Hari sudah beranjak sore ketika aku dan Pak Yanto tiba di kantor Kepala Desa Marsedan Raya. Pintu terlihat terkunci dan sepi. Hari ini adalah hari minggu dan tidak ada kegiatan perangkat desa. Hanya beberapa warga desa yang sedang bermain bola voli di lapangan yang tidak jauh dari kantor kepala desa. Datanglah seorang lelaki menghampiri kami. Ternyata dia merupakan salah satu perangkat Desa Marsedan Raya. Kami dipersilahkan untuk masuk ke kantor kepala desa.
Dibandingkan kantor kepala desa di beberapa desa yang pernah aku datangi, kantor Kepala Desa Marsedan Raya memiliki ukuran yang lebih besar. Hal ini disebabkan karena bangunan ini merupakan bekas kantor dinas yang dihibahkan ke desa. Kantor ini terdiri dari tiga bagian. Di bagian depan terdapat ruang pelayanan dan ruang tamu. Di bagian tengah terdapat sebuah aula atau ruang pertemuan, ruang kepala desa, dan ruang BPD (Badan Pembangunan Desa). Sedangkan di bagian terdapat dapur dan kamar mandi. Selama berada di desa ini, aku diberikan ruang BPD sebagai tempat istirahat.
Di belakang kantor kepala desa terdapat sebuah bangunan untuk taman kanak-kanak dan pendidikan anak usia dini (PAUD). Selain itu, terdapat sebuah kolam yang rencananya akan digunakan untuk budidaya ikan. Di halaman belakang ada sebuah pohon besar yang dilengkapi dengan meja dan kursi kayu. Aku sering memanfaatkan tempat ini untuk beristirahat di waktu sore hari. Suasananya tenang, sunyi, dan hening ketika berada di tempat ini. Selain itu, aku sering mendapatkan banyak ide ketika duduk di kursi ini.
Asal Usul Desa
Desa Marsedan Raya merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Semitau, Kabupaten Kapuas Hulu. Pada awalnya desa merupakan sebuah dusun di Desa Semitau Hulu. Kemudian pada awal tahun 2000-an mengalami pemekaran. Nama Marsedan diambil dari nama sungai yang ada di desa tersebut, yaitu Sungai Marsedan. Sungai ini menjadi batas wilayah antara Desa Marsedan Raya dengan Desa Semitau Hulu. Sungai bermuara di Sungai Kapuas. Desa Marsedan Raya terdiri dari dua dusun, yaitu Dusun Marsedan Raya Hulu dan Dusun Marsedan Raya Hilir.
Sebagian wilayah desa termasuk dalam area perkebunan sawit. Sekitar tahun 2007-2008 perkebunan kelapa sawit mulai masuk ke Desa Marsedan Raya. Lahan milik warga yang termasuk dalam lahan Hak Guna Usaha (HGU) didata dan kemudian diubah menjadi area perkebunan sawit dengan masa sewa lahan selama 25 tahun dan skema bagi hasil antara perusahaan dan pemilik lahan.
Baca Juga: Pesta Telah Usai
Orang-Orang yang Ditemui
Ada beberapa pemilik lahan yang tidak menyadari jika lahan miliknya masuk dalam peta wilayah perkebunan sawit. Beberapa warga memilih tidak menyerahkan lahannya kepada perusahaan untuk ditanami kelapa sawit, meskipun lahannya masih dalam area perkebunan sawit. Mereka memilih untuk menanami kebun mereka sendiri. Ini menjadi salah satu masalah yang sering terjadi dalam kepemilikan lahan perkebunan sawit.
Di desa ini aku berkenalan dengan Bang Luthfi. Bang Luthfi bukanlah orang asli Desa Marsedan Raya. Dia merupakan seorang pendatang yang sedang bertugas di Kecamatan Suhaid. Perjalanan Bang Luthfi untuk tiba di desa ini terhitung panjang. Dia berasal Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, kemudian memilih untuk merantau ke Papua selepas lulus SMA. Satu tahun berada di Papua, Bang Luthfi kemudian mengikuti tes masuk anggota militer.
Setelah lulus tes dan pendidikan, Bang Luthfi mendapatkan penempatan di Kabupaten Kapuas Hulu sebagai prajurit di sebuah kesatuan batalyon. Selang beberapa tahun, Bang Luthfi berpindah tempat tugas di kantor koramil. “Banyak hal yang berubah mas. Dulu jadi pasukan tempur dan sering angkat senjata. Kini menjadi petugas keamanan teritorial. Tidak perlu angkat senjata lagi, tapi lebih ke pendekatan kepada warga dan memastikan wilayahnya dalam keadaan aman. Setiap tugas dan peran akan saya terima adalah sebuah amanah dan saya akan melaksanakannya dengan senang hati dan penuh tanggung jawab.” kenang Bang Lutfi.
Banya pendatang yang akhirnya menetap di desa ini. Seperti menantu Pak Adi, ketua RT 01 Dusun Marsedan Hilir Raya Hilir, yang juga berasal dari Kota Semarang. Awalnya bekerja sebagai pekerja di perkebunan kelapa sawit. Kemudian menikah dan akhirnya menetap di sini. Di Desa Marsedan Raya Hampir setiap malam banyak warga desa yang datang ke kantor kepala desa. Baik itu untuk membantu pekerjaan kami, maupun yang hanya ingin berkumpul dan mengobrol dengan warga lainnya. Kopi dan beberapa camilan menjadi pelengkap obrolan santai ini hingga hingga dini hari. Beberapa kali aku meninggalkan obrolan dan memilih untuk beristirahat terlebih dahulu.
Ikan Bakar
“Mas Vai, mau makan ikan bakar? Kalau mau, aku ambil pancing dulu.” tanya Wahyu kepadaku.
Wahyu merupakan seorang pemuda desa yang sering bantu kegiatan di kantor kepala desa. Hobinya adalah memancing. Di belakang kantor kepala desa terdapat sebuah kolam kecil yang berisi ikan patin. Di kolam inilah, Wahyu akan memancing ikan yang akan diolah menjadi ikan bakar. Bagi dia yang terbiasa mancing di sungai, memancing di kolam kecil seperti ini bukanlah hal yang sulit. Hanya dalam waktu 15 menit, dia berhasil memancing lima ekor ikan patin dari dalam kolam. Kemudian dia membersihkan dan memberi bumbu pada ikan patin hasil tangkapannya. Aku langsung menyiapkan sebuah tungku dan kayu bakar yang akan digunakan untuk membakar ikan.
Baca Juga: Cerita dari Timur
Aku suka makan ikan. Sebuah keberuntungan ketika aku berada di desa yang berada di pesisir Sungai Kapuas. Hampir tiap hari bisa memilih menu ikan segar hasil tangkapan nelayan. Ikan bisa diolah dengan berbagai cara, seperti digoreng, dibakar, diberi kuah kuning, atau diberi bumbu pedas. Bahkan aku juga menyukai olahan ikan asap yang aku temui ketika berada di Desa Tanjung. Bagian leher dan kepala ikan patin menjadi bagian favoritku. Karena di bagian ini terdapat minyak ikan.
Selesai makan ikan bakar, kami bersiap-siap untuk menuju ke dermaga penyeberangan. Rencananya kami akan menuju Desa Nanga Kenepai yang terletak di seberang Desa Marsedan Raya dan Desa Semitau Hulu. Selama berada di desa ini, warga desa menerimaku dengan sangat baik. Perjalananku di desa ini terbilang singkat, tapi memberikan kesan tersendiri. Termasuk ikan bakar yang disajikan siang itu.
Cerita dari Kapuas
Desa Marsedan Raya
Maret 2021
40 comments
Vai, warga yg lahannya termasuk dalam Hak Guna Usaha apakah dalam masa / periode tertentu bisa diajukan jd hak milik-kah ?..
Karena kasian saja kalau sudah begitu lama mengelola, tapi tidak diberikan kemudahan 🙂
Sebetulnya bisa diproses mbak febi. Hanya proses membutuhkan waktu yang lama. Bisa mulai dari pengajuan ke desa. Tapi yaa itu prosesnya lama dan belum tentu disetujui. Tergantung keputusan.
Yaa itu salah satu permasalahan yg dihadapi warga dalam area perkebunan kelapa sawit.
Thanks infonya..
Ujung2nya harus ada skill lobi2 juga ya..hehe.
Bener banget. Prosesnya lumayan lama dan ribet juga 😀
Hai mas Rivai.
Senang sekali saya menyimak cerita dari Kapuas. Yang paling menarik selama ‘mengikuti’ tulisan perjalanan Mas Rivai adalah kemampuan Mas Rivai cepat akrab dengan masyarakat di sana, seperti moments makan ikan bakar di desa marsedan raya. Boleh tahu mas, gimana tipsnya cepat akrab dengan mereka?
Tips cepat akrab gimana yaa, soalnya ga pernah latihan secara sadar. mungkin karena sering bergaul dan ketemu orang baru akhirnya bisa menyesuaikan dengan orang lain. Jadi tanpa disadari bisa jadi akrab dengan sendirinya. Kira-kira kayak gitu sih
Orang-orang di sini mempunyai cara tersendiri untuk berinteraksi.
Kadang, kita rindu di tempat seperti ini. Lebih banyak berbincang dengan warga setempat, serta mendapatkan banyak informasi dari sudut yang berbeda
Sering berinteraksi dengan orang-orang asing ditemui di perjalanan akan membuat kita memiliki banyak pandangan. Pengalaman macam ini perlu dilatih dan dibiasakan.
Ngak pernah Bosan Tiap Baca Tulisanmu Broo, Pengalamannya Sangat keren, itu kolamnya Ikan Patinnya pasti banyak sekali ya, jika 15 Menit Bisa dapat 5 Ekor, berarti Profitabilitasnya hanya butuh 3 menit per 1 ekor ikan. Btw Soal lahan warga yang beririsan dengan HGU tadi, apa disana tidak terjadi konflik kah ?
Makasih mas ruly. Sungguh beruntung pernah dapat kesempatan kayak gini. 😀
Kalau konflik sampai rusuh sih ga pernah mas. Jadi emang bisa diselesaikan melalui perusahaan yang dimediasi oleh desa. Aturan tentang pengolahan lahan rumit dan panjang.
Ikannya gede-gede Mas, puas banget tuh makannya, apalagi masih segar-segar karena baru dipancing.
Bener banget mas. Ikan yang abis dipancing emang beda rasanya. Kalau orang nyebut ikan sekali mati. Jadi ga kelamaan disimpan
Sebuah pengalaman hidup yang sangat berharga nih Mas Vay, bisa berkunjung ke banyak desa di Pulau Kalimantan. Bertemu dengan orang-orang hebat dan inspiring pula seperti Bang Luthfi yang kini mengabdi di ranah militer sebagai prajurit batalyon ^^
Ngomongin ikan patin. Paling enak kalau ditim. Tim patin mas vay, pake bawang pre dan wortel agak banyakan, kuahnya dibikin light….Dan ikan dari sungai kapuas ini gemuk gemuk betul. Dagingnya semlohai kelihatan seger. Ini kalau di Jakarta mahal nih sepinggan gede kalau di resto resto hehehhe
Aku sangat bersyukur bisa mendapatkan kesempatan kayak gini mbul. Hidup di desa yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Berkenalan dengan banyak orang, diterima dengan baik juga jadi pengalaman tersendiri.
Ini ikan patin dibumbu kuning yaa? kalau ibuku biasanya bikin itu. ditambahi dengan belimbing wuluh. Jadi ikan patin terasa lebih segar. Ikan di jakarta mahal, kalau di pesisir sungai atau laut, ikan jadi lebih murah dan lebih segar.
Salam tim ikan..hahaha
Ternyata mas Vai masih di Kapuas ya. Tentunya sebuah pengalaman yang berharga. Alhamdulillah selama disana diterima masyarakat lokal dengan baik, mungkin karena mas Vai baik hati dan ganteng
Enak tuh ikan bakarnya, apalagi kalo bakarnya habis mancing langsung, jadi masih segar.
Sudah di Jawa lagi mas. Cerita tahun lalu. Senang bisa diterima dengan baik. Mungkin baik iyaa, tapi kalau ganteng perlu ditanyakan lebih lanjut mas agus..hahahhaa
Kalau langsung dimasak setelah dipancing biasa dikenal dengan mati sekali. Kalau udah disimpan dan mengalami mobilitas biasa dikenal dengan mati berkali-kali. Kualitas segarnya sudah berkurang 😀
Mas Vay, mantep banget dah! Apa ikan patin itu salah satu ikan yang sering diolah sama masyarakat yang tinggal dekat sungai Kapuas ya Mas?
Bener mas firdaus, ikan patin biasa jadi konsumsi masyarakat. Selain itu ada ikan tomang juga. Ukurannya bisa lebih besar dari ikan patin dan banyak ditemukan di sungai-sungai kalimantan.
Padahal aku menantikan penampakan ikan bakarnya pas udah jadi mas, eh nggak ada. Padahal udah siap-siap ngiler aku tuh
Lihat gambar sungainya tenang banget itu, ada binatang buas kaya buaya atau ularnya nggak mas?
Dan aku baru ingat kalau ikan bakarnya lupa difoto.
Menurut warga di sana, belum pernah ditemukan buaya di aliran sungai itu. Sungai Kapuas ini jadi jalur transportasi. Jadi banyak perahu yang lewat sungai ini
Sebagai pecinta ikan aku pun juga suka ikan yang diolah dengan apa ajah kak, pas kakak bisa nikmatin ikan setiap hari dengan olahan yang berbeda-beda rasanya ngiler lho kak
Apalagi ikan segar yang abis diambil dari sungai atau laut. Hidup di pulau bisa memberikan kesempatan lebih besar untuk makan ikan setiap harinya 😀
makasih sudah berkunjung 😀
Aku adalah anak yang kalau mau liburan ke daerah pantai atau desa-desa selalu mencari makanan ikan nya. Tapi karena ini ikan dari kolam, ini termasuk ikan budidaya yang dikelola warga lokal atau ikan alami aja ya mas vai?
Setuju, berarti kita sama. Suka makan ikan. Kamu perlu main ke pulau. Ikan laut sangat bagus untuk dikonsumsi..hihihi
ini sih budidaya. Yang kelola warga atau perangkat desa. Jadi bibit ikan dimasukkan ke dalam kolam.
kalau yang berada di sungai atau danau. Ikan ditaruh dalam keramba yang dipasang di sungai. Aku sudah pernah nulis tentang budidaya ikan patin di keramba
Memang bagian leher dan kepala ikan patin itu terdebest, mas, minyak ikan nya itu lhoo, kenyal-kenyal gemoy gitu ya, itu juga bagian favorit saya kalau menyantap ikan patin…
Leher ikan patin jga terkenal besar. Minyak ikannya banyak. Tapi tetap ga boleh berlebihan sih. Kalau berlebihan bisa bikin pusing juga. Kalau ingin mendapatkan minyak ikan, sebaiknya dimasak dengan kuah. Seger dan minyak ikannya jadi lumer ketika digigit.
Banyak hal yang mas Vay ceritain dari tulisan ini, dan yang paling utama adalah cerita ikan patin bakar. Tapi saya tertarik dengan cerita tentang Mas Luthfi. Asal Kendari, merantau ke Papau, lalu ditugaskan di Sumatera, menetap di desa Marsedan, dan ketemu jodoh yang ortunya berasal dari Semarang. Sungguh perjalanan panjang.
Perjalanan wisata ga selalu tentang destinasi, tetapi juga orang-orang yang kita jumpai dalam perjalanan itu sendiri.
Kalau baca cerita dari kapuas tuh kyaknya interaksi sosialnya tuh sederhana tapi hangat. Btw aku kalau lagi dinas ke daerah sulawesi atau maluku juga jadi suka makan ikan. Kayak seger gitu ikannya.
Nah ini, ada kesempatan keluar jawa dan hidup di pulau. Jangan lupa makan ikan hasil tangkapan dari daerah tersebut. Kmungkinan besar akan mengubah pandanganmu terhadap ikan. Betapa nikmatnya makan ikan :9
Ihh, seru banget cerita tentang memancing ikannya. Memang kalau orang sudah ahlinya, seperti misalnya memancing atau menangkap ikan, ya..hasilnya sudah pasti tidak akan mengecewakan. Dan hitungan waktu lima belas menit dapat menangkap lima ikan menurutku amazing hehe.
Dan satu lagi, jadi kenikmatan dan kebersyukuran tersendiri ya, dapat menyantap ikan segar begitu secara langsung, serta dapat berada di daerah pesisir sungai.
Ahh, ikut senang.
Aku yang ga hobi mancing jadi tertegun. Enak juga yaa mancing kalau dapat ikannya cepat kayak gini. Melihat mancing seperti itu jadi kepikiran mancing itu mudah, padahal ga semudah yg dipikirkan juga 😀
Beneran baru tau kalau bagian atas ikan itu paling banyak mengandung vitamin, was selama ini bagian itu selalu aku hindari wkwkwk
Wahh apakah sekarang saatnya mulai maksa untuk menyukai bagian atas ikan?
Cobalah makan bagian leher dan kepala ikan. Nanti kamu bisa merasakan minyak ikan. Apalagi kalau ikan lagi bertelur, bisa dimakan sekalian telurnya. Tapi ingat, ga boleh berlebihan, yg berlebihan itu ga baik..wkwkwk
Ikan patin fav ku jugaaaaa mas . Tapi blm pernah yg dibakar gitu aja. Biasanya aku makan yg dimasak gulai, atau pindang. Paling sukaaaa ikan ini Krn dagingnya tebel, durinya ga ganggu .
Di JKT untungnya ada restoran ikan patin yg dimasak dalam bambu. ENAAAK bgt, dukuh udah lama ga makan kesana
Udah kebayang sih, itu ikannya pasti seger yaaa, baru ditangkap LGS di masak
Ikan aptin emang ga pernah mengecewakan 😀
aku belum pernah makan ikan patin yang dimasak dalam bumbu. Lokasinya dimana mbak fanny? siapa tahu kapan-kapan bisa singgah ke sana 😀
Yaampun, aku terharu baca ucapan Bang Luthfi :'( semoga amanahnya menjadi berkah untuk Bang Luthfi. Amiin.
Gimana rasanya makan ikan segar yang baru banget ditangkap, Kak? Rasanya beda nggak sih dengan ikan-ikan yang udah di pasar?
Aku belum pernah makan ikan patin 🙁 paling sering makannya lele, lelenya di goreng terus dicocol sambal hahaha. Ikan patin dagingnya amis seperti nila, nggak?
Kalau ikan segar biasanya disebut ikan mati sekali. Jadi rasanya beda dengan ikan yang diawetkan. Sekali-kali lia bisa coba 😀
Itu ikan lele yang dimakan dulu bagian ekornya yaa..?wkkwkwk
aku juga suka ikan lele. Tapi lebih suka ikan patin. Kalau mau makan ikan patin bisa dibumbu kuning (ada kuahnya). Nah itu seger banget. Kapan-kapan bisa kamu coba 😀
aku lagi mikir, udah atau belum ya makan ikan patin hahaha
sumpritt, aku ga pernah hapal pernah makan ikan yang namanya memang jarang disebut keluargaku.
mungkin kalau dibumbu kuah kuning pernah, karena aku sendiri ga pernah nanya nama ikan apa kalau pas makan menu ikan hahaha
apalagi kayak di warung, tinggal nunjuk nunjuk aja ikannya
Ikan patin sangat enak dibumbu kuning mbak ainun. Segarnya lebih berasa. Ikan patin itu bentuknya mirip dengan ikan lele. Tapi ukurannya lebih besar.