Seperti Hari Minggu sebelumnya, pagi itu menyempatkan diri untuk bersepeda. Tapi kali ini ada yang berbeda. Jika biasanya bersepeda untuk menempuh jarak dan waktu tertentu, pagi itu aku bersepeda untuk hunting foto bersepeda di Kota Semarang. Jadi rute bersepeda hanya di pusat kota yang biasa digunakan sebagai rute bersepeda bagi kebanyakan orang Semarang.
Tempat pertama yang aku datangi adalah sebuah perbukitan. Tempat ini bukanlah jalur pesepeda. Meskipun terdapat sebuah tanjakan yang sangat menantang untuk dilewati. Bagi yang suka dengan jalur tanjakan, mungkin tanjakan ini adalah pilihan yang tepat untuk melatih lutut para pesepeda. Bahkan, banyak pesepeda di Kota Semarang memasukkan tanjakan ini dalam rute 7 uphill in Semarang. Aku di sini tidak untuk mencicipi tanjakannya, tapi untuk hunting foto matahari terbit.
Padahal angka jam digitalku baru menunjukkan pukul 05:38, tapi matahari sudah terbit dan warna jingga sudah meluas dan menyapu warna gelap sisa-sisa semalam. Saat berangkat aku mengira bakal mendapatkan matahari yang baru terbit di ufuk timur, tapi ternyata perkiraanku salah. Matahari sudah jauh meinggalkan garis cakrawala. Mungkin ini efek dari posisi matahari yang berada di dekat garis khatulistiwa bumi. Sehingga matahari terbit lebih awal dan siang hari terasa lebih terik dari biasanya.
Baca Juga: Hunting Foto di Rawapening
Aku menikmati pemandangan daerah pusat Kota Semarang. Banyak gedung bertingkat berdiri. Di kejauhan terlihat Pelabuhan Tanjung Emas dan Laut Jawa yang menjadi garis batas di bagian utara Kota Semarang. Sedangkan di bagian selatan, Kota Semarang berbatasan dengan barisan pegunungan yang berada di Kabupaten Semarang. Di bagian selatan Kota Semarang di dominasi dengan perbukitan. Makanya tidak aneh jika di Semarang terdapat banyak jalan menanjak. Jalur menanjak seperti ini tidak aku temui ketika bersepeda di Bekasi dan Jakarta.
Perjalanan berlanjut menuju kawasan Simpang Lima. Jaraknya tidak terlalu jauh. Aku memilih melewati Jalan Pahlawan sebagai ruteku. Selain sebagai salah satu jalan protokol di Kota Semarang, jalan ini juga menyimpan banyak cerita di masa lalu. Pada masa Hindia Belanda, Jalan Pahlawan dikenal dengan nama Oei Tiong Ham Weg (Jalan Oei Tiong Ham). Oei Tiong Ham merupakan seorang saudagar gula kelahiran Semarang. Dari seorang ayah kelahiran China dan ibu seorang pribumi. Usaha yang berkembang pesat pada masa itu membuatnya dijuluki sebagai Raja Gula dan orang terkaya di Asia.
Kebun dan pabrik gula tersebar di berbagai daerah di Pulau Jawa. Selain gula, Oei Tiong Ham juga menjalankan berbagai bisnis yang dikelolanya dalam satu perusahaan induk, yaitu Oei Tiong Ham Concern. Karena sosoknya yang begitu termashyur dan dihormati pada masa itu, oleh sebab itu, pemerintah kolonial Hindia Belanda menyematkan namanya pada sebuah jalan protokol yang terletak di dekat rumahnya. Mungkin lebih tepatnya istana, karena saking luasnya rumah yang dia tempati.
Lapangan Pancasila, atau yang dikenal dengan Simpang Lima terletak di ujung Jalan Pahlawan. Mulai dari Jalan Pahlawan hingga Simpang Lima sudah banyak ditemui para pesepeda. Biasanya pada Hari Minggu, kedua tempat ini digunakan sebagai kawasan Car Free Day (CFD). Namun sejak pandemi masuk Indonesia, kegiatan CFD ditiadakan. Meskipun tidak ada CFD, petugas tetap memberi batas untuk memisahkan jalur sepeda dan kendaraan bermotor lainnya. Kawasan Simpang Lima memang menjadi tujuan bersepeda. Selain itu, banyak komunitas sepeda menggunakan Simpang Lima sebagai titik kumpul. Karena banyak pesepeda di kawasan ini, maka tidak salah jika kawasan ini bisa jadi tempat hunting foto bersepeda di Semarang.
Pagi itu, banyak warga yang beraktivitas di kawasan Simpang Lima. Tidak hanya bersepeda, tapi juga jogging dan jalan santai. Mereka berolahraga dengan menggunakan masker dan (terkadang) jaga jarak. Olahraga memang sangat penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh, tapi jangan lupa untuk tetap jaga jarak dan menggunakan masker agar tidak tertular virus.
Aku mengambil posisi yang tepat untuk mendapatkan foto yang menarik. Pagi itu aku fokus pada aktivitas bersepeda. Yang menjadi targetku adalah pesepeda yang memiliki penampilan yang unik. Bisa saja perorangan atau dalam bentuk kelompok. Selain itu, ada momen-momen yang terjadi begitu cepat. Sehingga sebisa mungkin aku tidak boleh melewatkan momen tersebut.
Sekitar pukul 06:45, para pesepeda mulai meninggalkan kawasan Simpang Lima. Aku pun juga melanjutkan perjalanan menuju kawasan Kota Lama, Semarang. Kawasan ini memang sangat ikonik di Kota Semarang. Banyak bangunan peninggalan masa kolonial yang masih berdiri dan terawat dengan baik. Para pesepeda pun akan menyempatkan diri untuk melewati kawasan ini. Makanya tidak salah jika Kota Lama bisa dijadikan sebagai tempat hunting foto bersepeda di Kota Semarang.
GPIB Imannuel atau yang lebih dikenal dengan nama Gereja Blenduk menjadi ikon Kota Lama dan selalu dijadikan latar untuk foto ramai-ramai. Pagi itu beberapa grup sepeda foto bersama dengan latar gereja ini. Gereja Blenduk ini usianya sudah lebih dari 200 tahun dan masih berdiri dengan kokoh. Selain itu, jalan utama yang ada di Kota Lama merupakan bagian dari Post weg (Jalan Raya Pos) yang dibangun pada masa kekuasaan Gubernur Jenderal Daendels.
Baca Juga: Bersepeda Semarang-Gubug-Stasiun Tuntang-Semarang
Sekitar pukul 07:40 aku memutuskan untuk pulang. Mungkin perjalanan pulang akan menghabiskan waktu sekitar 1 jam perjalanan. Aku bersepeda sendirian. Temanku saat itu tidak bisa ikut karena bangun tidur kesiangan. Dalam perjalanan pulang itu, aku juga mengikuti jalur khusus sepeda yang baru saja diresmikan. Meskipun jalur khusus sepeda, ternyata masih banyak motor dan mobil menggunakan jalur tersebut. Bahkan ada mobil yang menggunakan jalur tersebut sebagai tempat parkir.
Dalam perjalanan pulang, aku berpapasan dengan rombongan pesepeda. Seorang pesepeda perempuan dengan sepeda lipatnya yang berwarna biru langit melaju paling depan. Dia menggunakan kacamata hitam untuk melindungi indera pengelihatannya dari silaunya matahari pagi. Sudah menjadi sebuah kebiasaan jika bertemu dengan pesepeda lainnya, pesepeda akan memberikan salam untuk saling menyapa.
“Kring..kriing.” Berharap perempuan tersebut mendengarkan bunyi bel sepedaku sebagai salam dari aku. Tanpa membunyikan bel, pesepeda perempuan menyapaku dengan cara menoleh dan tersenyum ke arahku. Tentu saja aku membalas senyumnya. Bibirnya tersungging, lesung pipinya terlihat. Meskipun jarak kita sekitar berseberangan. Senyumnya terlihat sangat manis. Panasnya matahari tidak mampu menahan laju senyumannya.
Kejadian yang terjadi dalam waktu sepersekian detik itu membuat lebih semangat dalam mengayuh agar segera sampai di rumah. Terima kasih untuk senyumnya pagi itu. Aku utang rasa di pagi itu.
Semarang, 15 November 2020
38 comments
Wedeww bisa bangettt tebar pesonanya, masss
Kenapa wanita itu, kenapa nggak yang lainnya? Hayo kenapa? Hahahahaha. By the way, gerejanya bagus ya, nggak heran jadi latar foto banyak pesepeda
Jadi ingat kayaknya itu gereja yang mas Rivai kirimkan foto versi kartunnya ke saya, kan? hehehehe. Terus foto pesepeda yang dari depan bagus tone-nya mas
Mungkin efek menjelang siang, akhirnya jadi semangat ketika berpapasan dengan pesepeda lainnya..hahahhaa
Bisa jadi karena kebiasaan ngasih bel sepeda ketika ketemu pesepeda lain..hahahaha
benar sekali mbak. Itu gereja blenduk. Bangunan tertua yang ada di kotalama. Nanti bakal aku cetak dalam bentuk postcard. Dan akan aku kirim ke beberapa teman yang berminat..heheheee
Edit foto dipersembahkan oleh adobe lightroom..hahhaa
Mas Rivai bisaan ambil fotonya pada jelas padahal kalo orang sepedaan kan pasti bergerak, tapi foto-fotonya ga ada yang blur
Gereja Blenduk walaupun bangunan tertua tapi sepertinya dirawat dengan baik yaa? Warna temboknya masih bersih kinclong gitu senang liatnyaa..
Btw mau ngakak endingnyaaaa duh langsung semangat abis disenyumin Mbaknya cobain nanti sepedaan lewat jalan yang sama Mas Rivai, siapa tau ketemu lagi
Hahahaa…banyak yang blur kak, tapi khan ga ditampilkan. Yang ditampilkan yang lumayan bagus aja…hehhehee
Gereja blenduk itu bangunan paling tua yang ada di kota lama dan termasuk dalam bangunan cagar budaya. Masih digunakan untuk beribadah umat nasrani.
Hahhaa. Dunia sepeda dan perjalanan memang begitu. Banyak hal yang tidak ketahui akan bertemu apa dan siapa dalam perjalanan.
Itu jalan utama, jadi agak susah kalau untuk mencari kesempatan untuk ketemu..hahahaha
kamu memang andal dalam hal-hal beginian (baca : 2 paragraf terakhir).
hunting fotonya asyik juga ya, di masa pandemi ini, sudah mulai rame lagi kotanya. semoga kita semua selalu sehat ya. aamiin.
Aku cuma ingin merasakan segala sesuatu yang ditemui dalam sebuah perjalanan kak. Khan kita ga pernah tahu apa yang bakal kita temui dalam perjalanan 😀
Aamiin, semoga kota ini segera baik lagi
Aku pernah iseng minggu pagi motret pesepeda di Simpang Lima Semarang. Ada banyak yang gowes pas pagi. Ini sebelum masa pandemi loh, ya heeee
Kalau sebelum pandemi mesti ramai sekali mas. Jalanan dipenuhi dengan warga yang cfd. Jadi udah ga hunting sepeda, tapi hunting foto kegiatan cfd..wkwkwk
Saya sering agak lupa kalau konteksnya hunting foto. Jadi beberapa kali sering nyamain foto dengan deskripsinya. Misalnya “Aku mengambil posisi yang tepat untuk mendapatkan foto yang menarik.” terus ada foto yang seakan mengambil objek pesepeda perempuan ditengag pesepeda lainnya
Kemudian deskripsi “Seorang pesepeda perempuan dengan sepeda lipatnya yang berwarna biru langit melaju paling depan” tapi yang ditampilkan foto seorang Bapak yang menggonceng (saya asumsikan) anaknya yang pake bendera Indonesia.
Tapi saya ngambil kesimpulan dari line epilog, kayaknya perempuan yang dideskripsikan itu adakah foto pertama yang objeknya perempuan. Kacamata hitam dan sepeda biru
Makasih mas rahul karena telah singgah di sini.
Jadi foto yang aku publish tidak semuanya mewakili apa yang aku tuliskan. Memang yang dituliskan terkadang lebih kompleks.
Foto-foto itu sejatinya untuk mewakili suasana saat itu. Dan benar adanya ketikak seseorang berburu foto, salah satu hal yang mesti diperhatikan adalah pemilihan lokasi yang tepat untuk mendapat foto-foto yang bagus dan bercerita.
Begitu juga dengan pesepeda perempuan yang aku temui di perjalanan pulang, tidak ada foto yang terambil. Karena emang saat itu fokus untuk perjalanan pulang. Bukan untuk berburu foto. 😀
Kangennya sama simpang lima ketemu blog ini lumayan membawa nostalgia
Simpanglima sekarang banyak berbenah mbak. Selalu jadi tujuan warga untuk menikmati suasana kota semarang
Bangunan gerejanya bagus ya, Kak suka deh aku lihatnya. Masih berdiri kokoh padahal umurnya udah 2 abad. Wow~ keren sekali! Kelihatan sekali terawatnya.
Kawasan Semarang juga asik sekali dikelilingi alam ya, satu sisi ada laut, satu sisi ada gunung. Suhu udara di sana dibanding Jabodetabek apakah lebih sejuk?
Gereja blenduk jadi ikon di kawasan kota lama dan sudah terdaftar sebagai bangunan cagar budaya 😀
Kalau di daerah dekat kota atau dekat pantai udaranya lebih panas. Kata orang jakarta lebih panas dibandingkan jakarta. Sedangkan daerah perbukitan lebih sejuk.
Foto2nya bagus2 banget Mas Rivai. Suasana Semarang yg penuh orng bersepeda nya dapet banget. Sayang foto sunrise-nya ga terlalu jelas yaaa..
Buat aku yg belum pernah ke Semarang, liat2 tempat yg dikunjungi Mas Rivai bikin penasaran suatu saat bs main ke sana juga, mulai dr Simpang Lima, berfoto di depan gereje bleduk, dan tempat2 lainnya.
kalau pas CFD bakal semakin ramai mbak thesa. Berhubung pandemi, kegiatan cfd dihilangkan.
Ayo mbak thesa main ke semarang, banyak tempat yang bisa dikunjungi. Kulinernya juga sangat perlu dicicipi 😀
Foto yang pakai bendera bagus. Pas momennya.
Banyak banget yang olah raga sepeda sekarang ya.
paling senang itu nunggu dan memotret momen yang lewat. Mungkin itu serunya hunting foto 😀
Tapi sebetulanya foto tersebut jaraknya terlalu dekat, dan sedikit kurang fokus.
ini sudah berkurang dibandingkan ketika pas booming pertengahan tahun lalu 😀
YESSSS,, still remember this place…
Kangen banget sama simpang Lima… kawasan Pahlawan.. Ya ampun.. kemarin pas awal 2019 ke Semarang nggk smpet kemana2… cuma ngedekem di kawasan GunungPati, sama muter2 daerah sampangan.. hahah
Dulu pas zaman kuliah masih sering salah belok kalau udh smpe kawasan simpang lima.. hahahaha.. padahal tujuannya kalau ke bawah paling ke toko kimia Indrasari yg ramai itu…
CFD di simpang lima seru sih… rame banget… banyak jajanan… nongkrong di tengah lapangannya smbil duduk diatas rumput breng temen2 kis.. hahah
Makasih Rivai buat foto yg berhasil bawa saya kembali bernostalgia.. mweheheh.
daerah sampangan-gunungpati sekarang sudah ramai mas. banyak tempat nongkrong dengan harga yang terjangkau..hahhaha
Duh, toko kimia indrasasri ga pernah sepi yaa mas. Beberapa kali ke sana selalu saja ramai. Toko kimia paling terpercaya di kota semarang 😀
teman2 KIS…?Kelas Inspirasi Semarang yaa?
duduk di lapangan simpang lima itu seru, apalagi kalau cuacanya cerah. Kita bisa melihat gunung ungaran. Saat ini cfd sedang tidak diberlakukan mas. Tapi masih banyak warga kota yang berolahraga di simpanglima dan sekitarnya. 😀
Sama-sama mas Bayu. Selamat bernostalgia 😀
Gereja Blenduk ini emang ikonik banget ya buat pepotoan. Kayaknya ke Semarang belum lengkap rasanya kalau belum photo minimal 1 kali dengan latar Gereja Blenduk. Hahhaha
Oh baru tau sekarang ada jalur khusus sepeda di Kota Lama. Awal tahun sebelum pandemi ke Kota Lama sepertinya belum ada.
Duh, bacain 3 paragraf terakhir jadi ikutan senyum-senyum sendiri. Pasti seneng banget tuh perjalanan pulangnya dapet senyuman penambah semangat. Hehehe
bentuk kubahnya membuat gereja ini lebih dikenal dengan nama gereja blenduk 😀
Jadi salah satu ikon di kota lama, semarang. Kelak kalau kak Ria datang ke semarang, jangan lupa untuk ke kota lama…hahahhaa
Jalur khusus sepeda di kota lama belum ada. Tapi melewati kota lama sudah menjadi kebiasaan para pesepeda semarang 😀
Aku juga ga menyangka. saking menikmati perjalanan pulang..wkwkwk
Aturan ga tertulis para pesepeda ya mas ;).
29-31 dec aku stay di Semarang. Ntr mau datangin Lawang Sewu Ama gereja blendhuk ini. Udah lama denger, tp blm pernah ngeliat lgs :). Tua juga umur gerejanya yaa mas. Tapi masih terawat baik.
Aku suka semarang karena banyak bangunan2 heritage nya itu. Ingetin Ama Penang.. tapi selain mau datangin gedung2 tuanya, aku jg pgn jelajah kuliner Semarang nanti 😉
Ada rekomendasi mas?
Selamat datang di semarang mbak fany. Aku lagi ga di semarang dan baru balik tahun depan. Kalau di semarang, mungkin bisa ngopi bareng..hahahhaa
Iyaa, kawasan kotalama juga sudah didaftarkan sebagai world heritage unesco. Makanya direvitalisasi oleh pusat dan pemkot.
Kota semarang pada masanya pernah jadi salah satu pelabuhan penting di pulau jawa.
Kalau kuliner bisa coba lumpia gang lombok, makanan di daerah pecinan juga banyak khas. Pasar gang baru juga menarik dikunjungi di pagi hari.
Kalau pengen camilan bisa coba leker paimo. Saranku sudah dilokasi sebelum jam 9 pagi dan beli jangan cuma satu. Karena bakal nyesel karena biasanya antrinya panjang. Jadi datang sebelum jam 9.
kemudian bisa cobain eskrim di toko oen. Es krim rasa jaman dahulu, Selain itu juga jualan makanan yang enak.
Ehhh aku jadi mampir di lapakmu saat nyari rute2 nyepeda si SMG… Bravo ya bro sehat selaluu
iyaa mbak berta, kapan-kapan kita sepedaan bareng yaa 😀
senengnya pagi pagi bisa bersepeda seperti ini, rame juga ya. Apalagi kalau melihat pesepeda yang lain pada semangat, seneng liatnya
pengen gitu kalau pas CFD bisa gowes bareng temen, lahh sepedaku ilang dari jaman SMP dan ga pernah gowes lagi sejak saat itu sampe sekarang
Wah, wah, baca ini ku jadi kangen Semarang. Laluuuu, aku melirik sepedaku yang sekian lam menganggur
Bro Rivai kayaknya bener-bener niat mau menikmati setiap momen pas lagi hunting foto yah..
Gw juga sebenernya tertarik sama kegiatan hunting foto, tapi baru kesampean 2 kali eh udah keburu ada pandemi..
Tapi sayangnya sejauh ini belom bener2 ketemu momen yang unik pas lagi hunting..
Beda ngga kayak temen gue, dia pernah dapet momen unik pas lagi hunting di wihara..
Dapet foto dua biksu yang bersahabat akrab, mereka jalan sambil saling gandengan dengan akrab..
Kayaknya kalo kolaborasi seru juga nih bro..hehe..
aku termasuk percaya yang namanya sebuah pola kak. Semua terjadi karena sebuah pola tertentu. Memang untuk memahami sebuah pola perlu waktu. Begitu juga pas hunting foto. sebuah momen pasti terjadi sebuah pola..nah itu yang mesti dipahami ketika hunting foto..hehhehee
aku sering memanfaatan pola-pola yang terjadi…hehehhee
Ayo siap kalau mau hunting bareng. Tapi belum bisa dalam waktu dekat. Aku lagi di kalimantan, ada kerjaan di sin. Nantilah kalau pas ngantor di bekasi. bisalah hunting bareng…hehehehe
Hmm.. pola ya ?
Gue belom terlalu ngerti sama apa yg lo maksud soal pola..
Kalo gue percayanya sama “algoritma semesta”, jadi misalnya contohnya gini, kalo kita banyak berpikir atau ngelakuin sesuatu hal nanti semesta bakal banyak ketemuin kita sama orang yang cara pikir atau cara merasanya mirip kayak kita..
Ini salah satu contoh aja sih..
Kira2 pola atau algoritma semesta yang kita maksud sama ngga nih?..hehe
Tadinya sebelom pandemi udah ada niatan mau isi feed IG sama hunting foto kayak foto-foto yang ada di blog lo ini..
eh, udah keburu musim Covid-19..hehe .
Okesip, berkabar aja ya kalo mau hunting foto bareng..
Beda sih, algoritma semesta khan berhubungan dengan kekuatan pikiran. Kalau pola apa ya. Aku kasih contoh aja sebuah pola yang terjadi di sekitar kita seperti KRL yang datang di stasiun manggarai pada jam sekian, kemacetan yang terjadi di sebuah ruas jalan pada pagi dan sore, polisi yang mengatur lalu lintas setiap pagi dan sore, tukang sayur yang datang tiap jam 9 pagi, dll. Itu mungkin terlihat sebuah kejadian biasa, tapi semua kejadian itu memiliki pola. Coba kak febi lihat di artikel hunting foto di rawapening. disana aku menunggu kereta api yang lewat pada pukul 09:30. Kami memperhatikan pola yang terjadi, yaitu pukul 09:30 akan ada kereta yang melintas. Kalau aku ga memperhatikan pola kereta tersebut, mungkin aku akan datang pada pukul 10:00. dan akhirnya tidak mendapatkan momen kereta api lewat..hehhehehe
hehee..semangat untuk hunting foto mbak febi. Kalau mau hunting jangan lupa pake masker 😀
iyaa siap, nanti kalau pas udah di bekasi..hehehe
Sebelumnya makasih buat foto-fotonya Mas, saya selalu senang sama setiap hal yang berbau Semarang. Kadnang malah nontonin video di Youtube soal pemandangan Semarang sekedar buat nostalgia sama Semarang yang ngangenin.
Dulu saya pernah kuliah di Semarang, tapi belum ada kesempatan buat sekedar liburan ke Semarang. Kadang malam minggu suka nongkrong juga di Simpang Lima, dulu masih ada berbagai penjual di lapangannya 😀
Semoga bisa terus foto-foto tentang Semarang., Mas …
Salama kenal 😀
Waah, terima kasih mas edo telah singgah di sini 😀
kalau masih menikmati simpang lima dengan berbagai pedagang, berarti dulu di semarang sekitar awal tahun 2000-an. Karena setelah itu, semua kegiatan perdagangan dilarang 😀
Nanti bakal sering cerita tentang semarang 😀
Foto anak-anak kecil bersepeda BMX itu bikin saya senyum, Mas. Waktu kecil seru banget tuh boncengan kayak gitu. 😀 Kalau bertiga, satu orang duduk di stang. Hehehehe…
Kalau sepeda dewasa, satunya duduk di frame sepeda. Tugasnya pegang stang. Kemudian yang tengah bagian genjot sepeda. Yang belakang teriak-teriak kasih semangat
Biasanya liat orang banyak bersepeda seperti ini hanya saat CFD saja, tapi sudah setahun lebih CFD ditiadakan.
Fotonya bagus-bagus mas, apalagi foto yg anak kecil naik BMX yg digrid dengan foto lain. Seperti menunjukkan before after setelah beberapa tahun kemudian, tapi sayanya yg dibonceng gak kunjung jadi dewasa malah jadi makin kecil hehe
Kunjungan pertama, Salam kenal
Makasih mas 😀
Sudah lebih sari satu tahun gada cfd lagi. Tapi aktivitas olahraga di akhir oekan selalu ramai mas. Terutama yang bersepeda. Aktivitas olahraga tetap.lanjut denga protokol kesehatan