply
Priant Taruh September 1, 2024 - 5:48 pm

Bagus ya kegiatannya, selain bisa nambah teman, pastinya juga bisa nambah pengetahuan! + bisa nambah kenangan untuk diceritakan di saat tua nanti hehe.

Reply
Rivai Hidayat September 3, 2024 - 8:19 am

Satu kegiatan yang membawa banyak manfaat untuk kita.

Reply

Leave a Comment