Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the soledad domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/masvayco/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114
Kutacane Dan Perjalanan Yang Singkat (Bagian 2- Habis) - Rivai Hidayat

Kutacane Dan Perjalanan Yang Singkat (Bagian 2- Habis)

by Rivai Hidayat
Masjid Raya At Taqwa Kutacane

Kutacane pagi itu sangat dingin dengan suhu di angka 20o. Di depan penginapan ada ibu-ibu yang menjajakan makanan untuk sarapan. Selama dua hari di Kutacane, aku selalu sarapan di tempat ini. Menunya juga beraneka macam. Seperti nasi uduk, dan lontong sayur. Beliau bercerita berasal Medan. Namun, kedua orang tuanya berasal dari Pulau Jawa. Dahulu mereka dan beberapa warga kampungnya ikut program transmigrasi yang diselenggarakan oleh pemerintah. Karena program transmigrasi ini, banyak orang Jawa pindah ke Pulau Sumatera. Dari program ini akhirnya muncul sebutan Pujakesuma (Putra Jawa Kelahiran Sumatera).

Baca dulu: Kutacane dan Perjalan Yang Singkat (Bagian 1)
 

Meskipun hari beranjak siang, suasana Kutacane masih terasa sangat sejuk. Matahari tidak bersinar dengan terik. Terlihat anak-anak sekolah yang telah selesai jam sekolahnya sedang menunggu angkot di tepi jalan. Angkot di sini memiliki pintu belakang sebagai tempat naik penumpang dan tidak dilengkapi  jendela kaca pada barisan kursi penumpang. Meskipun angkot sudah penuh dengan penumpang, banyak penumpang yang terdiri dari anak sekolah ini naik di atap angkot. Selama perjalanan, penumpang ini akan berada di atap angkot. Tidak ada ekspresi ketakutan, yang ada hanyalah ekspresi keseruan dan bercanda selama perjalanan. Bagi mereka ini hal yang seru, aku yang melihatnya merasa cukup ngeri.

 
Angkot Kutacane

Angkot di kutacane

 

Setelah pekerjaan selesai, aku menunggu tim lainnya di dekat Masjid At Taqwa. Hari ini merupakan hari terakhir di Kutacane. Kami mesti melanjutkan perjalanan menuju ke Gayo Lues dan selanjutnya ke Takengon. Sambil menunggu yang lain, aku menyempatkan diri untuk jalan-jalan di sekitar masjid. Masjid At Taqwa merupakan masjid terbesar di Kutacane. Masjid ini menjadi salah satu destinasi wisata yang ada di Kutacane. Aku takjub karena masjid At Taqwa ini sangat megah. Hal itu bisa dilihat dengan adanya empat menara dengan lima kubah utama yang berwarna emas. Selain itu, paduan warna abu-abu, hitam, putih, dan emas memberikan kesan elegan pada masjid ini. Masjid At Taqwa memiliki halaman yang luas dan biasa digunakan oleh anak-anak untuk bermain.
Baca Juga: Ereveld Kalibanteng, Makam Kehormatan Korban Perang Dunia II

 

Berada di Kutacane dalam waktu yang singkat dan agenda kerja memang bukanlah pilihan yang tepat.  Kutacane merupakan kota kecil yang tenang dan menawarkan banyak pertualangan. Antara lain adalah berkunjung ke Stasiun Penelitian Ketambe. Letaknya sekitar 33km dari Kutacane. Didirikan pada tahun 1971 oleh peneliti kebangsaan Belanda, Herman D. Rijksen. Stasiun Penelitian Ketambe merupakan stasiun penelitian tertua yang ada di Indonesia. Tidak hanya orangutan, stasiun penelitian ini juga melakukan penelitian terhadap primata lainnya. Di Ketambe, banyak pelaku wisata menawarkan paket menyusuri hutan untuk melihat orangutan. Ini sangat cocok bagi mereka yang menyukai pertualangan trekking di hutan dan melihat orangutan di habitat aslinya.
Baca Juga: Sepotong Cerita dari Katingan

 

Bagi suka olahraga air, mungkin bisa mencoba untuk arung jeram di Sungai Alas. Sungai Alas merupakan sungai terpanjang di Provinsi Aceh dengan panjang 32km. Sungai ini memiliki arus yang deras, berkelok-kelok, dan jeram-jeram yang menantang untuk menguji adrenalin. Diperlukan waktu sekitar 6 jam untuk menyusuri Sungai Alas. Oleh sebab itu, arung jeram dibagi menjadi dua rute. Yaitu rute Muara Situlan di Kutacane menuju Kota Gelombang, dan rute yang dimulai dari Angusan dekat Blangkejeran, Gayo Lues. Sepanjang perjalanan aku bisa melihat derasnya arus Sungai Alas. Tentu saja sungai ini sangat terjaga kebersihan dan keasriannya.

 

Berada di Kutacane dangan waktu yang lama dan suka mendaki gunung, tentu mendaki Gunung Leuser menjadi pilihan yang menarik. Gunung Leuser memiliki ketinggian 3404 mdpl yang merupakan jalur terpanjang pendakian gunung di Indonesia. Lama pendakian Gunung Leuser biasanya mencapai 16 hari dengan kondisi 90% hutan alami. Itu sudah termasuk perjalanan naik dan turun dari puncak. Perjalanan dari Kutacane menuju Desa Kedah di Gayo Lues membutuhkan waktu sekitar 3 jam perjalanan. Pendakian Gunung Leuser diharuskan menggunakan pemandu. Siapa saja yang berniat mendaki gunung ini, harus memiliki kondisi fisik, dan mental yang prima, serta sudah pernah beberapa kali naik gunung. Mendaki Gunung Leuser merupakan perjalanan yang panjang dan medan yang berat.

 

Novel Love of Letter and Leuser karya Nonier mampu menarikku untuk mengingat perjalananku di Aceh, khususnya di Kutacane. Meskipun singkat, perjalananku di Kutacane sangat berkesan bagiku. Setiap ditanya kota yang berkesan selama perjalanan ke Aceh, aku akan memasukkan nama Kutacane sebagai salah satu jawabanku. Bagi penyuka sebuah pertualang, Kota Kutacane perlu dimasukkan dalam daftar kota yang mesti dikunjungi.

You may also like

24 comments

morishige April 26, 2020 - 4:34 pm

Kayaknya saya bakal betah lama-lama di Kutacane, Masvay. Arung jeram dan trekkingnya menggoda banget. Nggak ngapa-ngapain juga kayaknya enak banget. Detoks teknologi, memperbaiki pola tidur, bangun pagi-pagi terus ngopi dan baca buku. 🙂

Reply
Rivai Hidayat April 27, 2020 - 2:54 pm

aku merasa pengen balik ke kutacane. Lebih lama berada di sana agar bisa menikmati suasanannya. semoga bisa balik lagi ke sana.
kamu mesti ke kutacane, kemudian lanjut ke gayo lues dan takengon mas. Kopi di ketiga daerah tersebut enak mas. Kamu mesti coba 😀

Reply
Nasirullah Sitam April 27, 2020 - 11:34 am

Jadi ingat waktu masih kecil, naik mobil di atas begitu sambil ketawa-ketawa. Dulu gak ada talutnya, dan sekarang gak bakalan mau lagi hahahahhaha. Menunggu cerita pendalian di episode selanjutnya

Reply
Rivai Hidayat April 27, 2020 - 2:57 pm

Rasanya kita lebih berani ketika masih kecil. Buktinya kita berani naik di atas mobil. Kalau sekarang yaa mungkin ga berani mas. Hahahha
Aaah, tidak ada cerita pendakian mas. aku cuma memandangi gunung leuser selama perjalanan 🙂

Reply
febridwicahya April 28, 2020 - 5:12 pm

Baru tau gunung lauser mendakinya butuh waktu 16 hari… buset, walaupun sudah naik turun, tapi tetep aja lama. Palagi newbie kayak saya, bisa jadi berangkat puasa awal, pulang-pulang lebaran.

Reply
Rivai Hidayat April 29, 2020 - 3:59 am

Gunung dengan rute terpanjang di indonesia mas. Melewati beebrapa puncak sebelum tiba di puncak sesungguhnya.
Beberapa jalur ditelusuri agar perjalanan menjadi lebih singkat mas. Bahkan ada yang bisa melakukan pendakian selama 12-14 hari.
Menjalankan puasa dari gunung 😀

Reply
Deny Oey April 29, 2020 - 5:42 am

Pengen ke Gunung Leuser, tapi sanggup gak ya 2 minggu di hutan dan gunung. Hehehhe
Salah satu wishlist para pendaki selain Gunung Carstensz yg 22nya sama-sama sulit. Yang satu sulit di waktu, satunya lagi sulit di duit.. wkwkkw

Reply
Rivai Hidayat May 1, 2020 - 8:09 am

Yaa kalau sudah niat biasanya sanggup mas. Yang penting yakin dan persiapan yang matang mas 😀

Naik cartenz emang ga murah yaa mas 😀

Reply
CREAMENO April 29, 2020 - 1:49 pm

Mas ke Kutacane bulan apa? Enak banget suhunya cuma 20 derajat :))

By the way anak-anak kecil itu berani banget, tapi nggak heran sih soalnya dulu waktu sering naik angkot juga pernah lihat beberapa kali anak-anak sekolah sampai gelayutan di pintu dan naik-naik ke atas angkotnya :\ mungkin mereka merasa punya nyawa sepuluh kali ya ~ heehe.

Reply
Rivai Hidayat May 1, 2020 - 8:08 am

Ke kutacane sekitar bulan agustus. Musim kemarau biasanya malah lebih dingin.

Ketika kita kecil, biasanya kita malah lebih berani melakukan hal-hal yang dianggap berbahaya oleh orang dewasa. Termasuk naik di atap mobil. Padahal kita lihatnya cukup mengerikan. Tapi mereka tetap berani 😀

Reply
Rudi Chandra May 1, 2020 - 11:21 am

Sepertinya Kutacane ini menarik juga, terutama wisata alam dan kegiatan olahraga outdoor kayak mendaki dan arum jeram ya Mas.

Btw, ternyata nggak di Berastagi doang yang penumpangnya naik sampe ke atap angkot dan minibus, di Kotacane juga begitu.
Saya pun ngeri liat penumpang yang kayak gitu Mas, apalagi jalanannya berkelok-kelok. Serem..

Reply
Rivai Hidayat May 7, 2020 - 3:42 am

sangat menarik mas. Kalau suka dengan kegiatan alam, tidak ada salahnya untuk berkunjung ke kutacane mas 😀
aku yang lihat langsung juga merasa ngeri mas. Sedangkan mereka tida kmerasa takut

Reply
Himawan Sant May 1, 2020 - 1:55 pm

Waduh, lihat foto anak-anak pada berani naik di kap mobil jadi was-was kalau sampai terjatuh dan celaka bagaimana itu, ya ?.

Reply
Rivai Hidayat May 5, 2020 - 1:29 am

Aku rasa mereka tetap baik-baik saja mas. Mungkin karena sudah berpengalaman 😀

Reply
Ina May 8, 2020 - 9:30 pm

Seru banget ya naik di atas mobil gitu, suatu hal yang nggak pernah terjadi di Semarang liatnya sambil deg-degan tapi.

Nyobain arung jeram mas? Huhu aku kangen air.
Semoga segera kelar biar bisa main air lagi

Reply
Rivai Hidayat May 9, 2020 - 4:13 am

kalau di semarang mungkin sudah ga ada. Lagian model angkot yang digunakan sudah beda bentuknya.
Belum nyobain. Tapi lihat aliran sungai alas sudah merasa segar banget. Arus sungainya memang sangat deras. Apalagi udara di sana juga cukup dingin. Jadi segar kalau main air di sana 😀

Reply
Ina May 23, 2020 - 1:52 am

Yaudah setelah semua ini kelar, kita main air ya!

Reply
Rivai Hidayat May 25, 2020 - 10:54 am

ayooo

Reply
Fanny_dcatqueen May 9, 2020 - 4:41 pm

Anak2 naik di atas sudako (nama angkot di Aceh) itu EMG udh biasa :p. Aku ga prnh ngerasain (bisa dihukum Ama mama kalo ketahuan :p), tp temen2 yg cowo banyak seperti itu. Alasan mereka adem kena angin hahahaha. Kangen banget masa2 sekolah di Aceh dulu 🙂

Duuuh Kutacane bisa sesejuk itu suhunya yaaa. Beda amat Ama Lhokseumawe yg Krn Deket laut panasnya udh kayak oven hahahaha. Pantesan temen2ku yg dr Kutacane banyak yg putih2 kulitnya :). Aku mah kalo bisa milih, lebih suka tinggal di tempat sejuk drpd panas :p. . Masih berharap suatu saat bisa mengunjungi kota ini

Reply
Rivai Hidayat May 25, 2020 - 10:59 am

ouw, namanya sudako yaa. Aku baru tahu,makasih infonya mbak. Jaman sekolah dulu aku malah gandulan di pintu bus kota. Emang bus pas itu penuh, kalau ga naik pasti terlambat ke sekolah. Akhirnya gandulan di pintu bus. Berasa jadi kernet bus. hahahhaa

Aah, bisa dibilang lhokseumawe salah satu yang terpanas mbak. Jalan bentar dari kota sudah bisa sampai pantai. hahahhaaa
Kutacane, tekengon, gayo lues, dan daerah tangse adalah pilihan tepat untuk menikmati dingin di aceh mbak 😀

Reply
piananas July 3, 2020 - 2:46 pm

Kutacane emang sejuk banget!

Pas masih kecil ngiranya ini bagian dari Sumatera Utara Orang-orangnya pun banyak yang suku Karo. Kalau soal durian sih udah pasti kalah lah ya dibandingin durian di Jawa

Reply
Rivai Hidayat July 7, 2020 - 3:45 pm

Aksesnya ke kutacane emang lebih dekat dari sumut, dibandingkan dari banda aceh. Jadi banyak suku karo yang merantau ke kutacane.

Kalau aku lebih suka duriannya sumatera 😀

Reply
ainun September 5, 2020 - 6:24 am

Kutacane bisa dibilang kota yang tenang ya, sepertinya daerahnya dikelilingi pegunungan dan perbukitan ya
adem banget liatnya
masjidnya megah banget, untuk ukuran kota Kutacane sudah tergolong wah juga ini

Reply
Rivai Hidayat September 5, 2020 - 6:37 am

Sangat tenang. Letaknya dibawah gunung Leuser dan hutannya masih sangat terjaga.
Rata-rata masjid di kota/kabupaten yang ada di aceh itu sangat megah dan cantik. Jadi bakal nyaman ketika beribadah di sana.

Reply

Leave a Comment