Jejak Kaki di Desa Tanjung

Malam pertama di Desa Tanjung aku gunakan untuk mengenal desa ini. Di tengah obrolanku dengan Mas Irfan datanglah seorang laki-laki paruh baya bertubuh gempal melangkah dalam keremangan malam. Terus melangkah tanpa alas kaki menuju rumah Mas Irfan. Laki-laki itu kemudian mengetuk pintu dan mengucapkan salam dan kemudian memasuki rumah Mas Irfan. Suaranya terdengar parau dengan logat melayu yang begitu kental. Sebelum duduk, laki-laki ini terlebih dahulu berjabat tangan denganku. Dengan tenang dan santai orang ini mengenalkan dirinya. Pak Syarifuddin, atau yang biasa disapa dengan Pak Saad.

Pak Saad merupakan seorang kepala dusun di Dusun Tanjung Kapuas Hilir (Dusun Hilir). Tentu saja rumahnya di Dusun Hilir. Jaraknya cukup jauh dari rumah Mas Irfan yang berada di Dusun Hulu. Pak Saad adalah seorang pendatang dan sudah lebih dari 20 tahun tinggal di Desa Tanjung. Beliau menetap di Desa Tanjung mengikuti istrinya yang merupakan warga asli desa ini. Karena sore hari tadi ada kegiatan lain, Pak Saad tidak bisa ikut menjemput kedatangan kami di dermaga.

Sama seperti halnya Pak Saad, Mas Irfan juga merupakan seorang pendatang di desa ini. Bukan dari sekitar Kecamatan Suhaid, tapi pendatang dari Pulau Jawa. Perjalanan merantau Mas Irfan dimulai ketika mengikuti kedua orang tuanya merantau ke Kalimantan. Awalnya Mas Irfan tinggal Desa Semitau. Mas Irfan muda mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Kemudian berpindah ke Desa Tanjung setelah menikah dengan Ibu Martini yang merupakan warga asli Desa Tanjung.

Desa Tanjung merupakan desa yang berada tepat di pesisir Sungai Kapuas. Namanya diambil sesuai dengan bentuk desa ini yang berupa daratan yang menjorok ke lautan (tanjung). Desa ini awalnya merupakan bagian dari Desa Nanga Suhaid. Kemudian desa mengalami pemekaran dan diberi nama Desa Tanjung.
Baca Juga: Berlabuh di Desa Tanjung

Seiring bertambahnya warga desa, akhirnya Desa Tanjung dimekarkan lagi menjadi dua desa, yaitu Desa Tanjung dan Desa Tanjung Harapan. Batas Desa Tanjung Harapan dan Desa Tanjung dipisahkan oleh Sungai Batang Suhaid. Ada sebuah jembatan gantung yang menghubungkan kedua desa ini. Sungai Kapuas dan Sungai Batang Suhaid menjadi dua sungai besar yang menjadi pembatas alam Desa Tanjung.

Desa Tanjung
Jembatan Gantung penghubung Desa Tanjung dengan Desa Tanjung Harapan

Desa Tanjung terdiri dari dua dusun, yaitu Dusun Tanjung Kapuas Hilir (Dusun Hilir) dan Dusun Tanjung Kapuas Hulu (Dusun Hulu). Dusun Hilir memiliki area permukiman yang lebih padat dibandingkan Dusun Hulu. Sedangkan Dusun Hulu memiliki wilayah yang lebih luas dibandingkan Dusun Hilir. Rumah Mas Irfan terletak di Dusun Hulu. Berbatasan langsung dengan Sungai Masigit dan posisi rumah yang langsung menghadap ke Sungai Kapuas. Rumah Mas Irfan jauh dari keramaian dan keriuhan desa.

Jembatan kayu menjadi jalan utama dan dibangun mengelilingi desa dengan Jalan Arwana yang membentang dari Dusun Hilir menuju Dusun Hulu. Pemberian nama jalan ini tidak lepas dari kegiatan budidaya ikan arwana yang dilakukan oleh warga desa. Sebagian besar di rumah warga terdapat beberapa akuarium yang berisi ikan arwana. Baik ikan arwana jenis super red, albino, atau brazil. Ikan arwana jenis super red memang jadi primadona di desa ini. Harga jualnya bisa mencapai harga belasan juta. Harga ikan dipengaruhi pada jenis ikan, kualitas, ukuran, dan keunikan lainnya. Warga desa biasa menyebut ikan arwana dengan sebutan ikan siluk.

Ikan Arwana

Seperti kebanyakan permukiman yang ada di pesisir, seluruh rumah di Desa Tanjung berbentuk rumah panggung. Jaraknya sekitar 20-30 meter dari tepi Sungai Kapuas. Ketika musim hujan, air sungai akan pasang dan meluap hingga area permukiman warga. Luapan air sungai membuat sungai-sungai kecil bisa dilewati oleh perahu warga. Jika cuaca buruk, luapan air akan memasuki rumah warga. Seperti yang terjadi beberapa bulan yang lalu.

Selain tinggal di rumah panggung, beberapa warga juga memilih tinggal di lanting. Lanting merupakan bangunan semi permanen yang berada di tepi aliran sungai. Bangunan ini ditambatkan pada sebuah kayu agar tidak hanyut terbawa arus sungai. Selain sebagai tempat tinggal sementara, lanting biasa digunakan sebagai tempat singgah, tempat bersandar perahu, dan warung. Bagi warga yang belum memiliki dana untuk membangun rumah, tinggal di lanting menjadi sebuah pilihan bagi mereka. Seperti yang pernah dilakukan oleh Mas Irfan sebelum menempati rumahnya yang sekarang. Keberadaan lanting ini cukup berbahaya. Posisi lanting selalu diatur menyesuaikan dengan kondisi air sungai. Begitu juga ketika air sungai mengalami surut dan meluap.

Sebuah lanting di aliran Sungai Kapuas

******

Di siang yang terik selepas istirahat siang, aku diajak oleh Pak Saad dan Pak Yasin menuju wilayah Desa Tanjung yang berada di aliran Sungai Batang Suhaid. Selain Sungai Kapuas, Sungai Batang Suhaid juga merupakan sungai penting di desa ini. Banyak bubu (perangkap ikan) milik warga yang dipasang di aliran sungai ini. Perahu menyusuri Sungai Batang Suhaid yang alirannya terlihat lebih tenang dibandingkan aliran Sungai Kapuas.

Menyusuri anak sungai

Pak Yasin kemudian mengarahkan perahu menuju sebuah sungai kecil. Lebarnya kurang dari dua meter. Beberapa kali Pak Yasin mengangkat mesin kapal agar tidak tersangkut beberapa dahan pohon yang menghalangi perahu. Pak Saad dengan sigapnya langsung mengambil dayung agar perahu terus berjalan.
Baca Juga: Tinggal di Desa Jongkong Hulu

Di sekitar sungai banyak ditumbuhi pohon dan tanaman perdu. Beberapa pohon terlihat menjulang tinggi meskipun sebagian batangnya terendam di dalam air sungai. Sesekali aku memasukkan tanganku untuk merasakan kesegaran air sungai. Cuitan burung saling bersahutan. Di dalam sungai kecil ini aku seperti menemukan hal baru yang belum pernah aku temui sebelumnya.

Perahu yang melintas di Sungai Batang Suhaid

Hilir mudik perahu di Sungai Batang Suhaid tidak seramai dibandingkan Sungai Kapuas. Sungai Kapuas menjadi jalur penghubung antar kecamatan. Dalam perjalanan pulang, aku hanya beriringan dengan sebuah perahu yang dikendarai seorang laki-laki dan seorang perempuan yang duduk di depan. Sepertinya mereka pulang dari mengambil ikan yang tertangkap di bubu.

Anak kecil bermain air
Senja di Sungai Kapuas

Menjelang sore hari, tidak jauh dari Rumah Mas Irfan terlihat beberapa anak kecil sedang bermain gasing. Salah satu anak kecil tersebut bernama Dipta. Meskipun jalanan berupa jembatan kayu, mereka tetap merasakan keseruan dalam bermain gasing. Lelah bermain gasing, salah satu anak langsung mengajak untuk berenang. Tanpa menunggu persetujuan, salah satu anak melepas pakaiannya dan langsung melompat dari jembatan kayu menuju kolam. Anak yang lainnya mengikutinya.
β€œAyo Mas, ikut kami main air!!” ajak Dipta kepadaku.

Aku hanya tersenyum dan menolak ajakan dia. Aku lebih senang melihat mereka. Bermain air ini hanya bisa mereka lakukan ketika air sungai meluap. Tidak bisa dilakukan ketika air sungai sedang surut.

Cerita Dari Kapuas
Desa Tanjung
Februari 2021

73 Comments

Add Yours →

Tidak ada pasar ikan hias kak. Ikan arwana ini biasanya dikirim ke pembeli yang ada di luar kota. Pengiriman menggunakan mobil atau yg biasa disebut dengan taksi.

Selama ini aku selalu mengira rumah-rumah di pinggi sungai itu rumah permanen yg ditinggaling. Tapi klo liat penjelasan mas rivai, brarti kalau sejeni Lanting itu hanya untuk ditinggalin sementara ya.. Trus jadi bisa menyesuaikan kondisi air juga, aku dulu mikirnya takut tenggelam aja gt klo rumah2 di pinggir sungai gede kaya gitu. hehehe..

Tidak permanen. Kayak jadi rumah sementara. Sebetulnya bahaya tinggal di lanting. Kalau ada perahu yang melintas biasanya ombak atau getarannya terasa. Di bawahnya ada tong plastik agar ttp mengapung.

Lihat lihat fotonya sepertinya mengasyikkan kalo tinggal di desa Tanjung ya, rumah panggung dengan air di bawahnya, kalo mau renang atau mancing tinggal keluar rumah lalu sambil ngopi. Belum lagi kalo pengin wisata tinggal keluarkan perahu lalu keliling. Tapi mungkin bahayanya kalo musim hujan dan sungai Kapuas meluap, bisa banjir.

Harga ikan arwana mahal amat sampai jutaan ya, berarti orang desa Tanjung lumayan banyak duitnya ya.

Bosa dibilang begitu mas agus. Pengen mancing tinggal ke sungai aja..hiiks
Kalau mau berwisata, biasanya warga pergi ke taman nasional danau sentarum (TNDS). Taman nasional ini termasuk habitat asli ikan arwana. Dari desa tanjung ditempuh perjalanan selama 1-1.5 jam menyusuri sungai.

Yaa lumayanlah kalau bener-bener mau fokus ke ikan arwana. Banyak warga yang punya usaha budidaya ikan arwana.

Sebelum membaca tulisan mas Rivai, saya kira Lintang itu hunian permanen hanya lokasinya saja yang di aliran sungai. Entah kenapa, kalau jalan ke wilayah kalimantan, saya cenderung ‘ ga berani ‘ bertanya-tanya. Mungkin karena di wanti-wanti bahwa kalau ke kalimantan itu hati-hati banget jaga lisan. Kalau kita ‘salah’ bicara, walaupun tidak sengaja. Bisa fatal akibatnya, mesti sudah minta maaf dan sudah kembali ke tanah Jawa. Makanya salut dan agak deg-degan juga baca rangkaian tulisan Mas Rivai, termasuk di Kapuas. Duh, gimana gitu. Namun alhamdulilah tampaknya baik- baik saja.
Oh ya, masih ada kan tulisan berikutnya?

Selama di sana tetap jaga tutur kata kok. seiring berjalannya waktu menjadi dekat dan akhirnya terbiasa dengan obrolannya. Semua tempat yang didatangi tetap harus jaga tutur kata. Tidak hanya di kalimantan..hehhehhe

Masih ada beberapa cerita lagi. Target dua bulan ini cerita bisa selesai semua. πŸ˜€

Oh ternyata taman Nasional Danau Sentarum itu tempat habitat ikan Arwana ya mas. Pantesan banyak warga desa Tanjung memelihara ikan. <

Lihat airnya bening banget, jadi pengin renang atau berendam, tapi habis berendam langsung masuk angin.

Kahupaten kapuas hulu emang terkenal sebagai penhhasil ikan arwana. Tidak hanya desa tanjung, desa lainnya banyak yang membudidayakan ikan ini.

Airnya emang bening mas, kecuali air sungai kapuas yang terlihat warna coklat..hiks

Desa Tanjung ini sekilas menggambarkan banyak tempat yang mirip. Maksudnya, rumah-rumah panggung di perairan. Salut dengan masyarakat yang di sana. Mereka bisa membuat aliran menjadi perumahan dan menyatu dengan alam. Mereka menjaga kebersihan lingkungan

Rumah panggung ini memiliki pondasi kayu yang sangat banyak. Satu rumah bisa mencapai 40-50 batang kayu. Tergantung ukuran rumahnya. Tanah disini juga masih sangat luas untuk daerah perumahan. Khususnya di bagian hulu. Beberapa tanah masih digunakan untuk lahan perkebunan.

Kalo Melihat Gambar nya saja, itu sungai yang sangat Luas, dan saya rasa kedalamannya juga ngak main main, tapi terlihat anak anak bermain asyik asyik aja, lalu untuk akses air minum, apakah disana gampang untuk didapat ?

yang dibuat renang anak-anak itu malah bukan sungai mas. Itu hanya luapan dari aliran sungai kapuas. Kalau sedang surut, kita bisas jalan dibawa jembatan kayunya mas. πŸ˜€
kalau untuk air minum biasanya beli galon mas. Tapi kalau kebutuhan mandi, warga biasa sedot air sungai. Kemudian air tersebut disaring terlebih dahulu

Desa desa di Kalimantan terkenal dengan parit partinya sebenarnya sih sungai kecil, cuma orang sana bilang ‘parit’. Julukan kota kota dan desa desa kadang kadang punya embel embel ‘seribu parti’ atau ‘seribu jembatan’

pernah dengar sebutan seribu sungai. Terus pernah dengar kata lebak. Ini seperti aliran sungai yang hanya ada ketika musim hujan. Ketika musim kemarau tidak terdapat air atau genangan.

Cerita Kalimantanmu masih bersambung ya Mas. Btw, aku tertarik dengan Lanting itu. Di kampungku, ada juga bangunan menyerupai lanting itu. Tapi biasanya dijadikan toilet saja sih, tidak rumah tinggal. Bahaya soalnya ketika pasang & surut.

Btw, endingnya liat anak-anak main itu kayaknya adem banget ya. Bisa ngilangin stres liat anak-anak main ketawa-ketiwi.

Masih berlanjut. Rencana lebaran akan selesai. Biar bisa lanjut ke cerita perjalanan yang lainnya πŸ˜€
Kebetulan di desa tanjung, rumah warga sudah dilengkapi dengan mck. Jadi lanting bisa digunakan sebagai rumah singgah setelah dari kebun atau kolam.

Keseruan anak-anak kalau ketika musim pasang. Jadi mereka bisa bermain air tanpa menuju sungai.

Kalau ikan arwana punya pasarnya sendiri mas. Jadi tidak perlu nunggu booming. Di kabupaten kapuas hulu menjadi salah satu penghasil ikan arwana. Bibit aslinya malah dilindungi. Budidaya ikan arwana menjadi salah satu komoditi masyarakat.
Sampai kalimantan karena urusan kerjaan mas πŸ˜€

Benar2 kehidupan pedesaan di pesisir. Naik perahu, bedeng di pinggir sungai atau lanting. Anak2 yg mau berenang tinggal nyemplung. Iri aku mas, iri.. Wkwkwkkw

Desa Tanjung, nama yang di Indonesia aku yakin banyak banget. Pas baca pertama bingung, ini di daerah mana yaaa. Tapi pas baca sungai Kapuas langsung agak ngeh ehehehe. Apalagi pas baca Kalimantan.. masih nuansa alam banget ya tempatnya…

Ini suasana desa yang berada di pesisir sungai. Rumahnya berupa rumah panggung. Cerita ini berseri, untuk bisa tahu cerita yang lainnya bisa baca cerita-cerita sebelumnya.

Mas Vai itu kalau airnya sampe ngerendem rumah mereka itu pada ngungsi atau gimana? Terus lanting itu ketika air tinggi apa ga terbawa air? ya walaupun ditambatkan pada kayu

Suka cerita dari kapuas soalnya beda dari perjalanan pada umumnya. Btw itu kalo banjir mereka ngungsi kemana ya mas? Apakah kayak di balai desa atau ke rumah saudara? Oya karena disana budidaya arwana yang harganya mahal apakah pelaku budidayanya ekonominya juga baik ya mas? Kepo banget ya. Wkwk.

yaa mungkin karena pengalaman sendiri, unik, dan bukan datang ke sebuah destinasi. Tapi aku berencana untuk menyelesaikannya dalam waktu dau bulan ini. biar bisa lanjut ke cerita lainnya. Kemarin pas banjir tidak ngungsi. Karena banjir tidak tinggi.
Banyak pengusaha ikan arwana yang sudah punya beberapa kolam dengan ukuran besar. Tidak lagi dalam akuarium. Tapi kalau yang belum besar, mereka masih menggunakan akuarium untuk budidaya arwana.

Tulisannya hangat mas Rivai. Pengalaman yang seru. Liat foto-fotonya bagus sekaligus menyeramkan buatku. Suka parnoan kalau tinggal di lanting. Hehe

makasih mbak vera πŸ˜€
Aku sempat takut ketika berada di lanting. apalagi kalau ada perahu yang melaju kencang dan menciptakan ombak pada sungai. Untuk menuju ke lanting biasanya ada papan yang dipasang untuk berjalan. Kadang papan dan kayu licin. Kalau tidak berhati-hati bisa terpeleset.

baru tau tanjung itu artinya daratan yang menjorok ke lautan. Aku penasaran bagaimana cara mereka membududaya ikan hias, kira-kira distribusinya sampai ke jakarta atau bahkan ke luar negeri gak yaa

Biasa disebut dengan semenanjung juga ta. Kalau lihat prosesnya panjang ta. Apalagi kalau nunggu ikannya besar. Tapi ikan arwana bisa dijual sejak dalam bentuk telur. Harganya bervariasi, tergantung indukannya juga. Dikirim sampai jakarta dan luar negeri juga. Seperti malaysia, vietnam, china. Ada cara untuk pengirimannya.

Suasananya adem ya mas, apalagi npas lagi naik kapal di sungai. Banyak pohon & suara burung meramaikan suasana, jadi makin damai ya rasanya, hal langka yang nggak bisa didapat di ibu kota.

Mas Vai, berapa lama stay di Kalimantannya? Kayanya seruuu yah.. Terus nama Desa Tanjung ini seperti ga asing di saya. Ada beberapa temen yang pelayanan di gereja di Desa Tanjung. Entah sama atau tidak dengan Desa Tanjung yang Mas Vai share. Tapi kalo beneran sama, waaaaaah… perjuangan juga yah hidup di daerah ini.

Kemarin di kalimantan total sekitar 6.5 bulan. Dua bulan ini semua crita mau dikelarin biar bisa ganti crita lainnya..hhehehe

Kayaknya beda desa kak. Soalnya desa ini mayoritas agama islam. Pas di sana juga ga ada gereja. Temen kak pingkan di kalimantan mana?

Ketika baca deskripsinya aku kira Lanting itu mirip aja kaya rumah panggung, seyelah liat foto ya ternyata beda banget yaaa

Trus Lanting itu berarti beneran ga bisa jauh ke tengah ya, karena akan semakin dalam kan sungainya

Beda…lanting itu kayak rumah apung. Kalau mau ke tengah yaa berarti tali mesti panjang…tapi bakal sangat berbahaya karena aliran sungai buat jalur perahu.

MasVay ga ikut nyebut sama anak2 disana? Keknya seger banget airnya. Masih jernih. Suasananya juga enak. Cuma kalo banjir agak was-was yah kalau tinggal di pinggir sungai gini. Cerita setahun lalu, tp masih inget detailnya. Keren banget dah MasVay ini

Kalau nama mereka ga ingat. Cuma satu aja yg ingat…hiiks
Kebetulan banyak hal yang dicatat. Jadi sangat membantu untuk pengembangan critanya πŸ˜€
Makasih mbak esti πŸ˜€

Fenomena yang menarik. Aku rasa sulit menemukan daerah yang anak-anaknya masih senang bermain gundu atau mainan tradisional lainnya. Selalu seru deh baca cerita masvay ke desa desa

Wah, ini lanjutan cerita yang kemarin lalu ya mas Rivai, petualangan di tanah borneo. Seru masih bisa lihat bocah-bocah berenang di sungai yang bersih. Ada dugong gak ya di sungai kapuas? Semoga suatu saat bisa main ke kalimantan nih.

Cerita tentang Lanting menjadi salah satu cerita yang menarik perhatian buat aku. Bikin penasaran juga, gimana ya rasanya tinggal disana..
Ngomong-ngomong, mas Vay sudah pernah mencoba tinggal di Lanting apa belum?
Dan, ajakan bermain dari anak kecil disana seru sekali juga ya

pernah, tapi hanya sebentar sih. Ga sampai tidur. Hanya singgah setelah dari kebun. Bahkan sampai masak di dalam lanting. Lanting itu mirip seperti rumah apung. Hampir tiap hari ketemu sama anak-anak, sering diajak main juga πŸ˜€

huwaaaa ada budidaya ikan arwana yang harganya tuhhh mahalll banget hahahhah. aku tau gara-gara doi sering nontonin acara ikan2 arwana sama baru beli ya lordddd, semoga panjang umur nih ikannya.

Ikan arwana masih bayi aja udah bisa dibeli. Ketika baru lahir dengan ukuran kecil harganya sudah mahl. Apalagi kalau ukurannya udah besar dan unik. Harganya pasti mahal. Kalau airnya cocok bisa panjang umur kok πŸ˜€

Itu anak2 main airnya udah dari bayi kali yaaa, enak banget lompat ke sungai . Kalo aku auto kelelep kayaknya wkwkwkwk.

Lanting ingetin aku Ama rumah perahu di Siap Rep. Dulu sempet mikir, gimana rasanya tinggal di rumah yg goyang banget seperti itu. Aku ngerasain belanja di warung terapung nya, trus lama2 pusing, mungkin Krn gerakan dasar perahunya . Tapi sehari dua hari, pengen sih rasain tinggal di sana

Itu anak-anak lahir udah bisa langsung renang..

Kadang berpikiran kalau perahu terbalik yaa mbak fanny…?hehehehe
Mengapung di atas aliran sungai sangat berasa. Apalagi kalau ada perahu yang melaju kencang. Getaran ombaknya bakal terasa dari lanting..heheh

Itu anak-anak lahir udah bisa langsung renang..:D

Kadang berpikiran kalau perahu terbalik yaa mbak fanny…?hehehehe
Mengapung di atas aliran sungai sangat berasa. Apalagi kalau ada perahu yang melaju kencang. Getaran ombaknya bakal terasa dari lanting..heheh

Kayaknya aku nggak kuat kalau harus tinggal di Lanting soalnya gampang mual anaknya πŸ™
Nggak kebayang kalau setiap perahu lewat terus rumahnya goyang, udah eneg duluan mikirinnya wkwk
Tapi pastinya kalau dari kecil udah tinggal di sana sih, aman lah ya dari musibah mual :’)
Btw, jepretan Kakak atas anak-anak yang lagi loncat ke sungainya pas banget momennya. Momen kesensor dengan alami wkwk

Yaa kalau udah biasa, bakal aman selama di lanting. Lantingnya juga aman. Mirip rumah apung dengan kayu-kayu yang berfungsi mengapungkan bangunannya.

Aah, sebetulanya masih ada foto yang keliatan ti**dnya. Tapi sengaja pilih ini aja biar tidak terlihat jelas..wkwkkwk

Leave a Reply