Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the soledad domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/masvayco/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114
Kembali ke Kota Jogja - Rivai Hidayat

Kembali ke Kota Jogja

by Rivai Hidayat

Menjelang malam kami sudah tiba area Glamping Songgo Langit yang berada di daerah Mangunan, Kabupaten Bantul. Lokasinya tidak jauh dari Kebun Buah Mangunan atau sekitar 24 km sebelah selatan dari Tugu Pal Putih, Kota Jogja. Bagi wisatawan, Kebun Buah Mangunan sangat terkenal dengan suasana pagi dan pemandangan awannya. Kami mesti berhati-hati karena tidak ada lampu penerangan di sepanjang jalan menuju dom tempat kami menginap. Jalanan gelap dan suara hewan malam menemani perjalanan kami. Suasananya sangat tenang. Namun, kami tiba di sini hari sudah gelap. Seharusnya kami tiba di sini sore hari dan memiliki waktu untuk mengenal tempat ini.

Setelah makan malam, kami berkumpul di balkon belakang dom yang aku tempati. Kebetulan balkon dom kami lebih luas dibandingkan dom lainnya. Kami melewati malam dengan berbagai obrolan santai. Terkadang kami melempar bahan bercanda, dan yang lain ikut menimpalinya. Makanan ringan, kopi, dan teh menemani kami di malam itu. Suara hewan malam, gesekan daun pohon pinus, dan sejuknya malam menambah kebersamaan kami. Tidak terasa waktu telah menunjukkan pukul 01.00. Sebaiknya kami istirahat agar nanti pagi kami mesti ke Kebun Buah Mangunan.

Glamping Songgo Langit

Kawasan Mangunan memang dikenal dengan hutan pinusnya. Sepanjang jalan akan disuguhi pemandangan hutan pinus yang tumbuh menjulang tinggi. Beberapa area dibuka untuk wahana permainan dan area berkemah. Tidak hanya itu, hutan pinus Mangunan juga pernah digunakan sebagai tempat konser musik dan pertunjukan lainnya. Aku begitu menikmati suasana hutan pinus Mangunan. Mirip seperti tahun 2016 silam, ketika roda motorku melibas aspal jalanan ini. Hawa sejuk dan hembusan angin yang tak segan-segan menampar wajahku di pagi itu.
Baca Juga: Berkunjung ke Desa Wisata Putat

Dalam perjalanan ke Kota Jogja, kami singgah terlebih terlebih dahulu di objek wisata Little Tokyo atau yang biasa dikenal dengan Litto. Lokasinya berada di Dlingo, Kabupaten Bantul. Tempat ini memiliki konsep berupa resort dan resto yang menyuguhkan suasana seperti di Jepang. Konsep ini dipilih karena pengalaman berkesan pemiliknya ketika pergi ke Jepang.

Gerbang Little Tokyo

Saat itu dia kehilangan dompetnya ketika berada di Jepang. Beliau sudah mengikhlaskannya dan memilih pulang ke Indonesia. Namun selang beberapa waktu kemudian, dompet itu berhasil kembali ke pemiliknya. Semua isinya lengkap. Tidak ada kerusakan dan kekurangan apapun. Konsep suasana Jepang dipakai sebagai bentuk kekaguman beliau atas budaya yang ada di Jepang, sekaligus mengobati rindunya dengan suasana Negeri Sakura tersebut.

Little Yokyo (Litto)
Little Tokyo

Kami datang ketika tempat ini baru buka. Belum ada pengunjung yang datang. Sepertinya rombongan kami adalah yang pertama. Selain resort dan restoran, Litto juga menyediakan jasa untuk kostum yukata. Pakaian khas dari Negeri Sakura. Aku memilih duduk di sebuah meja pandang. Berada di area perbukitan membuat kami memiliki kesempatan untuk menikmati pemandangan area Kota Jogja yang berada area barat.

Perjalanan berlanjut dan Pak Bayu mulai menyambung lagi ceritanya yang terputus tadi. Pak Bayu bercerita tentang jalan turunan yang ada di Imogiri. Beberapa waktu lalu terjadi kecelakaan bus di jalan ini dan beberapa orang menjadi korban meninggal dunia. Kami disarankan untuk berhati-hati jika melewati jalan ini. Di kejauhan terlihat sebuah bangunan mewah yang berwarna putih. Letaknya berada di atas sebuah perbukitan dengan ratusan anak tangga untuk menuju bangunana utama. Bangunan tersebut adalah Makam Raja-Raja Mataram.

kota jogja
Jalan Wijilan

Kondisi jalan mulai ramai ketika kami memasuki area Kota Jogja. Banyaknya kendaraan dan jalan yang sempit ini membuat mobil melaju dengan pelan. Kami akan menuju Jalan Wijilan untuk makan nasi gudeg jogja. Makanan yang menjadi ciri khas Kota Jogja. Aku suka dengan nasi gudeg. Namun, beberapa nasi gudeg yang aku temui rasanya manis. Rasa makanan yang biasa ditemui di daerah Jogja dan Jawa Tengah. Akhirnya aku menambahkan beberapa sendok sambal untuk memberikan rasa pedas.

Kota jogja
Jalan Malioboro

Rasanya sudah lama sekali aku tak menginjakkan kaki di Jalan Malioboro. Mungkin beberapa tahun yang lalu. Bahkan ini pertama kalinya sejak trotoar diperbaiki dan dipindahkan ke Teras Malioboro. Para pedagang ini memang ikon dari Jalan Malioboro. Aku berjalan kaki dari ujung Terasa Malioboro 1 menuju Benteng Vredeburg yang berada di seberang Gedung Agung. Dekat dengan kantor pos dan Titik Nol Kilometer Kota Jogja.
Baca Juga: Jip Wisata di Tebing Breksi

kota jogja
Andong di Jalan Malioboro

Berjalan kaki di Malioboro itu selalu berhasil memberikan kesan tersendiri bagiku. Banyak momen yang bisa aku lihat siang itu. Seperti para kusir andong yang sedang menunggu para wisatawan, para tukang becak yang berjajar rapi menunggu penumpang, Pasar Beringharjo yang selalu ramai dengan para pembelinya, para petugas keamanan yang terus bersiaga, pedagang yang menjajakan barang jualannya, dan wisatawan yang memilih bersantai di bawah pohon rindang dan bangku-bangku yang tersedia di beberapa sudut Jalan Malioboro. Mereka dengan segala aktivitasnya telah berhasil menghidupkan dan jadi bagian dari Jalan Malioboro yang tidak bisa terpisahkan.

kota jogja
Pasar Beringharjo

Gapura megah Benteng Vredeburg menyambut kedatangan kami. Benteng ini telah difungsikan sebagai museum perjuangan nasional. Banyak peristiwa penting yang dikisahkan dalam bentuk diorama. Seperti diorama peristiwa Agresi Militer Belanda II (19 Desember 1948), pelantikan Jenderal Soedirman sebagai Panglima TKR (sekarang TNI) di Gedung Agung oleh Presiden Soekarno, dan peristiwa KH. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912.

kota jogja
Jenderal Besar Soedirman dan Jenderal Oerip Sumoharjo
kota jogja
Museum Benteng Vredeburg

Di bagian halaman Museum Benteng Vredeburg terdapat patung Jenderal Besar Soedirman selaku Panglima TKR dan Jenderal Oerip Sumoharjo sebagai Kepala Staf TKR yang pertama. Selain itu juga terdapat sebuah replika Tugu Pal Putih Jogja yang menjadi salah satu ikon penting di Kota Jogja. Selama di museum ini aku melihat banyak anak muda yang berkunjung ke Museum Benteng Vredeburg. Tentu saja itu, sudah seharusnya anak muda berkunjung ke museum-museum seperti ini. Anak muda harus tahu tentang sejarah dan tidak lupa akan perjalanan panjang negara ini. Seperti kata Bung Karno, “Jangan sekali-kali melupakan sejarah.”

Cerita dari kegiatan Java Promo 2022
Bantul-Sleman-Gunungkidul-Jogja
Kota Jogja
2-3 November 2022

You may also like

14 comments

Heni December 14, 2022 - 10:44 am

Terakhir ke Jogya wktu akhir Agustus kemaren,gak lama di sana hanya tiga hari aja,jadinya uplek”di kotanya nyicipin kulineran Malioboro malam hari,sempet jg belanja di pasar Beringharjo,eh smpet juga sih nyobain makan di kopi Klotok nya yg di kampung apa gtu..maknyus..pingin kembali ke sana krna emng jogya ngangenin

Reply
Rivai Hidayat December 16, 2022 - 12:32 pm

Tiga hari lumayanlah untuk eksplore jogja. Apalagi bisa ke kopi klotok yang antrinya cukup lama dan selalu ramai. Kabupaten sekitar kota jogja juga layak untuk dikunjungi. Banyak destinasi wisata yang bisa dikunjungi

Reply
fanny_dcatqueen December 14, 2022 - 3:55 pm

Kalo ke Jogja lagi aku mau ke little Tokyo deh. Malah baru tahu tempat ini mas. Buatku, Jepang itu negara favorit juga. Biasanya aku hanya mau datang 1x ke suatu negara, tapi khusus Jepang, berkali2 pun tetep ga bosen. Saking bagus dan ramahnya orang2 di Sana.

Seruuu ya pas kalian rame2 stay di glamping Mangunan. Aku selalu suka kalo daerah sejuk begitu ❤️. Mana pada nge-grill rame2

Museum di Indonesia itu kebanyakan ga interaktif sih mas. Makanya banyak yg sepi dan orang2 ga tertarik. Yg di Jogja ini aku blm datangin. Tapi kalo ngeliat museum di JKT, kebanyakan infonya dalam tulisan yg dipajang dalam bntuk infografis. Malah kdg tulisan thok . Coba kalo ada audio visualnya, ada video 4D nya, seolah kita bisa masuk ke masa itu terjadi. Interaktif dan menarik jadinya. Museum di Jepang selalu rame dengan anak sekolah, dan turis, ya Krn interaktif. Ga cuma penjelasan bisu dalam tulisan dan diorama. Semoga yg di jogja juga menarik Yaa. Aku mau datangin deh kalo kesana lagi

Reply
Rivai Hidayat December 16, 2022 - 1:09 pm

Di litto juga ada penyewaan yukata mbak fanny. Bisalah dicoba pakai yukata. Kalau mau kesana pas sore saja mbak. Biar ga terlalu panas 😀

Glampingnya seru, hanya saja kita tibanya malam, paginya lsg cabut. Jadi ga banyak waktu untuk eksplore. Jdi kita gatau tentang fasilitas lainnya. Tapi secara keseluruhan tidur di dome tersehut sangat menyenangkan.

Bener banget, di vredeburg hanya ada diorama dan bberala video dokumenter. Makanya sangat dianjurkan pakai pemandu agar cerita yang disajikan lebih lengkap. Kemarin aku di museum samudera raksa, disana ada video tentang perkembangan maritim di indonesia. Video yang disajikan juga bagus dan informatif.

Reply
Peri Kecil Lia December 14, 2022 - 5:30 pm

Woaaa jadi kangen ke Jogjaa 🙁 dulu waktu studytour ke sana, jalanan Malioboro masih belum sebagus yang di foto. Masih banyak pedagang di pinggir trotoar yang katanya harus berani nawar kalau mau harga murah atau harus ngomong bahasa jawa biar dikasih murah wkwkwk. Sekarang para pedagang dipindahkan kemana, Kakk?
Sayangnya waktu ke Jogja nggak sempat coba makanan khas sana soalnya nggak bisa jajan-jajan karena studytour kan hahaha. Jadi cuma bisa bawa pulang bakpia aja, oleh-oleh yang sangat mainstream wkwk. Semoga kapan-kapan bisa kembali ke Jogja lagiii

Reply
Rivai Hidayat December 16, 2022 - 10:17 am

Malioboro sudah banyak berubah kak. Tidak ada PKL di sepanjang trotoar. PKL sudah dipindah ke teras malioboro. Masih di jalan malioboro kok.

Study tour emang begitu, ga bisa kabur seenaknya sendiri. Kapan-kapan kamu mesti coba jalan kaki di trotoar malioboro sampai ujung kantor pos yang merupakan titik nol kilometer. 😀

Reply
Nasirullah Sitam December 15, 2022 - 12:48 am

Terakhir ke sekitaran Mangunan awal tahun 2022, itupun sepedaan. Kalau ke Malioboro seringnya akhir pekan pas pagi. Ngeteh di salah satu angkringan yang sudah jadi langganan teman sepeda. Kalau akhir pekan, jalanan di Jogja jauh lebih padat.

Reply
Rivai Hidayat December 16, 2022 - 10:12 am

Malioboro jalur menyenangkan kalau buat gowes. Jalanan datar tanpa ada hambatan 😀
Kalau sepeda ke mangunan mesti siap tenaga. jalan banyak tanjakan dan turunan 😀

Reply
Zam December 18, 2022 - 7:33 pm

wah, baru tau yang Little Tokyo itu.. Jogja sudah banyak berubah, yaa

Reply
Rivai Hidayat December 21, 2022 - 10:38 am

Jogja sudah banyak berubaha mas. Khususnya dalam pariwisata. Banyak tempat wisata baru. Termasum tempat makan

Reply
ainun December 20, 2022 - 2:48 pm

kayaknya baru beberapa minggu lalu aku terakhir main ke blog mas Vay, lah kok udah banyak muncul post baru hahaha.
berita kecelakaan bis yang di Imogiri aku ngikuti, sedihh

aku belom sempet ke Songgo Langit, temen temen sering ajakin, pengenn sebenere, tapi jauh juga ya, kalau aku solo traveling, terus ngecamp sendirian kayaknya kok kurang seru

Reply
Rivai Hidayat December 21, 2022 - 10:37 am

Kebetulan lagi banyak ide dan bahan. Yaudah akhirnya mulai update lagi..hehhee

Glamping camp lebih seru kalau bareng teman-teman perjalanan. Kalau sendirian kurang seru mbak ainun. Yaa semoga bisa singgah di songgo langit mbak 😀

Reply
Lulu Wulandari December 31, 2022 - 2:02 pm

Liat postingan ini bener-bener jadi bikin kangen jogja.

Reply
Rivai Hidayat January 1, 2023 - 6:23 am

banyak yang bilang kalau jogja itu bikin kangen

Reply

Leave a Comment