Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the soledad domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/masvayco/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114
Masjid Baiturrahman: Antara Aku, Cerita, dan Daya Tariknya - Rivai Hidayat

Masjid Baiturrahman: Antara Aku, Cerita, dan Daya Tariknya

by Rivai Hidayat

Masjid Baiturrahman, 22 Juli 2017

“Mas, habis lebaran siap-siap berangkat ke Aceh ya!!” ujar salah satu temanku.

“Oke siap, mas!!”

Obrolan singkat itu yang jadi awal perjalananku ke Provinsi Aceh. Tentu saja dalam rangka pekerjaan. Memulai perjalanan di Pulau Sumatera dari provinsi yang terletak ujung barat pulau tersebut tentu saja akan memberikan kesan tersendiri, seperti memasang potongan puzzle bergambar Pulau Sumatera dengan menempelkan potongan puzzle di ujung gambar terlebih dahulu.

 

Langit biru di atas Bandara Sultan Iskandar Muda menyambut kedatangan kami. Bandara tidak ramai, hanya ada satu pesawat yang berada di area parkir pesawat. Setelah mengemasi semua barang, kami keluar bandara untuk sarapan, kemudian menuju penginapan yang terletak di pusat kota banda Aceh. Tidak jauh dari Masjid Baiturrahman.

 

Perjalanan dengan penerbangan pertama membuat kami kelelahan dan mengantuk. Di saat temanku memilih untuk istirahat, aku malah memanfaatkan waktu ini untuk menuju Masjid Baiturrahman. Masjid ini memang memiliki daya tarik tersendiri untuk dikunjungi. Tidak hanya warga Aceh, setiap wisatawan yang datang ke Aceh selalu memasukkan Masjid Baiturrahman ke dalam daftar tempat yang mesti dikunjungi. Masjid ini sudah menjadi ikon dan kebanggaan Provinsi Aceh.

 

Masjid Baiturrahman

Masjid Baiturrahman, Aceh

 

Tidak membutuhkan waktu lama, aku sudah tiba di salah satu pintu masuk masjid. Saat itu ada beberapa sudut masjid yang sedang direnovasi. Setelah melepas sepatu dan menitipkan di tempat penitipan, aku melangkah memasuki area masjid. Terdengar suara penjaga penitipan sepatu memarahi seorang perempuan karena dia memakai pakaian yang menurutnya kurang tepat untuk berkunjung ke masjid. Sang penjaga memarahi perempuan itu menggunakan bahasa Aceh, tentu saja aku tidak paham apa yang dia katakan. Memasuki area masjid memang diwajibkan untuk memakai pakaian yang menutupi aurat, dan sopan.

 

Aku melangkahkan kaki untuk berkeliling masjid. Terlihat bangunan masjid ini kokoh dan megah. Ketika bencana gempa dan tsunami pada tahun 2004, masjid ini menjadi tempat menyelamatkan diri dari terjangan gelombang Tsunami. Sedangkan semua bangunan yang ada di sekitar masjid hancur dan rata dengan tanah. Berdiri di halaman masjid dan membayangkan kejadian itu membuatku pilu. Bencana besar pernah terjadi di sini.

Baca Juga: Kutacane dan Perjalanan yang Singkat

 

Waktu Salat Zuhur telah tiba, aku bergegas untuk segera memasuki area salat masjid. Aku langsung merasa takjub dan kagum dengan pemandangan di area salat masjid. Tiang-tiang kokoh berdiri berjajar menopang bangunan masjid. Dinding-dinding masjid dipenuhi dengan ornamen dan kaligrafi bahasa Arab. Setelah salat, aku memilih duduk menikmati pemandangan masjid dan segala aktivitas pengunjung masjid.

 

Pada sore hari dilakukan pembagian tugas. Tiga tim akan pergi ke Pulau Sabang, Pulau Breueh, dan Pulau Nasi. Sedangkan tiga tim lainnya akan tetap berada di Kota Banda Aceh. Aku termasuk tim yang berada di kota. Sebenarnya aku berharap bisa ikut dalam tim yang menyeberang ke pulau-pulau yang termasuk pulau terluar di negeri ini. Resiko di Pulau Breueh dan Pulau Nasi cukup besar karena untuk menuju ke sana. Kita mesti menggunakan kapal nelayan yang ada di pelabuhan rakyat. Akhirnya diputuskan yang berangkat ke sana adalah tim yang lebih berpengalaman. Aku yang berada di kota akhirnya memanfaatkan kesempatan ini untuk menyempatkan diri beribadah di Masjid Baiturrahman.

 

Sebelum adzan waktu Salat Magrib berkumandang, aku bergegas ke Masjid Baiturrahman. Begitu juga ketika waktu Salat Isya. Aku selalu mengenakan baju koko dan sarung.  Sarung dan baju koko menjadi pakaian yang wajib aku bawa ketika dinas di lapangan. Setelah Salat Isya, biasanya aku berkeliling sekitaran masjid untuk beli makan malam. Malam hari di sekitar masjid selalu ramai dengan aktivitas warga. Mulai dari warung kopi, tempat makan, hingga pasar malam dipenuhi warga.

 

Masjid Baiturrahman

Salat Isya di Masjid Baiturrahman

 

Pada suatu malam, aku berhenti di salah satu tenda warung makan karena di warung itu jual indomie. Setelah memesan aku duduk di kursi yang telah disediakan. Berselang beberapa menit, indomie pesananku telah tersaji di hadapanku. Awalnya aku pikir mirip indomie di warmindo. Ternyata tampilannya sangat berbeda. Malah lebih mirip bakmi jowo rebus dibandingkan dengan indomie di warmindo. Setelah aku cicipi, rasanya juga sangat berbeda. Bumbu yang digunakan bukanlah bumbu indomie, tapi bumbu racikan penjual. Rasanya sangat lezat dan ini memberikan pengalaman berbeda ketika makan indomie. Mie yang digunakan memang indomie, tapi bumbu yang dipakai adalah bumbu racikan penjual yang disesuaikan dengan selera warga lokal.

 

Menjelang waktu salat subuh, terdengar selawat yang keluar dari pengeras suara masjid. Aku terbangun, segera menyadarkan diri dan bersiap ke masjid untuk salat subuh berjamaah di masjid. teman-temanku sedang terlelap. Aku menyapa satpam yang masih terjaga di pos keamanan. Dia sangat ramah kepada setiap tamu hotel. Jalanan menuju masjid terlihat sepi, namun masih ada beberapa warga yang juga sedang menuju masjid. Biasanya aku sulit untuk salat subuh berjamaah di masjid. Namun, waktu itu ada kekuatan dan daya tarik tersendiri yang menuju ke masjid. Mataku tidak terasa mengantuk, kakiku jadi lebih bersemangat melangkah menuju masjid. Aku sangat menikmati suasana salat subuh dan masjid Baiturrahman ketika menjelang fajar. Sepi, dan penuh ketenangan.

 

Masjid Baiturrahman

Setelah Salat Subuh di Masjid Baiturrahman

 

 Saat itu hari Jumat menjelang waktu Salat  Jumat, aku berjalan menuju kios penjual perlengkapan alat tulis. Terlihat penjual sedang bersiap-siap menutup kiosnya. Aku penasaran menanyakan kenapa tutup, padahal belum waktunya jam istirahat. Penjual yang seorang perempuan muda berkerudung merah maroon itu bercerita bahwa setiap satu jam menjelang waktu salat Jumat, semua tempat usaha seperti bank, warung kopi, minimarket, kios, rumah makan, dll, yang berada di sekitar masjid akan tutup sementara. Tujuannya agar para lelaki bersiap-siap untuk melaksanakan salat Jumat di masjid. Setelah salat Jumat akan buka kembali seperti biasanya. Hal ini ternyata tidak hanya terjadi di kota Banda Aceh, namun juga terjadi di kota-kota lainnya.

 

Saat perjalanan menuju masjid, aku memang menemui semua kios tutup. Rumah makan Padang yang selalu ramai ketika jam makan siang juga terlihat tutup. Warung kopi yang identik dengan warga Aceh juga tutup. Sekitar masjid terlihat sepi dengan aktivitas jual-beli. Hanya terlihat para lelaki yang bergegas menuju masjid untuk Salat Jumat.

Baca Juga: Ereveld Kalibanteng, Makam Kehormatan Korban Perang

 

Aku sengaja berangkat lebih awal agar dapat saf bagian depan yang tidak jauh dari mimbar khotbah. Aku memang terbiasa memilih tempat yang tidak jauh dari mimbar. Tujuannya agar bisa fokus mendengarkan khotbah yang disampaikan oleh khatib. Selain itu, ada sensasi tersendiri yang aku rasakan jika berada di saf bagian depan. Termasuk di Masjid Baiturrahman.

 

Selesai Salat Jumat, beberapa kios langsung buka. Warung kopi sudah menampung para penikmat kopi yang ingin bersantai setelah Salat Jumat. Yang seperti diketahui, kopi merupakan aktivitas rutin warga Aceh. Kopi tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan warga Aceh. Seperti Bang Edi, salah satu supir yang kami sewa, mengatakan bahwa dia bisa minum 15 sampai 20 cangkir kopi dalam sehari. Kopi bagi dia seperti air putih yang dikonsumsi setiap harinya. Rumah makan Padang langsung diserbu para pembeli. Terlihat sangat ramai. Aku juga ikut mengantri karena makanan yang dijual sangat enak dan bersahabat dengan lidahku orang Jawa seperti aku ini. Selain itu, pilihan lauk sangat bervariasi.

 

Bisa dibilang aku sangat beruntung bisa melakukan perjalanan di Aceh. Saat itu banyak teman-temanku yang ingin sekali pergi ke Aceh, namun belum ada kesempatan. Sedangkan aku yang baru suka dengan cerita-cerita Aceh malah mendapat kesempatan ke Aceh terlebih dahulu. Tidak hanya beberapa hari, namun selama dua bulan berada di Aceh. Tidak hanya Aceh daratan, namun juga Pulau Sinabang, Aceh. Tidak hanya di Kota Banda Aceh, namun hampir seluruh provinsi. Aku berada di kota Banda Aceh selama delapan hari. Selama itu pula aku sering salat berjamaah di Masjid Baiturrahman. Khususnya ketika waktu Salat Magrib dan Isya. Ada rasa kagum dan daya tarik tersendiri yang aku rasakan terhadap masjid ini. Aku bersyukur karena bisa beribadah di masjid yang penuh dengan cerita ini. Aku telah diberi kesempatan untuk membuat ceritaku di masjid ini.

You may also like

110 comments

Nasirullah Sitam June 17, 2020 - 6:12 am

Jika diminta ke Sumatera lagi, mungkin tujuan pertamaku adalah Aceh. Entahlah, provinsi tersebut menarik perhatianku untuk dikunjungi

Reply
Rivai Hidayat June 17, 2020 - 10:42 am

Bagi mas Sitam yang suka kopi, aceh harus masuk daftar kunjungan mas. Yang penting jangan ngopi pas salat magrib, nanti bakal ditangkap polisi syariah 😀

Reply
Nasirullah Sitam June 18, 2020 - 11:52 pm

Iya kah ditangkap kalau pas Magrib? Hahahhahahha
Ini menarik, bakal jadi konten kalau sempat ditangkap hahahhah
Semoga saja. Sudah banyak kawan di Aceh yang menawarkan ke sana sembari sepedaan di Aceh

Reply
Rivai Hidayat June 19, 2020 - 1:14 am

soalnya aku pernah ngopi pas magrib langsung disuruh pindah ke dalam warkop. kemudian pintunya ditutup sementara sampai selepas magrib. katanya agar tidak ditangkap polisi syariah.
Jalanan di kota banda aceh cukup datar mas. kalau mau sepedaan masih aman 😀
jadi pengen sepedaan juga disana..hahhaa

Reply
BayuFitri June 20, 2020 - 3:30 pm

wah beruntungnya bisa ke Aceh kak..btw jejak2 tsunami Aceh masih terlihat tdk ya?

Reply
Rivai Hidayat June 21, 2020 - 2:08 am

masih ada beberapa jejak tsunami yang bisa dilihat. Salah satunya kapal PLTD Apung

Rara June 23, 2020 - 11:35 am

Wahh Aceh, tempat yang selalu bikin kangen dengan segala kearifan lokalnya. Jadi kangen Aceh banget euy. Terakhir ke sana bulan 3 lalu padahal hehe

Reply
Rivai Hidayat June 23, 2020 - 2:41 pm

Waah, padahal barusan dari aceh udah kangen. apalagi aku yang sudah beberapa tahun yang lalu. hahahha, Semoga kita bisa balik lagi ke aceh 😀

Reply
Febi June 17, 2020 - 2:15 pm

Haha.. baca makan indomie disana dengan racikan resep khas penduduk setempat jadi inget seneng bgt sm mie goreng aceh dari indomie..
Kira2 enak mana ya..
Btw, kebetulan saya juga suka ngopi, mungkin mie & kopi bakal saya incer buat jajan kalo ada kesempatan kesana..

Nice story!

Reply
Rivai Hidayat June 17, 2020 - 3:07 pm

Ukuran mie pada indomie mie aceh memang terinspirasi dari mie yang digunakan pada mie aceh yang memiliki ukuran lebih besar dibandingkan mie pada rasa lainnya. Termasuk pada bakmi jawa. Banyak warung mie aceh yang sangat enak.

Kalau warung kopi sangat mudah ditemui. Kopi sudah jadi bagian dari warga aceh yang tidak bisa dipisahkan.

Semoga bisa pergi ke aceh mbak febi 🙂

Reply
CREAMENO June 17, 2020 - 11:25 pm

Sayaaaa mau banget ke Aceh hehehe. Dulu ayah saya sempat tugas di Aceh dan pernah cerita kalau Aceh itu indah terus semakin penasaran semenjak saya bertambah tuak dan sadar makanan Aceh enak-enak jadi mau coba makan langsung di daerahnya siapa tau lebih mantap

Dan dari sekian banyak tempat wisata di Aceh, salah satu yang membuat saya penasaran adalah masjid yang mas Vay ceritakan karena saya pun tau masjid tersebut karena kisah tsunami beberapa belas tahun silam nggak kebayang bagaimana rasanya berdiri di sana —

Reply
Rivai Hidayat June 18, 2020 - 1:33 am

Makanan aceh semuanya enak kak, apalagi jika suka pedas. Belum lagi jika suka ngopi, belum lengkap kalau belum ke aceh.
Masjid Baiturrahman memang punya daya tarik tersendiri. Bangunan yang masih berdiri tegak ketika tsunami, meskipun bangunan di sekitarnya sudah rata dengan tanah.

Semoga bisa datang ke Aceh kak dan kemudian bilang ke ayahnya jika aceh bener-bener indah 🙂

Reply
Mrs.kingdom17 June 18, 2020 - 1:34 am

Wahh beruntung banget yg bisa kerja sekaligus menikmati kota baru… belum pernah ke Aceh tp penasaran sama pulau Sabang dan nol kilometer… Pengen tahu rasanya berada di ujung Indonesia…

Reply
Rivai Hidayat June 18, 2020 - 2:45 am

Beruntung sekali kak. Bisa kerja sambil jalan-jalan. Berada di ujung Indonesia akan telihat birunya laut sejauh mata memandang. 😀

Reply
Gallant Tsany Abdillah June 18, 2020 - 2:29 am

wah aku penasaran rasanya indomie bikinan masyarakat aceh. hahaha. katanya memang beda sama indomie yang ada umumnya. haha.

wah, pasti rasanya tenang sekali ya , mas, bisa salat di masjid itu. kayaknya suasanannya juga enak. semoga berkesempatan ke sana.

Reply
Rivai Hidayat June 18, 2020 - 2:57 am

indomie warmindo yang jadi pujaan para anak kos lewat mas. Jauh. wkwkkwkwkk
Semoga bisa ke Aceh dan salat di masjid baiturrahman mas 😀

Reply
Ina June 18, 2020 - 1:37 pm

Aku penasaran deh sama mie aceh sana sepertinya lezat sekali. :9
Apa ya bumbunya yang membuat beda? Hihi

Itu kopinya 15-20 gelas ga kebayang lambungnya kaya apa…

Komenku gagal masuk ternyata 2 harian yg lalu

Reply
Rivai Hidayat June 18, 2020 - 1:57 pm

kamu mesti makan mie aceh jika pergi ke aceh. Banyak kedai mie aceh yang layak untuk dicoba 😀
kalau masalah bumbu, mesti tanya sama yang masak aja 😀

yaa akhirnya lambung sudah bisa beradaptasi dengan kopi yang diminum. Minum kopi udah kayak minum air putih. 😀

Reply
Ina June 18, 2020 - 11:56 pm

Kedai mie aceh sana rasanya jelas berbeda dengan yang ada di sini mas? Atau mendekati?
Semoga suatu saat bisa ke aceh ya, aamiin.

Reply
Rivai Hidayat June 19, 2020 - 1:39 am

Rasanya didukung dengan suasana jika makan langsung di tempat asalnya 😀

Reply
Ifa Mutia June 18, 2020 - 2:42 pm

Aduh jadi ingat kenangan berkunjung ke Masjid Baiturahman tahun lalu.
Saya pikir saya saja yang terbawa perasaan ketika beribadah di masjid ini. Ternyata hampir semua pengunjung ya.

Rindu untuk balik ke kota seribu kedai kopi ini.

Reply
Rivai Hidayat June 19, 2020 - 1:16 am

waah, ternyata kita punya pengalaman yang tidak jauh berbeda mbak.
Aku juga pengen balik ke sana.

Reply
Ina June 19, 2020 - 1:48 am

Wah, kalo itu nggak ada di mana-mana dong ya. Wajib ke sana berarti. Biar bisa cerita ttg mie aceh lebih dalam.

Reply
Rivai Hidayat June 19, 2020 - 7:58 am

iyaa, kalau ada kesempatan datang aja ke aceh 😀

Reply
ira sulistiana June 19, 2020 - 3:57 am

Belum baca udah pengen komen foto pertamanya, bagus banget framingnya

Reply
Rivai Hidayat June 19, 2020 - 7:57 am

Ide di dapat ketika neduh di tempat itu. setelah liahat-lihat kok bagus juga yaa framing dari sini. Yaa akhirnya jadilah foto yang sedang kamu lihat ini.
ide didapat dengan tidak sengaja 😀

Reply
Oktanti Hapsari June 19, 2020 - 4:38 am

benar-benar sesuai dengan julukan kota ini ya mas, “serambi mekkah”. Setiap orang yang memiliki tujuan perjalanan ke tempat ini benar-benar wisata religi, wisata yang sekaligus mendekatkan diri ke tuhannya. Semoga bisa ke sini kelak. makasih sharingnya mas

Reply
Rivai Hidayat June 19, 2020 - 7:37 am

Semoga kamu juga bisa ke Aceh juga dan mendapatkan pengalaman spiritual tersendiri dalam perjalananmu itu.
sama-sama telah singgah ke sini 🙂

Reply
Antin Aprianti June 19, 2020 - 5:08 am

Aceh menjadi salah satu kota yang pengen banget dikunjungi juga, semoga suatu saat bisa ke Aceh dan merasakan salat di Masjid Baiturahman juga.
Perjalanan dinas yang menyenangkan ya, Mas. Bisa sekalian jalan-jalan hehe

Reply
Rivai Hidayat June 19, 2020 - 7:36 am

Smeoga bisa ke aceh. Aceh aman dan nyaman untuk dikunjungi kok. Apalagi budaya dan keindahan alamnya bakal memiliki cerita tersendiri 😀
Kerja sekalian jalan-jalan 😀

Reply
Ning! June 19, 2020 - 6:33 am

MasyaAllah, bagus banget ya masjidnyaaaa… Aku juga ada saudara di Pulau Sumatera. Semoga suatu saat bisa ke sana dan mampir beribadah di Masjid Baiturahman juga nyobain Mie Acehnya. Yummm…

Reply
Rivai Hidayat June 19, 2020 - 6:51 am

semoga bisa pergi ke aceh dan menikmati suasana masjid baiturrahman. Sekalian kulinernya juga mesti dicicipi 😀

Reply
Sovia Ranti June 19, 2020 - 12:13 pm

Jujur dari sekian banyak daerah di Indonesia, Aceh salah satu yang menarik minat saya untuk kesana, bahkan dulu sempat ingin melanjutkan belajar kesana, tapi karena susah mendapat izin dari orang tua, akhirnya gagal. Padahal saya udah ngayal duluan haha.

Saya pernah nonton film yang lokasi syutingnya di Aceh, pantainya keren banget. Mudah2an suatu saat saya bisa kesana. Padahal nih ya, dulu orang tua saya pernah ke Aceh, aneh banget kok waktu itu saya adem2 aja nggak minta ikut.

Reply
Rivai Hidayat June 19, 2020 - 1:27 pm

Aceh aman untuk para wisatawan kok. Semoga kelak bisa datang ke aceh. Menikmati pemandangan, kuliner, dan kearifan lokal yang ada di Aceh. 😀

Reply
Eka Rahmawati June 19, 2020 - 3:37 pm

Wah menarik banget bisa berkunjung dan beribadah di mesjid yg populer di Aceh ini. Saya belum pernah ke Pulau Sumatra, semoga bisa punya kesempatan bt ke mesjid baiturrahman.

Reply
Rivai Hidayat June 20, 2020 - 6:26 am

Pulau Sumatera sangat menarik untuk dikunjungi. Mulai dari pemandangan, pantai, kehidupan kota, dan kearifan lokalnya. Kalau ke Aceh tentu saja singgah ke masjid baiturrahman dan kulineran di sana 🙂

Reply
inez June 19, 2020 - 9:04 pm

masjidnya cantik sekali ya. bole ni kapan2 berkunjung ke sana 🙂

Reply
Rivai Hidayat June 20, 2020 - 6:24 am

kalau datang ke aceh, jangan lupa ke masjid baiturrahman.

Reply
Lenifey June 20, 2020 - 12:26 pm

Selalu ngincer aceh tiap tahun buat dines tapi nggak pernah dapet. Wkwk belum jodoh emang. Pengen banget lihat masjid baiturrahman secara langsung. Saksi bisu tsunami aceh.
Mungkin kalo niat bisa liburan pake uang pribadi lah. Soalnya liat foto temen ke pulau we apa ya cakep bats pemandangannya. Nanti bisa mampir ke masjid baiturrahman juga pastinya

Reply
Rivai Hidayat June 21, 2020 - 2:39 am

belum rejeki untuk dinas ke aceh yaa..hahahaha
Bisalah, tinggal diatur aja. Pemandangan di aceh sangat bagus, belum lagi kulinernya yang sangat enak 😀

Reply
Agus warteg June 21, 2020 - 7:55 am

Beruntung mas Rivai pernah ke Aceh dan beribadah ke masjid Baiturrahman Banda Aceh. Masjid tersebut memang terkenal saat ada tsunami Aceh. Bangunan sekitarnya pada tersapu bersih sedangkan masjid tersebut tidak apa-apa.

Reply
Rivai Hidayat June 22, 2020 - 1:06 am

benar sekali mas, bangunan ini memang terselamatkan dan menjadi tempat berlindung ketika gelombang tsunami menerjang aceh.

Reply
Retno Nur Fitri June 21, 2020 - 10:44 am

Saluttt sama kedisplinan yang masih terjaga ketika hari Jumat tiba, semua sistem jual-beli dihentikan untuk beberapa saat. Semoga akan terus menyebar di kota-kota besar lainnya termasuk Jakarta.. Aamiin

2 bulan di Aceh pasti sedikit2 tau kebiasaan warga di sekitar sana ya mas

Reply
Rivai Hidayat June 22, 2020 - 1:10 am

aturan kayak memang bagus untuk diterapkan, tapi juga mesti memperhatikan kebiasaan masyarakat sekitar.
Yaa lumayan tahulah, kayak kebiasaan minum kopi masyarakat aceh 😀

Reply
Dian Restu Agustina June 21, 2020 - 11:51 am

Wah, kangen Masjid Baiturrahman…dan makan indomie ala sana, seperti yang kumakan saat 5 tahun di Langkat, sama, dibumbui lagi jadi makin mantap
Sebelum pandemi, di akhir Januari, suamiku ada dinas ke Banda Aceh..Aku kezel bener ga bisa sekalian jalan. Dia nawarin sih, nanti dia extend-cuti, tapi mau gimana lagi, anak-anak barusan masuk setelah Desember libur semester, ga mungkin bolos karena dah kelas 9 dan 5. Akupun mau pergi ngikut dia kok kasian anak-anak ya..hahaha, ya sudah belum rejeki ke Banda Aceh lagi. Aku ke sana tahun 2006, masih pemulihan pasca tsunami. Dan, dipameri suami, masjid Baiturrahmannya jadi keren habis, sudah direnovasi…Wah..

Reply
Rivai Hidayat June 22, 2020 - 1:14 am

Di sumut, indomie juga dibumbui pake bumbu lain. Jadi rasanya makin mantap.
Jadi emang belum rejekinya untuk ke Banda Aceh mbak. Ketika aku datang, masih ada renovasi di beberapa bagian. Kemudian ketika aku mau pulang, renovasi sudah kelar.
Semoga bisa ke banda aceh dan beribadah di masjid baiturrahman mbak 🙂

Reply
Tuty Prihartiny June 21, 2020 - 2:10 pm

Ah, jadi kangen ke Aceh lagi, terutama ke Masjid Baiturrahman. Saat itu saya hanya bisa mengagumi masjid tsb dari luar. Tidak bisa masuk, karena penjaga mengira saya non muslim. Walaupun saya sudah jelaskan dan saya juga menggunakan pakaian muslimah.

Reply
Rivai Hidayat June 22, 2020 - 1:11 am

Semoga bisa balik ke aceh lagi mbak dan dapat kesempatan beribadah di masjid baiturrahman.

Reply
Suci Margi Pangesti June 21, 2020 - 5:38 pm

Jadi pengen maen ke Aceh. Mumpung dari Medan ga terlalu jauh. Trus kebetulan punya temen yang lagi penempatan kerjanya disana. Semoga nanti dpt ijin mbolang ke Aceh mengunjungi masjid Baiturrahman ini

Reply
Rivai Hidayat June 22, 2020 - 1:16 am

Kalau dari medan bisa langsung naik bus simpati star. Bisnya bagus dan kenceng. Mereka penguasa jalanan medan-banda aceh. 😀
Semoga bisa ke Banda aceh dalam waktu dekat kak 🙂

Reply
Suci Margi Pangesti June 22, 2020 - 10:53 am

Note…bisa naik bus juga yah…semoga segera dibolehin mbolang sendiri
Tararengkyuuuh, MasVay

Reply
Rivai Hidayat June 22, 2020 - 1:23 pm

lebih murah kalau dari medan 😀

Reply
Yulia Gumay June 22, 2020 - 10:13 am

Udah dari duluuuuuuu banget pengen ke Aceh, tapi sampai skrg belum terealisasi juga. Belum berani Solo Traveling sih. Ngajakin temen tapi ngga pernah dapet jadwal yang pas. Hufffft.

Reply
Rivai Hidayat June 22, 2020 - 1:23 pm

Semoga bisa segera ke aceh mbak 😀

Reply
Nani Kurniasari June 22, 2020 - 10:16 am

cantikk banget mesjidnya….masyaAllah….
pengen juga jelajah aceh…makasih sharingnya masvay

Reply