Malam semakin larut, saat itu jarum jam sudah menunjukkan pukul 22:30. Sebual mobil minibus masuk area parkir minimarket. Mobil ini akan menggantikan mobil Pak Bayu mengantarkan kami ke Selimbau. Sedangkan Pak Bayu akan kembali ke Pontianak. Setelah semua barang dipindahkan, kami melanjutkan perjalanan. Kami berangkat beriringan dengan mobil lainnya yang akan menuju Selimbau.
Pak Lik, begitulah sopir kami biasa dipanggil oleh rekan-rekan sesama sopir. Pak Lik menyebutkan bahwa dia paling terakhir bergabung ke dalam grup sopir dengan tujuan Selimbau.
“Baru dua tahun bawa taksi Pontianak-Selimbau, Mas.” Ujar Pak Lik mengawali perjalanan kami.
Baca Dulu: Perjalanan Semarang-Pontianak
Sebetulnya hari ini Pak Lik tidak ada rencana ke Selimbau. Namun karena diminta tolong oleh Pak Bayu, akhirnya Pak Lik bersedia untuk ke Selimbau. Perjalanan masih panjang, mungkin masih sekitar 10 jam lagi. Malam semakin larut dan kami mulai merasa lapar. Warung makan yang berada di sepanjang jalan sudah tutup. Pak Lik meyakinkan kami bahwa masih ada warung makan yang buka. Setelah melakukan perjalanan selama dua jam, akhirnya kami berhenti di sebuah warung makan yang tadi disebutkan oleh Pak Lik.
Pukul 01:00, waktu makan malam yang sangat terlambat. Aku tidak terbiasa makan di waktu tersebut. Namun, tiada pilihan lain selain makan. Kami sudah terlalu lapar dan perjalanan masih sangat jauh. Setelah makan dan istirahat, kami bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Mobil mulai melaju di jalur lintas di Provinsi Kalimantan Barat. Tetap beriringan dengan rekan yang berada di mobil lainnya. Aku memilih untuk tidur. Masih sangat jauh untuk tiba di Selimbau.
Matahari mulai menyapa ketika kami tiba di Kabupaten Sintang. Pak Lik singgah di sebuah toko buah untuk mengantarkan barang yang dibawanya. Kami memanfaatkan situasi ini untuk merenggangkan badan kami yang mulai pegal karena duduk terlalu lama. Tak lama setelah ini perutku mulai merasa mual dan kepala pusing. “Aah, sepertinya aku akan mengalami mabuk perjalanan.”
Perjalanan dilanjutkan kembali, perut mual dan kepala pusing malah semakin terasa. Akhirnya aku mencoba cari plastik sebagai antisipasi jika tiba-tiba aku ingin muntah. Tak berapa lama, akhirnya aku muntah juga. Tidak hanya sekali, tapi sampai beberapa kali ganti plastik. Aku merasa lega karena semuanya berhasil aku keluarkan. Perut sudah tidak merasa mual lagi.
Sebetulnya aku bukanlah orang yang mudah terkena mabuk perjalanan. Hanya ketika badan benar-benar mengalami kelelahan. Perjalanan panjang dari Semarang ke Pontianak memang terasa sangat lama dan melelahkan. Transit di Jakarta pun juga tidak banyak membantu badan untuk beristirahat yang cukup. Sesampainya di Pontianak kami langsung menuju Selimbau melalui jalur darat.. Perjalanan panjang menuju Selimbau membuat tubuhku benar-benar mengalami kelelahan.
Mobil Pak Lik yang masih melaju di jalanan kabupaten. Tepat di Simpang Desa Kenerak, Pak Lik membelokkan mobilnya menuju Kecamatan Selimbau. Sesuai dengan papan petunjuk arah yang berada di tepi jalan. “Perjalanan dari sini masih sekitar 1 jam mas.” Ujar Pak Lik ketika membelokkan mobilnya. Aku masih berpikir apakah sejauh itu untuk menuju Selimbau. Aku berusaha mengecek melalui aplikasi berapa jarak yang akan kami tempuh. Namun, aplikasi tidak dapat menampilkan informasi. “Ehm, sepertinya di sini mulai susah sinyal.
Baca Juga: Sejarah Kereta Api di Semarang
Setelah beberapa menit perjalanan, aku mulai menemukan jawaban atas pertanyaanku itu. Bukan karena jauhnya jarak, tapi karena buruknya jalan yang membuat perjalanan lebih lama. Jalan penghubung antar kecamatan ini memiliki kualitas yang buruk. Lebih tepatnya sangat buruk. Banyak lubang dan genangan air. Pak Lik dan para sopir taksi ini memang sudah terbiasa melewati jalan ini. Mereka tidak pernah ragu. Menganalisa sejenak, dan kemudian melaju mulus menembus kubangan sisa hujan semalam.
Menurut kepala desa Desa Krengas, sepanjang jalan dari Desa Krangas menuju Desa Mensusai akan diperbaiki. Mereka menandatangai nota kesepakatan dengan calon bupati terpilih ketika masa kampanye lalu. Selain karena proses pembangunan jalan yang telat, kerusakan di sepanjang jalan ini juga disebabkan oleh banyak truk pembawa sawit yang melintas. Jalan lintas kecamatan ini memang jadi masalah tersendiri bagi yang ingin menuju Selimbau.
Memasuki Desa Mensusai, kualitas jalan lebih baik dari sebelumnya. Area permukiman mulai ditemui di sepanjang jalan. Beberapa kali Pak Lik menyapa warga yang kami temui. Mungkin mereka sudah saling mengenal. Apalagi banyak warga yang sering menggunakan jasa taksi seperti ini untuk mengantarkan mereka ke kabupaten lainnya. Terlihat juga beberapa warga mandi di sungai. Tidak hanya anak-anak, tapi orang dewasa juga mandi di sungai. Meskipun mereka memiliki kamar mandi, mandi di sungai menjadi kebiasaan warga di desa ini.
“Sebentar lagi kita sampai di Selimbau mas.” Ujar Pak Lik kepada kami bertiga.
Aku langsung mengabari temanku untuk menjemput kami di tempat pemberhentian taksi. Tepatnya di depan sebuah masjid. Saat itu badanku sudah merasa lebih baik dibandingkan ketika pagi tadi. Sekitar pukul 10:20, akhirnya kami tiba di Selimbau. Sejauh mata memandang, terlihat permukiman padat di tepi sungai. Dengan barisan rumah panggung dan perahu yang hilir mudik.
“Akhirnya sampai juga di Selimbau”, gumanku dalam hati.
“Selamat datang di Selimbau..!!”
“Mari kita memulai pertualangan baru!!”
-Cerita Dari Kapuas-
Selimbau, 17 Desember 2020
110 comments
Kak Rivaiii, perjalanannya sungguh jauh sekali, aku bayanginnya aja udah bikin badan remuk duluan benar-benar ke pelosok sekali sampai jalanannya kecil dan aksesnya masih sulit. Foto yang penuh dengan tanah merah dan ada truck di atasnya, itu trucknya stuck di situ kah?
Sebuah pengalaman baru yang tak terlupakan pastinya bisa pergi ke Selimbau! Bahkan nama lokasinya aja aku baru dengar, padahal masih ada di Indonesia juga. Indonesia luas banget yak
Itu foto pas bulan februari mbak lia. berhubung pas berangkat ga sempat foto jalanan karena sudah terlalu lelah. Itu masih sebagian, masih ada beberapa ruas jalan yang rusak. Yaa intinya bikin badan remuk, perut mules..hhahaha
Masih ada cerita lanjutannya. tungguin saja kelanjutannya 😀
Aku asing banget mas Vay dengan Kalimantan wkwkwkwk, baca cerita ini dan lihat foto-fotonya jadi tau salah satu potret daerah di sana seperti apa. Kalau penampilan kotanya nggak jauh beda dengan kota-kota yang ada di Jawa ya. Pernah dulu di Twitter lewat sebuah twit yang isinya tentang asumsi orang Jawa ke Kalimantan. Ternyata yang mengira Kalimantan isinya hutan dan kebun sawit banyak juga, termasuk aku HEHEHEHEHEHE. Ternyata modern juga bangunan-bangunan yang ada di kotanya.
di ibukota dan kota besar di kalimantan memang lebih maju. Tapi kalau masuk ke pelosok, hutan dan jalanan tanah jadi pemandangan yang biasa.
kalau aku lebih banyak ketemu dengan permukiman di pesisir sungai kapuas. Beberapa kali di dekat hutan dan area kebun sawit..hehehhe
Lihat jalannya langsung syok hahahahah. Jalan seperti ini memang banyak di Indonesia, khususnya luar Jawa.
Semoga ke depannya benar-benar jalan menjadi bagus dan geliat perekonomian warga membaik.
Kalau perjalanan selama itu, aku mesti udah bawa tolak angi n atau antangin mas ahahhahah
di kecamatan sekitar selimbau perekonomian lebih maju karena akses jalannya bagus dan perekonomian lebih maju.
Sudah minum tolak angin, tapi ternyata masih terlalu lelah..wkwkwk
Aku lgs ngebayangin jalan lintas Sumatra kalo baca ceritanya :D. Banyak lubang dan kiri kanan hutan ato kebun sawit :D.
Tp kebayang sih, jalan yg begitu panjang dan rusak, bikin bdn memang berasa bgt drop nya, dan bikin masuk angin trus muntah2. Aku sendiri udh lama jg ga mabuk darat mas. Tp ga yakin kalo sejauh itu, bisa jd bakal mabuk :D.
Aku belum prnh ke kota2 Kalimantan. Tp udh pesen Ama suami, kalo dia dpt tugas kantor utk cek cabang yg di Kalimantan, aku hrs ikuuut hahahahah. Pgn bgt liat kota2 nya
Truk sawit juga mudah dijumpai disini 😀
Biasa perjalanan panjang di jalur jawa, bakal merasakan hal berbeda kalau di luar jawa. Jalannya emang beda. 😀
yaa semoga bisa ke kalimantan mbak fany. 😀
Ngeri lihat jalan di desa menapar itu mas Rivai, benar benar jelek sekali ya, itu bagaimana jalannya bisa seperti itu ya, bukankah ada anggaran untuk prasarana umum seperti jalan desa. Tapi untungnya tidak semua jalan desa di sana seperti itu ya.
Kalo jalannya jelek memang bisa jadi bikin mabok, aku pernah pulang kampung, karena jalur Pantura macet maka bis memakai jalur alternatif yang jelek, perut jadi mual dan akhirnya keluar makanan yang beberapa waktu lalu baru dimakan.
Masih banyak jalan seperti ini di daerah kalimantan mas. Sudah direncanakan untuk perbaikan. Nunggu realisasinya saja..hehehhe
Mabuk perjalanan memang sangat menjengkelkan yaa mas agus. Tapi mau gimana lagi kalau tubuh kita sedang mengalami kelelahan…hehhehe
medan yang ditempuh alamakjang bener bener membuatku percaya kalau mas vai sampai muntah muntah beberapa kali, cukup melelahkan karena memang akses ke sana lumayan lama terlebih jalannya memang belum mulus ya mas, isi oerut jadi keluar semua jadi setelahnya malah lega ya
tapi sempat terkesima ada bagian sungai yang buat ajang mandi…bukan hanya anak anak tapi orang dewasa juga, mungkin sudah habitnya kali ya jadi sambil bersenda gurau begitu ngumpul di sungai
masvai kok kolom komennya loncat lincatkah?
Sungai-sungai di desa yang aku lewati airnya masih jernih. Makanya banyak yang memilih mandi di sungai. Aku pun juga pernah mandi di sungai. Mandi bareng dengan warga lainnya. Ikut anak-anak main air. Nantikan di cerita selanjutnya..hahhahaa
Entah, aku gatau. Mungkin efek kolom komentar yang ga aku moderasi…hihihi
Memang pembangunan jalan di luar pulau Jawa masih sedikit, tak heran masih banyak jalan yang berlumpur, mungkin daerah kotanya saja yang bagus.
Tumben lama ngga update, lagi sibuk ya mas?
Sebetulnya hanya beberapa bagian ruas jalan yang belum bagus. Selebihnya layak untuk dilewati. Perbaikan jalan dan jembatan memang sudah direncanakan.
Iyaa mas agus. sebulan ini lagi banyak yang dikerjakan. Sehingga belum sempat untuk update lagi..makasih mas agus telah singgah 😀
Yang paling seru juga selain melintasi jalan khas daerah yang memang tidak semulus aspal ibukota, apalagi di Kalimantan adalah penyberangan mobil menggunakan perahu. Menarik.
aspal di jakarta dan sekitarnya masih ada yang bolong juga sih mas. Kalau di sini belum sepenuhnya aspal mas. Banyak yang masih berupa tanah.
Nama perahu untuk menyeberang disebut dengan ponton mas. Biasanya untuk menyeberang yang sungainya lebar. Seperti sungai kapuas.
Cerita Rivai ngebolang, pas baca jadi ngebayangin kalo dibikin video sinematik pasti bagussss..
Ditunggu kelanjutannya, dan harus lebih seru..hehe..
Nice story!
aku ga banyak ambil video mbak febi. Biasanya cuma foto. Kalau video emang sepertinya bakal bagus. Banyak waktu dan momen yang bisa diabadikan..hahhahaa
Bulan depan ada lanjutannya mbak…hehhehee
makasih mbak febi sudah singgah 😀
ASTAGAAAA 10 JAM?? aku mengerti perasaannya bagaimana. Dulu sewaktu tol Jawa belum sepanjang yg skrang. Tiap mudik ke Magelang pas bulan ramadhan yah selalu begini.. haha. Cuma emnk ya belum pernah ngerasain jalanan yg kaya gitu.
Jalanannya gitu bnget ya. Kebayang itu shockbreaker mobil kudu sekuat apa yah semoga kedepannya bisa dibagusin lagi.
Tapi seru Mas, baca ceritanya.. yah ikutan berasa kagi ikut berpetualang meskipun secara virtual.. ditunggu kisah selanjutnya lagi ya.. hehe terimakasih buat sharingnya.
Macetnya lalu lintas dan jalan rusak memang beda, tapi sama-sama membuat tubuh kelelahan.. Jalan di jawa jarang ketemu yang begini. paling hanya jalan berlubang..hehhehe
Mobilnya kuat, dan tentu saja sopirnya juga sangat berpengalaman. Emang main terabas sih, tapi mereka sangat memperhitungkan agar berkendara tetap nyaman..hihii
Bulan depan ada kelanjutannya mas. Masih panjang cerita dari kapuas ini…hahahhaa
makasih sudah singgah mas bayu 😀
Jalannya ngeri banget ya. Gak kebayang kalau melewati pas malam dan kondisi hujan. Pasti bikin jantungan, dan sangat melelahkan.
Justru perjalanan pontianak-selimbau biasanya malam hari mbak ning. Ketika tiba di selimbau sudah pagi. Tidak tahu jalan seperti apa yang kami lewati. Hanya kemarin karena mobil mengalami masalah, kami tiba di selimbau menjelang siang. Jadi kami tahu jalan seperti apa yang kami lalu.
Tapi seru sekali perjalanannya..hahahhaa
Aku aja keturunan kalbar belum pernah ke sana. Jarang pulang kampung juga sih, palingan main di kota aja kulineran. Hehehe. Keren banget lah mas vay.
Kalbar-nya mana mbak merry?
kabupaten Kapuas hulu letaknya terlalu jauh dari pontianak, sebagai ibukota provinsi…hehhehee
aku di pontianak cuma singgah. Belum sempat eksplore kemana-mana 😀
Makasih sudah berkunjung mbak merry 😀
Ya ampun gimana itu rasanya duduk 10 jam di mobil…untung malem2 ya tapi tetep aja pasti capek banget…wajar lahh sampai muntah…wong yg fisiknya lagi sehat aja bisa tetap mual. Mana jalanannya kurang bersahabat, aku bayangin kalau aku yang jalanin gak tahu lagi dehh gimana rasanya. Tapi seru sih ya kalau bisa ke pedalaman Kalimantan, aku aja baru pertama kali denger Selimbau….keren MasVay bisa datengin tempat yang masih jarang diketahui orang. Btw, fotonya bagus2, ini ambilnya pake hp atau kamera?
Jalan lintas provinsi masih bagus sih. Hanya saja ketika masuk ke jalan lintas kecamatan, jalanan berubah jadi kurang bagus. Tidak bersahabat dan sangat menguji keahlian dalam berkendara. Sopir di sini sudah terlatih dan siap terabas ketika bertemu dengan jalanan seperti ini.
Selimbau bukan destinasi wisata, jadi banyak orang yang tidak tahu. Aku baru tahu ketika ditugaskan di sini. Tapi daerah selimbau juga terkenal dengan budidaya ikan arwana.
fotonya pakai kamera hp 😀
10 jam?! wow jauh yaa… Baru denger nih tentang Silembau. Thank you for sharing ya Kak.
Jauh dan jalan yang dilalui kurang bagus. Selimbau bukan tempat tujuan wisata di Kalimantan barat. jadi banyak orang belum mengetahui tentang selimbau, termasuk aku yang baru mengetahui ketika tiba di sini.
Allohu Akbar.
Itu jalan di Desa Menapar bukan main kondisinya.
Gambar yang kakak tunjukan, sekilas tak tampak seperti jalan.
Malah terlihat seperti aliran sungai yang terkena banjir lumpur dan ada mobil yang terjebak ditengahnya.
Luar biasa sekali perjalanan Anda, kak.
Mungkin kalo nanti bisa hunting foto bareng, nnt gw yg jadi bagian videoinlah..
Tapi soal editting video masih newbie, jadi jgn berharap bakal wah hasilnya ya..hehe..
Sama2..
Bolehlah mbak febi. Nanti aku juga diajari ambil video yang bagus gimana 😀
Masalah editing bisa dibahas bareng 😀
Kalau hujan jalanan menjadi becek dan lumpur. Makanya banyak mobil atau truk sulit melewati jalan ini.
Beberapa jalan di sekitar selimbau masih ada yang seperti ini kak 😀
Asyik bin seru baca tulisannya mas vay ini, rasanya aku seperti membaca cerpen. Aku suka dengan gaya tulisannya, dan terus terang lebih menikmati gaya tulisannya dan membuat deskripsi, imajinasi juga bayangan sendiri dari apa yang diceritakan melalui tulisan.
Namun, aku juga suka dengan hasil foto-fotonya, terang, jelas plus ada nama pemiliknya/penulisnya.
Cerita perjalanannya cukup seru dan menarik, untukku rasanya..sekali lagi, beneran deh seperti membaca tentang kisah perjalanan seorang tokoh di dalam cerpen hehehe…
Makasih mbak ani sudah singgah di sini. Tulisan ini termasuk rangkaian tulisan dengan tema “Cerita dari Kapuas”. Masih ada beberapa cerita lagi 😀
Bener-bener panjang ya mas perjalanannya. Udah berasa Jakarta ke Surabaya, kebayang pegelnya tapi aku kalau jadi Mas Vai pasti banyak tidurnya sih haha
Aku ngebayangin kalau perjalanannya siang pasti seru ya mas bisa lihat pemandangan sekitar. Ditunggu cerita di Selimbaunya
Sudah tidur sih, tapi tetap saja ga nyaman..hehhehehe
Sampai sintang pagi hari. Masih bisa menikmati perjalanan 2-3 jam di pagi hari sebelum sampai selimbau. Biasanya taksi jalan pada sore hari dan tiba pada jam 6 pagi. Jadi benar-benar ga bisa menikmati pemandangan selama perjalanan 😀
Asam lambung naik kayaknya ya karena telat banget makan? Lain kali bisa mungkin bisa sedia obat maag dan cemilan untuk mengganjal rasa lapar. Nggak enak banget itu mabuk di perjalanan. Huhuhu (pernah ngalamin juga soalnya)
Perjalanan panjang dengan jalan yang rusak itu kayak mimpi buruk deh. Semoga sesampainya di tujuan sesuai ekspektasi ya.
Jaga kondisi kesehatan pas perjalanan itu memang sangat penting yaa mbak maria.
Di sekitar sini, masih ada beberapa jalan tanah seperti itu mbak 😀
syahdu banget mas perjalanannya
aduh tapi sempat muntah juga’untung bisa sehat kembali
saya suka banget sama jepretan pasar tradsionalnya
gatau klo ngomongin Kalimantan saya suka banget liat suasana pasarnya
apakagi itu cuma ada hari jumat ya
Pasar di Selimbau ini hampir mirip pasar terapung. Banyak pedagang dan pembeli menggunakan perahu untuk menuju pasar. Kadang mereka juga bertransaksi di atas perahu. Yang dijual rata-rata hasil kebun mereka.
Jalan ke Selimbau ini lewat jalan menuju Entikong-kah, Mas? Sekitar sepuluh tahun lalu saya pernah ke Entikong naik bus. Busnya masih butut banget, kayak kopaja. Jadi penasaran sekarang apakah bus antarkota di Kalbar sudah bagus apa masih kayak gitu…
bukan mas, beda jalur. Kalau selimbau jalan kearah kabupaten sintang. Bus yang dari sini mengarah ke putussibau (ibukota kabupaten kapuas hulu) juga masih butut. Persis, seperti kopaja..hehhehe
yang ke pontianak rasanya juga seperti itu. Tapi memang kebanyakan pada menggunakan taksi untuk ke pontianak.
Hehehe… Busnya masih begitu-begitu aja ternyata. 😀 Wah, menarik nih kayaknya. Berarti kalau ditelusuri jalannya bisa sampai ke tepian ke Danau Sentarum? 😀
Ada bus damri yang berangkat dari pontianak-putussibau. Kemudian berlanjut ke badau, perbatasan antar negara.
Kalau mau ke danau sentarum bisa sewa speedboat. Aku sudah beberapa kali diajak ke danau sentarum. Tapi karena jadwal kerjaan yang padat, belum sempat untuk ke sana.
Wahh Perjalananmu Jauh Banget Mas Broo, Ngebayangin Jalan Tanah Merah nya saya sudah keder duluan
Btw kalau ketemu Lagi Salam buat Pak Lik nya Ya
Beberapa jalan desa masih banyak yang jalan tanah mas. Jadi mesti hati-hati kalau lewat. Apalagi kalau malam sebelumnya hujan deras 😀
Kalimantan itu satu-satunya Pulau besar yang belum pernah aku kunjungi. Sudah niat ingin pergi ke Sintang, tapi harus tes PCR jadinya malas haha. Tulisan Mas Vay ini tetiba kembali membuat aku semangat untuk pegi ke Kalimantan hehe
Eh ke sintang mau pergi kemana…?
kalau dari tempatku ke sintang waktu tempuhnya sekitar 2 jam perjalanan. Jalanannya lumayan sepi 😀
ayo datang ke Kalimantan, biar bisa lihat air sungai yang jernih 😀
Loh, mas sekarang tinggal di Kalimantan?
Mau ziarah mas hehe, ada temenku korban SJ waktu itu, dimakamkannyandi Sintang
tidak, masih di semarang. Kebetulan lagi ada kerjaan di selimbau dan sekitarnya..hehhehee
ouw begitu. kalau kamu ke sintang bisa naik taksi dari pontianak. Ongkosnya sekitar 250-300ribu. banyak taksi yang menawarkan jasa mereka.
Sempat saya proyek di Tayan, dari Pontianak cuma 2 jam sih, gak sejauh Slimbau. Tapi kondisi jalannya ya sama, sepi. Banyak warga yang pelihara babi di rumahnya, sering terlihat dari jalan raya. Kadang-kadang malah itu babi ada di jalan raya. Kalau kita gak sengaja tabrak, ya diminta ganti. Kabarnya, kit aharus ganti rugi sampai anak cucunya 🙂
Ouw Tayan yaa. Berarti mayoritas suku dayak. Emang aturan adatnya begitu mas. Sampai puting susu juga dihitung, karena itu untuk merupakan makanan bagi anak-anaknya. Jadi emang mesti berhati-hati kalau di jalanan. Tapi biasanya babi ditaruh di kandang. Ga dilepas
Perjalanan yang melelahkan ya bang. Gak heran sih kalau bakal mabuk perjalanan. Ngebayanginnya aja kayaknya sudah lelah hehe.
Ini bukannya sudah hampir mendekati perbatasan Malaysia kah? Pernah baca berita kalau di sana lebih baik akses jalannya dari di Indonesia.
Mau ke Danau Sentarum juga kah?
Ada part 2, 3 kayaknya nih. Keren.
Ke perbatasan daerah Badau sekitar 2-3 jam mas. Lebih dekat ke pwrbatasan dibandingkan ke pontianak, ibukota provinsi..hehehhe
Belum ada rencana ke danau sentarum. Soalnya ke sini dalam rangka kerjaan..hehehhe
mas Vayyy 10 jam itu sama kayak perjalanan Jember ke Jogya kurang lebihnya. Mayann banget jauhnya
gini ini kalau ga pernah liat peta lagi, daerah Selimbau aja baru aku denger
terpencil banget ya ini? pasarnya hanya ada di hari tertentu soalnya
itu truknya sampe tenggelam sama tanah gitu ya,kalau musim ujan kayaknya akan lebih parah lagi
Tapi jalanan Jember-Jogja lebi bagus dan lebar, tentu saja juga ramai..hehhehhe
Selimbau termasuk yang jauh dari ibukota kabupaten. Waktu tempuhnya sekitar 3-4 jam..hehhee
Malam sebelumnya, jalan tersebut diguyur hujan. Makanya jalanan tanah jadi seperti itu..heheh
wkwkwk baru nyadar ternyata pertanyaanku panjang juga ya
aku kalau berada di kota asing kayak begini, suka aja bawaannya, meskipun kondisinya mungkin 11-12 nggak beda jauh sama kotaku, tapi orang-orang dan suasananya yang bikin penasaran buat ngulik lebih jauh lagi ini