Lawatan ke Tebing Tinggi

by Rivai Hidayat

Aku pernah melakukan perjalanan jauh menggunakan pesawat ketika kasus penularan virus korona sedang tinggi-tingginya. Sebetulnya aku bimbang ketika akan melakukan perjalanan ini. Aku tidak ingin melakukan perjalanan ini. Namun, aku tidak punya pilihan untuk tidak berangkat. Aku harus menemani ibuku dalam perjalanan acara pernikahan kakakku di Kota Tebing Tinggi di Sumatera Utara. 

Satu minggu yang lalu ibuku telah menerima vaksin dosis kedua. Sedangkan aku baru menerima vaksin dosis pertama. Selain tes usap PCR, vaksin–minimal dosis pertama–menjadi salah satu persyaratan dalam perjalanan menggunakan pesawat. Dua hari menjelang keberangkatan aku melakukan tes usap PCR di sebuah rumah sakit yang ada di Kota Semarang. Saat itu biaya tes usap PCR seharga Rp800.000/orang. Harga sudah turun dibandingkan beberapa bulan yang lalu yang harganya di atas Rp1.000.000/orang. Hasil tes kami menunjukkan negatif atau tidak terdeteksi virus. Kami siap melakukan perjalanan pada esok hari.

Pada pukul 07.15 ruang tunggu di Bandara Ahmad Yani, Semarang masih terlihat lengang. Hanya ada sekitar 10 orang penumpang. Proses pemeriksaan tiket dan surat keterangan hasil usap PCR juga berjalan dengan lancar. Jadwal penerbanganku pukul 09.15 atau molor satu jam dari jadwal sebelumnya. Selama penerbangan cuaca terlihat sangat cerah. Beberapa kali ibuku menurunkan penutup jendela agar tidak terlalu silau.

Penerbangan Semarang-Jakarta

Penerbangan dari Semarang menuju Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta menghabiskan waktu selama 1 jam. Pukul 10.20, pesawat berhasil mendarat di landasan bandara dan melaju pelan menuju Terminal 3. Turunlah kami menuju bagian pengambilan bagasi untuk mengambil koper. Hari itu kami hanya membawa satu koper, satu ransel milikku, dan satu tas jinjing yang dibawa ibuku. Permasalahan selanjutnya adalah berjalan menuju pintu keluar.
Baca Juga: Bersepeda ke Stasiun Tanggung

Bagi sebagian besar penumpang, baik perjalanan menuju ruang tunggu atau keluar menuju pintu keluar bandara di Terminal 3 itu sangat melelahkan. Jaraknya terlalu jauh untuk berjalan kaki. Model bangunan Terminal 3 memang berbeda dengan Terminal 2. Terminal 3 memang dikenal memiliki desain bangunan yang mewah dan luas, tetapi efektivitas alur pergerakan penumpang sangat buruk. Penumpang diharuskan berjalan lebih jauh. Terdapat sebuah travelator, tetapi kurang efisien bagi kami yang sedang terburu-buru.

Kami mesti bergegas menuju Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta karena ada penerbangan lanjutan menuju Bandara Kualanamu di Deli Serdang. Aku mencoba berjalan lebih cepat, tetapi ibuku selalu saja ketinggalan. Akhirnya aku menyesuaikan dengan langkah kaki ibuku. Adikku sudah menunggu kami di luar pintu kedatangan.

Meninggalkan Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta

Di saat pandemi saat itu, Kereta Kalayang (Skytrain) tidak dioperasikan. Penumpang yang ingin pindah terminal bisa menggunakan bus yang disediakan oleh pihak bandara. Setelah menunggu selama lima menit bus akhirnya tiba. Waktu menunjukkan pukul 11.30 ketika kami tiba di pintu Terminal 2. Segala pengecekan, mulai dari tiket, barang bawaan, hingga hasil tes PCR berjalan lancar. Di ruang tunggu aku berjumpa dengan adikku yang bungsu. Jadi aku, ibuku, dan kedua adikku akan melawat ke Kota Tebing Tinggi dalam rangka pernikahan kakakku yang juga merupakan anak sulung dalam keluargaku.

Perjalanan ke Kota Tebing Tinggi merupakan pengalaman ketiga ibuku melakukan perjalanan menggunakan pesawat. Pengalaman pertama yaitu penerbangan rute Jakarta-Semarang. Sedangkan pengalaman kedua ketika melaksanakan umrah pada bulan Januari 2020 lalu. Pengalaman pertama menjadi tahap perkenalan sebelum berangkat umrah. Tujuannya agar beliau tidak kaget dengan kondisi penerbangan ketika dalam perjalanan berangkat umrah.

Tebing Tinggi
Bandara Kualanamu, Deli Serdang

“Guncangan terasa ya, beda dengan pesawat yang ketika umrah kemarin,” kata ibuku ketika merasakan guncangan kecil. Aku tertawa kecil dan bilang bahwa tipe pesawat yang digunakan untuk umrah dan perjalanan siang ini berbeda. Pesawat untuk umrah memiliki kapasitas yang lebih banyak, badan pesawat yang lebih besar, dan akhirnya memberikan kenyamanan lebih baik untuk penumpang. “Kalau perjalanan umrah menggunakan tipe pesawat seperti yang kita tumpangi sekarang, perjalanan bakal lebih lama dan pasti kurang nyaman selama perjalanan,” ujarku kepada ibuku yang sedang mengunyah makanan yang disediakan maskapai.
Baca Juga: Pulang Ke Pulau Jawa

Suara pilot yang berasal dari pengeras suara menginstruksikan untuk memakai sabuk pengaman dan persiapan untuk pendaratan di Bandara Kualanamu yang berada di Kabupaten Deli Serdang. Pramugari hilir mudik memastikan meja lipat tertutup, sandaran kursi kembali ke posisi semula, dan penutup jendela yang terbuka. Itu sudah jadi bagian standar operasional prosedur ketika pesawat akan lepas landas dan mendarat.

Tebing Tinggi
Salah satu sudut Kota Tebing Tinggi

Setelah menempuh perjalanan sekitar dua jam, akhirnya pesawat bisa mendarat di Bandara Kualanamu. Perjalanan menuju tempat pengambilan bagasi tidak sejauh dibandingkan Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta. Siang itu Bandara Kualanamu terlihat tidak ramai. Mungkin dampak dari pandemi dan kasus penularan yang sedang mengalami peningkatan. Tidak jauh dari terminal kedatangan terdapat Stasiun Bandara Kualanamu. Stasiun ini menyediakan kereta dengan tujuan ke Kota Medan. Selain itu, ada beberapa bus dengan jurusan ke beberapa kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Kami sudah ditunggu oleh kakakku dan calon adik iparnya di area parkir mobil.

Perjalanan menuju Kota Tebing Tinggi akan lewat jalan tol yang terhubung dengan bandara. Berbeda dengan jalan tol yang ada di Pulau Jawa yang dengan didominasi dengan pemandangan persawahan, perkebunan, pegunungan, dan pemukiman warga. Sepanjang jauh memandang, pemandangan didominasi dengan area perkebunan kelapa sawit. Pemandangan seperti inilah yang mewarnai perjalananku menuju Kota Tebing Tinggi selama dua jam perjalanan. Pemandangan ini sangat membosankan dan aku merasa perjalanan melalui jalan tol ini telah menghilangkan sedikit rasa dalam perjalanan ini.

Cerita dari Tebing Tinggi
Agustus 2021

You may also like

14 comments

Heni January 22, 2023 - 5:47 am

Alhamdullilah untuk melakukan perjalanan sekarang udah gak terlalu ribet lagi,ya kemarin maklum lah krna covid lagi naik”nya,walaupun sudah booster ttp aja kita sendiri yg harus paham dan peduli dngn keadaan sendiri..jgn sampe kecolongan…jalan tol ke Jawa memang ga ngebosenin karena masih bisa menikmati hamparan sawah dan pegunungan

Reply
Rivai Hidayat January 24, 2023 - 12:56 am

Sekarang syarat perjalanan sudah dipermudah. Bahkan aturan PPKM telah dicabut. Semuanya berjalan menuju kehidupan yang normal sebelum adanya pandemi.
Pemandangan tol di Jawa sangat beraneka macam. Bahkan ada perencanaan pembuatan terowongan untuk beberapa ruas tol di jawa. Tapi ini masih dalam tahap perencanaan.

Reply
rezkyra January 22, 2023 - 2:37 pm

akhirnya sekarang udah back to normal, dalam proses normal ya, semoga cepet normal dan sekarang mulai banyak jalan2nya kita karena dua tahun di rumah terus hehe

Reply
Rivai Hidayat January 24, 2023 - 12:48 am

Sekarang perjalanan sudah lebih mudah mas. syarat tes pcr sudah dihapus. Sedangkan kereta masih menerapkan syarat booster vaksin sebagai syarat perjalanan mereka.

Reply
rezkyra January 25, 2023 - 1:56 pm

ternyata pesawat lebih santuy ya, ini kalau kereta kudu booster,wajib malah

Reply
Rivai Hidayat January 26, 2023 - 4:23 am

Bener banget mas, naik kereta mesti wajib vaksin booster dulu

Reply
fanny_dcatqueen January 22, 2023 - 5:01 pm

Aku Bbrp kali ke tebing, Krn tiap kali ke Sibolga, pasti lewat sana . Ada makanan India yg terkenal bangr di tebing mas, aku biasanya selalu mampir.
Tapi memang Yaa goncangan pesawat klonidh melewati Palembang, jambi, itu berasa bangettttt. Kemarin aja dari Doha ke Jkt, kami pake Qatar airways yg bodynya lebih gede, ttp aja goyaaang di sepanjang Palembang sampe Cengkareng . Baru kali itu aku agak takut. Apalagi pramugari sampe disuruh duduk Ama pilot nya. Jadi makan malam kami yg trakhir telat dihidangin.
Awalnya aku penasaran ini udh di mana kok ya goyang banget. Pas liat monitor ternyata di atas negeri sendiri
Apalagi naik pesawat yg ga terlalu gede, makinlah berasa

Reply
Rivai Hidayat January 24, 2023 - 1:14 am

Nama tempatnya apa mbak fanny? mungkin suatu saat kembali ke sana bisa mampir 😀
Jalur sumatera sepertinya memang rawan guncangan di udara yaa mbak. Dulu pas ke Aceh juga berasa banget guncangannya.
Aku pernah naik pesawat baling-baling. Pas di atas berasa guncangannya, kemudian pas mendarat juga berasa. Pengalaman seru dan menegangkan sih.

Reply
Nursini Rais January 23, 2023 - 7:56 pm

Awal 2022 saya ikut anak ke Medan, naik mobil. Zaman itu, Tebing Tinggi adalah batas akhir jalan tol dari Medan menuju Jambi. Mungkin sekarang jalur tol tsb udah ada penambahan.

Reply
Rivai Hidayat January 24, 2023 - 12:43 am

ketika ke sana jalan tol di tebing tinggi masih dibangun. Jadi kami keluar tol sebelum memasuki kota. Mungkin sekarang sudah tersambung melewati kota tebing tinggi.

Reply
Nasirullah Sitam January 24, 2023 - 5:15 am

Aku belum pernah ke sini, kadang kepikiran cerita ya kawan-kawan cerita transportasi dari kota ke Kualanamu. Hehehehe

Reply
Rivai Hidayat January 26, 2023 - 4:24 am

Meskipun bandara kualanamu jauh dari meda, tersedia banyak pilihan transportasi ke medan

Reply
ainun January 29, 2023 - 2:48 pm

jadi selama 2 jam yang diliati perkebunan kelapa sawit aja ya, ehmm pasti bosan nih mas Vay
duluu pas ngelewati tol di Indo, pas tau ada rumah beberapa dari kejauhan, aku sampe mikir “kok bisa ada rumah di deket jalan tol”, ehhh ternyata hal ini udah biasa, setelah sekarang dibangun banyak jalan tol

kalau baca kata Tebing Tinggi, langsung keinget sama mbak Fanny :D. Jadi penasaran pengen merasakan langsung atmosfernya

Reply
Rivai Hidayat February 1, 2023 - 4:37 am

Sekarang banyak pemukiman baru yang berada di sekitar pintu keluar tol. Harga tanah dan bangunannya jadi lebih mahal
Mbak fany kalau balik ke sibolga selalu melewati tebing tinggi

Reply

Leave a Comment