Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the soledad domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/masvayco/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114
Ereveld Kalibanteng: Makam Kehormatan Korban Perang - Rivai Hidayat

Ereveld Kalibanteng: Makam Kehormatan Korban Perang

by Rivai Hidayat
Ereveld Kalibanteng

Ereveld Kalibanteng merupakan satu dari dua erveld yang ada di Kota Semarang. Satu ereveld lagi adalah Ereveld Candi. Kedua ereveld ini termasuk dalam rute walking tour teman-teman Bersukaria. Ereveld Kalibanteng termasuk rute spesial. sedangkan Ereveld Candi termasuk dalam rute Candi Baroe. Sudah lama aku mengincar rute Ereveld Kalibanteng. Rute ini bukanlah rute yang tiap bulan selalu ada. Mungkin hanya beberapa kali dalam satu tahun.

Sekilas Tentang Ereveld
Erevend merupakan makam kehormatan Belanda bagi korban perang dunia ke-II (1941-1945) dan korban perang revolusi (1945-1949). Tidak hanya warga negara Belanda, di ereveld juga dimakamkan korban perang yang berasal dari Indonesia. Awalnya, di Indonesia terdapat 22 ereveld yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Namun sekitar tahun 1960, korban perang yang berasal dari ereveld di luar pulau Jawa dipindahkan ke beberapa ereveld yang terletak di Pulau Jawa.

Yang awalnya berjumlah 22 dikurangi menjadi tujuh ereveld. Yaitu Ereveld Ancol (Jakarta), Ereveld Menteng Pulo (Jakarta), Ereveld Kembang Kuning (Surabaya), Ereveld Leuwigajah (Cimahi), Ereveld Pandu (Bandung), Ereveld Candi (Semarang), dan Ereveld Kalibanteng (Semarang). Total jumlah korban perang yang dimakamkan di tujuh ereveld berjumlah sekitar 25.000 jiwa. Sekitar 80% adalah warga sipil, dan militer sebesar 20%.

Peseerta Walking Tour

Tujuh ereveld ini dikelola oleh Oorlogsgravenstichting (Yayasan Makam Kehormatan Belanda) atau OGS yang berkantor pusat di Den Haag, Belanda. Sejak tiga tahun yang lalu, semua ereveld di Indonesia terbuka untuk umum (07:00-17:00). Masyarakat bebas masuk area makam. Hanya perlu ijin kepada pengelola masing-masing ereveld. Tidak dipungut biaya alias gratis. Masyarakat diwajibkan untuk menjaga kebersihan dan ketertiban selama berada di ereveld. Menurut Pak Robbert van der Rijdt, direktur OGS untuk Indonesia, dengan dibukanya semua ereveld diharapkan masyarakat, khususnya generasi muda mengetahui tentang sejarah di masa lampau.

Ereveld Kalibanteng
Ereveld Kalibanteng diresmikan pada 22 April 1949. Sekitar tahun 1960-an, di Ereveld Kalibanteng dilakukan pemakaman kembali dengan tambahan jenazah korban perang dari Tarakan, Balikpapan, Palembang, dan Makassar. Di ereveld ini dimakamkan sekitar 3.000 korban perang. Sebagian besar adalah perempuan. Oleh sebab itu, ereveld ini disebut juga dengan ereveld perempuan. Di ereveld ini dibangun empat monumen sebagai bentuk penghormatan. Yaitu Monumen Perempuan, Monumen Anak, Monumen Perempuan Tidak Dikenal, dan Monumen Kehormatan.
Baca Juga: Bertualang Di Perkebunan Malabar

Monumen Perempuan dibangun sebagai bentuk penghormatan kepada para korban perang dari kaum perempuan. Monumen tersebut berupa patung dua perempuan yang sedang memegang anak kecil. Patung ini menggambarkan seorang perempuan yang sedang menguatkan perempuan lainnya yang berada di situasi sulit yang mereka alami ketika hidup di kamp konsentrasi pada masa perang dunia ke-II. Di bawah patung tersebut tertulis kalimat bahasa Belanda hun geest heeft overwonmen yang berarti “Pikiran mereka telah ditaklukkan.”

Ereveld Kalibanteng

Monumen Perempuan

Para korban perempuan ini kebanyakan berasal dari beberapa kamp konsentrasi yang ada di Jawa Tengah. Seperti kamp konsentrasi Ambarawa, Banyu Biru, Lampersari, Halmahera, Bangkong, Gedangan, dan Karangpanas. Kamp konsentrasi ini biasa dikenal dengan nama kamp interniran, yaitu sebuah kamp konsentrasi yang dikhususkan untuk warga sipil. Meskipun warga sipil, seringkali mereka diperlakukan buruk oleh tentara Jepang.

Monumen Anak

Di dekat Monumen Perempuan terdapat Monumen Anak atau Monumen Jongenskampen. Monumen ini dibuat oleh Anton Beysens untuk mengingat anak-anak muda yang meninggal pada masa perang dunia ke-II di Hindia Belanda. Patung ini digambarkan dalam bentuk seorang anak laki-laki yang kurus dan kurang makan yang memanggul cangkul di bahunya dan berdiri ditopang kapak. Tubuhnya hanya dibalut oleh selembar kain di pinggang. Ini adalah gambaran penderitaan anak-anak muda yang ditawan dan dipaksa untuk pekerja kerja paksa (romusha) oleh tentara Jepang. Para korban ini berasal dari berbagai kamp anak-anak (jongenskapen) yang ada di Jawa Tengah. Di bawah kaki patung tersebut terdapat tulisan Zij waren nog zo jong yang berarti “ Mereka terlalu muda”.

ereveld kalibanteng

Monumen Perempuan tidak dikenal

Di dekat tiang bendera, terdapat Monumen Perempuan Tidak Dikenal dan Monumen Kehormatan. Monumen Perempuan Tidak Dikenal merupakan bentuk penghormatan kepada para korban perempuan yang tidak dikenali. Kekejaman perang telah banyak menelan korban kaum perempuan. Banyak korban perempuan yang tidak bisa dikenali. Sedangkan Monumen Kehormatan dibangun sebagai bentuk penghormatan kepada para korban yang tidak dapat dimakamkan di ereveld atau makam kehormatan. Sebagaimana yang tertulis dalam batu peringatan yang terbuat dari batu marmer putih. Ter Eerbiedige nagedachtenis aan de vele ongenoemden die hun leven offeden en niet rusten op de erevelden yang berarti “Tanda peringatan dan kehormatan bagi mereka yang nama-namanya tidak dapat disebut, yang sudah mengorbankan dirinya dan tidak dapat tempat perhentian di taman-taman kehormatan.”

Monumen Kehormatan

Ereveld Kalibanteng memiliki tiga area pemakaman. Area laki-laki, perempuan, dan anak-anak. Nisan dikelompokkan sesuai dengan dengan agamanya. Seperti agama Kristen, Islam, Buddha, dan Yahudi. Selain itu, terdapat nisan yang sebagai penanda makam massal. Maksud makam massal di sini adalah tidak dimasukkan dalam satu lobang, namun jasad korban ditemukan dalam kelompok dan tidak diketahui antara identitas dan jasadnya. Sehingga ketika dimakamkan nisan diberi nama lokasi meninggalnya. Sedangkan nama-nama jenazah ditulis dalam satu nisan massal.
Baca Juga: Menelusuri Kuliner Di Pasar Gang Baru

Terdapat beberapa cerita terkait jenazah korban perang yang dimakamkan di Ereveld Kalibanteng. Salah satunya adalah meninggalnya seorang adik yang berusia tujuh bulan. Menurut cerita, ketika itu sang kakak dan adik sedang pergi bersama (mungkin dengan pengasuh atau keluarga lainnya). Di tengah perjalanan, Sang kakak pergi untuk  melihat pertunjukan di tempat lain dan meminta adiknya untuk pulang terlebih dahulu. Malang tidak dapat ditolak, terjadi sebuah kerusuhan yang mengakibatkan sang adik meninggal dunia.

Makam Tidak Dikenal

Sang kakak merasa sangat menyesal atas kematian sang adik. Seandainya mereka pergi bersama, mungkin sang adik tidak akan menjadi korban. Penjaga ereveld bercerita bahwa sang kakak pernah datang ke Indonesia untuk ziarah makam sang adik dan perasaan menyesal masih dia rasakan hingga saat itu. Untuk mengenang sang adik, sang kakak meninggalkan sebuah boneka kecil di nisan sang adik. Boneka kecil itu dirawat dan dijaga oleh penjaga ereveld.

Selain cerita tentang kakak-beradik, ada cerita lagi tentang seorang cucu korban perang yang datang dari Belanda untuk menjenguk makam sang kakek. Sang kakek ditemukan meninggal secara berkelompok bersama tiga rekannya. Tapi tidak diketahui yang mana jasad kakeknya. Akhirnya nama sang kakek ditulis dalam nisan massal. Sang cucu sangat terharu ketika menemukan makam sang kakek. Meskipun tidak diketahui mana pusara sang kakek diantara keempat pusara yang ada. Akhirnya, sang cucu mendoakan keempat pusara yang ada. Sebagai bentuk penghormatan kepada sang kakek dan korban perang lainnya, sang cucu juga mendoakan satu persatu secara bergantian pada sekitar 3000 pusara yang ada di Ereveld Kalibanteng.

Hampir setiap tahun selalu ada rombongan dari Negara Belanda yang berziarah ke Ereveld Kalibanteng. Meskipun mereka sudah sangat tua, mereka selalu menyempatkan untuk datang ke tempat ini. Sebagai bagian dari korban perang, tentu tidak mudah untuk datang ke tempat ini. Terjadi pergolakan emosi dalam diri mereka. Ada trauma yang timbul akibat kejamnya perang yang mereka alami dahulu. Tidak jarang mereka juga mengajak keturunan (anak dan cucu) mereka untuk berziarah ke makam leluhurnya. Itu merupakan salah satu bentuk penghormatan terdapat leluhur dan mengetahui sejarah keluarga mereka.

Salah satu sudut ereveld

OGS selaku pengelola ereveld memberikan kesempatan dan siap membantu keluarga atau kerabat korban untuk berkunjung dan berziarah ke makam anggota keluarganya yang menjadi korban perang. Banyak warga negara Belanda yang berkunjung ke ereveld ini untuk berziarah ke makam leluhurnya. Itu sebagai bentuk penghormatan mereka kepada leluhurnya.

Perjalanan walking tour di Ereveld Kalibanteng sangat menguras rasa emosionalku. Seringkali aku terdiam, membayangkan apa yang terjadi ketika masa-masa perang dunia ke-II. Kesempatan berkunjung ke Erevald Kalibanteng sebagai pengingat untuk menghargai kedamaian, kehidupan, penghormatan, dan wujud nyata sebuah kerugian besar akibat peperangan. Memang benar kata Fauzan, storyteller di walking tour kali ini, “Tiada sebuah peperangan yang diakhiri dengan peperangan.”

Meskipun tidak dipungut biaya dan terbuka untuk umum, beberapa hal yang mesti diperhatikan ketika berkunjung ke Ereveld Kalibanteng:

  1. Pengunjung wajib menjaga kebersihan, ketertiban, dan kesopanan.
  2. Dilarang makan selama berada di area makam.
  3. Mengisi buku tamu.
  4. Jika ingin mengunggah foto nisan, sebaiknya nama yang tertulis di nisan mesti diburamkan atau ditutupi. Hal itu untuk menghormati keluarga korban.
  5. Buang sampah di tempat sampah yang telah disediakan.

Kontak:
Yayasan Makam Kehormatan Belanda (Oorlogsgravenstiching)
Indonesia
Jalan Panglima Polim Raya 23, Jakarta
(021) 7207983
Belanda
Zeestraat 85
2518 AA Den Haag
Postbus 85981
www.oorlogsgravenstiching.nl
Facebook: Oorlogsgravenstiching
Instagram: Ereveld In Indonesia

 

You may also like

92 comments

Bara Anggara April 6, 2020 - 4:20 pm

kalau datang ke sini bukannya takut,, malah sedih,, mengingat masa2 perang dulu.. warga2 sipil yg tak berdosa itu menjadi korban.. para perempuan, anak2,, beruntung kita yang hidup di masa sekarang..

-Traveler Paruh Waktu

Reply
Rivai Hidayat April 8, 2020 - 2:11 am

Apalagi yang datang adalah para pelaku perang. Kadang mereka datang untuk mengejuk orang tua, saudara, atau teman yang menjadi korban perang.
Selalu ada kesedihan ketika datang ke tempat seperti ini.

Reply
Bara Anggara April 12, 2020 - 3:43 pm

kasihan ya.. pernah juga dulu pas di Flores sehotel sama orang Jepang.. Ternyata dia ke sana bukan untuk liburan, tapi lagi nyari kuburan bapaknya. Pasti dulu pas ditinggalin bapaknya buat jadi tentara ke Indonesia, dia masih kecil atau mungkin bayi, jadi nggak sempat merasakan hangatnya kasih sayang ayah kandungnya, kasihan..

-Traveler Paruh Waktu

Reply
Rivai Hidayat April 13, 2020 - 1:06 am

cerita tersebut juga terjadi di ereveld mas. banyak anak,cucu, cicit korban datang ke sini untuk ziarah ke makam keluarganya.
momen ini sungguh mengharukan. Bahkan pernah ada cerita anak dari korban perang tidak ikut masuk ke makam, dia menyuruh anak dan cucunya untuk masuk ke makam. dia tidak kuat menahan duka dan teringat pada masa perang saat itu.

Reply
Himawan Sant April 8, 2020 - 1:31 pm

Jelajah mas Rivai kali ini sangat berbeda dengan lokasu yang pernah dikunjungi sebelumnya.
Salut untuk itu.

Dapat buat contoh banyak orang untuk tak perlu merasa takut lagi berkunjung ke Ereveld.

Reply
Rivai Hidayat April 8, 2020 - 11:22 pm

Kebetulan aku suka tentang masa lalu dan sejarah mas. Cerita ini memang sisi kelam dari sebuah perang.

Semoga mas ketika di semarang bisa berkunjung ke ereveld kalibanteng dan candi. Terbuka untuk umum kok 🙂

Reply
morishige April 7, 2020 - 4:48 am

Postingannya keren, Mas. 😀 Selalu suka baca tentang sejarah-sejarah kecil seperti ini. Karena baca ini, saya jadi sadar betapa selama ini kita seringnya cuma belajar soal sejarah-sejarah orang-orang besar. Saya baru ngeh kalau ternyata kamp internir itu nggak cuma di Boven Digoel atau Pulau Buru. Di tempat-tempat yang dekat-dekat seperti Ambarawa atau Banyu Biru ternyata juga ada.

Reply
Rivai Hidayat April 8, 2020 - 2:07 am

Rakyat kecil sering tidak tercatat dalam sejarah mas. Sejarah lebih sering memuat para tokoh besar.

Kamp sejenis ini banyak tersebar di indonesia. Di semarang jga ada

Reply
Tuty Prihartiny April 9, 2020 - 3:44 am

Walaupun saya sering ke Semarang, antara lain dalam konteks sejarah, namun belum berkesempatan untuk mengunjungi dua ereveld di Semarang tersebut. Terimakasih mas Rivai untuk tulisan yang terenungkan ini. Evereld manapun termasuk Kalibanteng bukan ‘monument kematian’ bagi saya , tapi ‘monumen penghargaan’ atas jiwa yang terkorbankan oleh perang.

Reply
Rivai Hidayat April 9, 2020 - 4:46 am

Meskipun aku oramg asli semarang, baru kali ini mendengar sedikit cerita dari ereveld ini. Dulunya cuma menganggap ereveld hanya makam belanda. Ternyata lebih dari itu. Makam penghormatan bagi korban perang.

Dengan adanya ereveld, kita bisa belajar banyak tentang sejarah dan sisi kelam sebuah peperangan.

Semoga mbak titi bisa berkunjung ke ereveld. Baik yang ada di semarang, surabaya, bandung, maupun jakarta. 🙂

Terima kasih telah singgah di tulisan ini 🙂

Reply
Tuty Prihartiny April 9, 2020 - 5:39 am

Kalau bukan karena pandemic, maret kemarin saya mau main lagi ke semarang. Semoga badai ini segera usai, dan bisa kesana sekaligus ke
dua ereveld di semarang

Reply
Rivai Hidayat April 9, 2020 - 6:17 am

Aku juga berharapa wabah ini cepat kelar dan semuanya kembali normal.

Iyaqp, ke semarang bisa singgah ke ereveld sebagai alternatif destinasi jika datang ke semarang

Febi April 8, 2020 - 3:57 pm

Terharu banget, terutama pas bagian cerita-cerita tentang jenazah yang ada spt cerita kakak beradik, dll.. mudah2an suatu saat bisa kesini, karena saat si Bandung agak sulit..
Nice story !

Reply
Rivai Hidayat April 8, 2020 - 11:24 pm

Nanti kalau ke semarang kabari aja mbak. Siapa tahu bisa ke sini bareng. Kebetulan di semarang ada dua ereveld. Yaitu ereveld kalibanteng dan candi. Keduanya memiliki cerita yang sangat berbeda.

Kebetulan aku lagi di bekasi. Jdi kepikiran mengunjungi yang ada di menteng pulo.

Makasih mbak febi sudah singgah ke sini 🙂

Reply
Febi April 9, 2020 - 2:14 pm

Oke, makasih mas..

Oia, pass di ereveld menteng pulo, saya ngga sulit untuk minta izin masuk.. Bagus juga, ada koridor gereja yg di dinding sampingnya ada abu jenazah para veteran yang meninggal di kamp jepang..

Reply
Rivai Hidayat April 9, 2020 - 3:12 pm

Sebetulnya bakal lebih seru jika pihak pengelola menyediakan semacam guide yang bisa dimintai tolong untuk menemani pengunjung agar pengunjung bisa mendapatkan cerita tentang ereveld.

Kebetulan skrg lagi di bekasi. Jika wabah sudah brakhir, ada rencana untuk ke ereveld menteng pulo 😀

Reply
Mrs.kingdom17 April 9, 2020 - 5:41 am

Dulu sering main ke Semarang tp belum tahu makam evereld ada di sini.. Taunya yg ada di Jakarta. Ini waktu operasionalnya bebas atau gimana mas? Harus buat janji apa bisa datang kapan aja ya

Reply
Rivai Hidayat April 9, 2020 - 6:21 am

Di semaramg dua ereveld. Di jakarta juga ada dua ereveld.
Jam operasionalnya pukul 08:00-17:00. Jika datang tidak ramai-ramai bisa langsung datang. Jika datang ramai-ramai untuk bikin acara bisa koordinasi sama pengelola ereveld terlebih dahulu.

Reply
Ina April 9, 2020 - 6:04 am

Aku nangis coba baca ini, apalagi waktu bagian cerita kakak adek sama crita ttg korban perang.
Wah, banyak cerita ya ternyata, setelah pandemi selesai, mau ikut bersukaria yang ke sini ah. Huhu

Bedanya sama yang candi apa?

Reply
Rivai Hidayat April 9, 2020 - 6:25 am

Begitulah sisi kelam sebuah perang, tidak ada kemenangan. Yang ada kesedihan yang bertahan lama. Sebetulnya banyak cerita sedih lainnya. Mungkin nanti diceritakan kalau pas ketemu saja. 😀

Perbedaannya jenazah yang dimakamkan di ereveld kalibanteng kebanyakan adalah warga sipil yang terdiri dari laki-laki, perempuan, dan anak-anak. Sedangkan ereveld Candi sebagian besar adalah militer. Mulai dari prajurit hingga komandannya.

Terima kasih telah singgah di sini

Reply
Erina April 14, 2020 - 1:59 pm

Aku tunggu ceritanya ya. Karena seru banget bercerita ttg pengalaman perjalanan dan selalu saja ada cerita atau hikmah yang bisa diambil dari setiap pengalaman itu.
Wah, ada cerita lebih seru yang di ereveld candi nggak?

Reply
Rivai Hidayat April 14, 2020 - 6:05 pm

Setiap tempat ada ceritanya masing-masing. Entah seru yang mana, yang paling penting kita bisa belajar dan mendapatkan pengetahun baru 🙂

Reply
asuransi kesehatan murni April 9, 2020 - 6:09 am

semoga mereka tenang di tempat peristirahatan terakhirnya.
deket rumahku jg ada erevald nih, di tanah abang 1.

Reply
Rivai Hidayat April 9, 2020 - 6:26 am

Aamiin..
Di jakarta ada ereveld menteng pulo dan ereveld ancol.

Reply
febridwicahya April 9, 2020 - 4:05 pm

aestethic dan menyimpan sejarah kelam tesendiri ya :’

baru tau ada gini di Semarang. Duh, pas banget nih jadi tempat hunting besok

Reply
Rivai Hidayat April 10, 2020 - 1:42 am

Buatan orang belanda, semuanya rencanakan dengan sangat baik.
Lagi corona mas, mungkin ereveld juga sedang tertutup untuk umum.

Reply
i n n a April 9, 2020 - 11:31 pm

Makam kehormatann korban perang everald ini seperti kek taman makam pahlawan ya , tp ini buat korban perang gitu , sedih juga pasti kalau berkunjung ke sini , ada acara walking tour seperti ini jadi menambah pengetahuan kita jg ya mengenai sejarah makam everald kali banteng ini,

Reply
Rivai Hidayat April 10, 2020 - 1:41 am

Emang khusus untuk korban perang mbak. Mulai dari rakyat sipil, militer, perwira militer, hingga orang tidak dikenal.
Banyak cerita sedih bisa ditemukan di sini. Ereveld menjadi tempat untuk belajar sejarah, khususnya perang dunia II dan perang revolusi.

Reply
Retno Nur Fitri April 10, 2020 - 1:56 pm

Perang selalu memberikan bekas luka yang cukup mendalam untuk para korban, anggota keluarga, kerabat mereka dan para veteran lainnya. Banyak veteran perang yang sampai saat ini belum mendapatkan perhatian besar dari pihak pemerintah. Padahl mereka rela memberikan nyawa mereka untuk membela negaranya. Dari baca artikel ini aku jadi punya ilmu pengetahuan sejarah yang baru, terutama soal sejarah perang dunia ke II yang belum banyak aku ketahui

Reply
Rivai Hidayat April 11, 2020 - 12:22 am

Ereveld menjadi bagian sisi kelam dari perang yang tidak bisa dilupakan. Dari sini kita bisa belajar bahwa perang hanya akan membawa penderitaan bagi para korban dan keluarga yang ditinggalkan

Reply
Iqbal April 10, 2020 - 4:24 pm

Terima kasih infonya Mas Rivai.. Memang ya, kita harus belajar dari tempat2 yang dianggap menyeramkan jg.
Hebat ya Belanda, sudah puluhan tahun masih ngurusin tentaranya yg sdh meninggal

Reply
Rivai Hidayat April 11, 2020 - 12:20 am

Ereveld tidak seseram yang dipikirkan mas. Suasana di ereveld sangat tenang.

Terima kasih mas iqbal telah berkunjung ke sini

Reply
Nasirullah Sitam April 11, 2020 - 2:38 am

Aku tiap naik Trans Semarang dari Kota ke Sukun slewat sini terus. Satu hal yang masih keingat di pikiranku adalah khas pagarnya. Pernah kepikiran mau ke sini, tapi belum ada tandemnya yang suka bahas-bahas seperti ini.

Reply
Rivai Hidayat April 11, 2020 - 2:02 pm

di semarang ada walking dengan rute ereveld mas. Rute candi baru nanti bakal mampir ke ereveld candi. Kalau ereveld kalibanteng biasanya masuk dalam rute spesial.
Kalau ada temannya bakal lebih seru. Bisa bahas tentang ereveld lebih jauh. 😀
ayo ke ereveld di semarang 😀

Reply
Bayu Fitri April 11, 2020 - 4:43 am

Sering ke Semarang tapi baru ngeh ada tempat ini. Btw ini sama ga dengan ereveld Jakarta yg di daerah Karet ? Itu kan juga bnyk makam tentara pas PD2 kalau ga salah. Btw dari foto2 nya tempatnya asri ya kak dan sarat dengan nilai sejarah. Kyknya jadi bucketlist traveling sy nih kalau ke Semarang.

Reply
Rivai Hidayat April 11, 2020 - 2:08 pm

di jakarta ada ereveld menteng pulo dan ancol mas. aku ada agenda untuk ke ereveld yang ada di jakarta mas.
kalau ke semarang, silakan singgah ke ereveld mas 😀

Reply
Deny Oey April 11, 2020 - 5:52 am

Ah, baca tulisan ini jadi inget Almarhumah Kak Yun yg sempat keliling Ereveld di Jakarta, Bandung dan Surabaya. Tinggal Ereveld yg di Semarang. Sayangnya Tuhan berkata lain..

Campur aduk banget baca tulisan ini meskipun gw gk ikut trip keliling ereveld itu..

Reply
Rivai Hidayat April 11, 2020 - 2:10 pm

iyaa koh, sama. Kemarin pas ada obrolan tentang ereveld, pengen ngajak almh kak Yun buat ke ereveld kalibanteng dan candi.
namun, tenyata kehendak Tuhan berbeda. Tulisan ini juga aku persembahkan untuk Kak Yun dan yang lainnya. 🙂

Reply
CREAMENO April 11, 2020 - 5:33 pm

Waaah pemakamannya bagus dan terawat sekali mas 😀 kalau pemakamannya seperti ini, orang-orang juga nggak akan takut pasti ~ especially kalau di dalam ada guide yang membagikan informasi dan cerita-cerita 🙂

Saya pribadi belum pernah sama sekali ke ereveld, kalaupun ke makam pahlawan hanya pernah yang di Kalibata dan yang di Sumbar saja tapi itu bukan evereld hehehe. Saya jadi penasaran dengan evereld yang lainnya. Apa sama semua, atau ada perbedaannya. Yang pasti, akan selalu ada cerita pilu berbeda di sana. Sedih waktu baca kisah kakak beradik itu, nggak kebayang harus terpisah saat keadaan perang 🙁

Reply
Rivai Hidayat April 12, 2020 - 9:36 am

Ketika masuk ke ereveld, yang ada hanya ketenangan. Namun, banyak kisah pilu di tempat ini.

Setiap ereveld punya critanya masing-masing. Seperti ereveld kalibanteng dengan jenazah korban dari golongan sipil lebih banyak. Kemudian ereveld kalibanteng yang khusus untuk jenazah korban dari golongan militer. Sedangkan yang di bandung, cimahi, surabaya, dan jakarta aku belum mengetahui ceritanya.

Reply
inez April 11, 2020 - 5:35 pm

peperangan selalu membawa berbagai kesedihan,salah satunya kehilangan nyawa,harta. Semoga kalian tenang di sisiNya.

Reply
Rivai Hidayat April 12, 2020 - 9:31 am

Tiada kemenangan dalam sebuah peperangan. Selalu saja ada yang menjadi korban

Reply
Oktanti Hapsari April 12, 2020 - 8:19 am

Terimakasih ceritanya mas, jadi inget waktu masih di paskib dulu aku sering diajak berziarah, kegiatan yang lumayan rutin kami lakukan. setuju banget kalau ziarah itu sebagai bentuk pengingat menghargai kedamaian, kehidupan, penghormatan. semoga bisa kesana ya

Reply
Rivai Hidayat April 12, 2020 - 9:37 am

Setiap tahun selalu ada keluarga yang berasal dari belanda berziarah di ereveld ini. Sekoga kamu juga bisa singgah ke sini

Aku juga sering berziarah ke makam leleuhurku. Bentuk penghormatan ke pada para leluhurku 🙂

Reply
Eka Rahmawati April 12, 2020 - 3:10 pm

Baru denger nih soal ereveld kalibanteng. Menarik juga ya acara walking tournya. Wisata yang gak biasa dan menambah wawasan sejarah

Reply
Rivai Hidayat April 13, 2020 - 1:02 am

sudah beberapa tahun ini ereveld dibuka untuk umum. Bahkan kerja sama dengan dinas pariwisata kota agar dimasukkan dalam daftar wisata sejarah.

Reply
Adie Riyanto April 12, 2020 - 4:08 pm

Dari tujuh yang ada sekarang itu, aku cuma tau atau pernah denger tiga aja: Ancol, Menteng Pulo, dan yang di Surabaya. Sebenarnya ada beberapa kuburan Belanda yang tidak tergabung dalam ereveld, mungkin masuk dalam jumlah yang banyak itu ya. Waktu itu sih pernah ke Aceh ada juga ereveld. Trus di museum Prasasti Jakarta itu juga banyak kuburan Belanda. Belum lagi kuburan-kuburan Belanda yang lokasinya bersifat independen seperti yang ada di Kebun Raya Bogor atau di halaman gereja atau museum zaman Belanda macam di Museum Sejarah Jakarta dan Gereja Sion. Menarik nih ulasan sejarahnya. Saya jadi tahu kalau berkunjung ke ereveld gak ribet. Kirain harus yang gimana-gimana gitu hehehe 🙂

Reply
Rivai Hidayat April 13, 2020 - 1:12 am

di Indonesia hanya ada tujuh ereveld mas. Jakarta, Semarang, Surabaya, Bandung, Cimahi. Ini makam kehormatan khusus untuk korban perang dunia. Sedangkan kuburan belanda biasa disebut dengan kerkhof. Kerkhof merupakan makam belanda biasa. Jadi ereveld dan kekhof merupakan dua hal yang berbeda.
sekarang ereveld terbuka untuk umum. tinggal laporan aja sama petugasnya.

Reply
Nia Devy April 13, 2020 - 2:18 am

Walking tour yang sangat berfaedah ya banyak ilmu dan pelajaran hidup yang bisa diambil. Berharap dunia bisa terus berdamai agar tidak lagi ada peperangan, saling menghormati diatas perbedaan. Pemakaman evereld menjadi saksi bahwa peperangan membawa kepedihan. Sebelumnya walking tour ereveld menjadi salah satu wishlist saya, namun belum kesampaian sampai saat ini.
Thank You Mas Rivai infonya lengkap sekali.

Reply
Rivai Hidayat April 13, 2020 - 5:24 am

aku selalu suka ketika mengikuti walking tour. Dari walking tour ini aku mendapatkan banyak cerita yang mungkin tidak didapatkan di buku sejarah atau internet.
Di jakarta juga ada walking tour. Mbak nia mesti nyoba serunya walking tour. 😀
terima ksih telah singgah di sini mbak 😀

Reply
Suci Margi Pangesti April 13, 2020 - 4:00 am

Fotonya bagus banget and terlihat cantik. Namun aku masih mikir2 lagi kalau diajakin ke tempat beginian. Lewat aja udah merinding. Entah kenapa. Walaupun namanya cantik, everald, tetep aja merinding. Aku se-worry itu memang, kak

Reply
Rivai Hidayat April 13, 2020 - 5:20 am

kalau masuk juga ga bakal merinding kok. Mungkin malah merasakan ketenangan. Di ereveld kalibanteng sedikit bising karena berada di jalur pantura. Namun, suasana di dalam sangat tenang dan ada beberapa phon beringin yang bisa menjadi peneduh. meskipun tenang, tempat ini memiliki banyak cerita pilu dan menyedihkan. Ereveld sangat cocok untuk belajar sejarah, khususnya tentang perang dunia II

Reply
Putri Reno April 14, 2020 - 9:00 am

Makam selalu identik dengan kepergian, kehilangan dan kesedihan. Begitu pula saat baca tulisan ini. Saat cucu mencari pusara kakeknya saya tiba-tiba ikut merasakan kesedihan tersebut. Tulisan mengenai makam kehormatan perang menjadi pengingat kita tentang kedamaian ya Masvay. Artikel yang menyentuh. Keren lah.

Reply
Rivai Hidayat April 14, 2020 - 11:09 am

Terima kasih mbak putri 🙂
Makam juga mengingatkan kita untuk selalu mengenang, menghormati, dan berziarah ke makam leluhur kita. Agar kita tidak pernah lupa dengan leluhur dan generasi sebelum kita.

Reply
Rudi Chandra April 13, 2020 - 10:41 am

Tenang dan damai banget pekuburannya, seolah-olah mengatakan agar para korban perang bisa beristirahat dalam damai dan ketenangan.

Ahh.. perang, begitu banyak korban yang jatuh, tak hanya militer, rakyat sipil pun ada. Dan yang tercatat hanya tokoh-tokoh besar saja, mereka terlupakan dalam sejarah.

Reply
Rivai Hidayat April 14, 2020 - 12:35 am

cerita-cerita tentang mereka akan selalu hilang ditelan nama tokoh-tokoh besar. Mereka sering tidak diperhatikan. Namun di tempat ini, semua korban perang diberi penghormatan yang tinggi.

Reply
Ifa Mutia April 13, 2020 - 12:35 pm

Beberapa tahun lalu saya berkunjung ke Ereveld Menteng Pulo, lokasinya asri mirip dengan Ereveld Kampung Banteng ini.
Kalau berkunjung ke tempat seperti ini kita diingatkan kembali dengan kekejaman perang yang merengut berjuta nyawa. Miris.

Reply
Rivai Hidayat April 14, 2020 - 12:45 am

Erevel Kalibanteng mbak, bukan kampung benteng 😀
Tidak hanya perang dunia II, di tempat ini kita juga bisa belajar sejarah tentang cerita-cerita dibalik jasad korban yang tidak pernah ditulis dalam buku sejarah.

Reply
Rara April 13, 2020 - 4:32 pm

Postingannya keren banget mas. Banyak pengetahuan baru.

Tapi bener, perang itu tidak pernah memberikan manfaat kepada siapapun, kepada pihak manapun. Bahkan pihak yang menang perang sekalipun. Dan perempuan dan anak kecil akan menjadi kelompok yang mayoritas untuk menjadi korban perang.

Reply
Rivai Hidayat April 14, 2020 - 12:54 am

Makasih rara, telah berkunjung ke sini.
Justru korban terbanyak dalam perang adalah masyarakat sipil, khususnya perempuan dan anak-anak.

Reply
Diah Sally April 13, 2020 - 9:12 pm

Tulisanmu ini bagus banget, mas. The way you told us the story, so emotional. Aku ngerasanya gitu. Soalnya disini yang baca ikut emosional.

Detil sekali mereka membuat Everald ini, sampai patungnya pun baca dari penjelasanmu, menguras emosiku. Kebawa Sedih baca tulisannya. Tour ini bukan hanya saja sebagai pengingat masa perang dulu, sekaligus sebaik-baiknya pengingat untuk manusia, kematian.

Anyway, Pak Robert direktur OGS itu orang Belande, mas?

Reply
Rivai Hidayat April 14, 2020 - 1:03 am

aku yang mendengarkan ceritanya langsung juga cukup emosional. Selama ini kita selalu mendengarkan cerita tentang kemenangan perang oleh sekutu. Namun kita lupa bahwa banyak cerita sedih dan pilu yang diakibatkan oleh peperangan. Cerita-cerita ini tidak pernah dibawa dalam buku-buku sejarah. Perang selalu saja tentang kemenangan, tapi di sini perang adalah sebuah kesedihan, cerita pilu, dan trauma seumur hidup.

Pak Robert orang asli belanda. Pak robert adalah orang yang sangat baik. Bertugas untuk mengurusi semua ereveld yang ada di Indonesia.

Reply
Antin Aprianti April 14, 2020 - 4:51 am

.Aku kebayang pas dengerin ceritanya langsung ini gimana rasanya mas, sedih banget pasti ya. Banyak kisah masa lalu yang bikin emosional, kisah adik kakak dan cucu itu salah satunya, belum cerita lainnya lagi

Jujur pas lihat judulnya ereveld langsung inget almarhumah kak yun yang pengen jelajah eveled 🙁

Reply
Rivai Hidayat April 14, 2020 - 10:58 am

aku butuh butuh beberapa hari untuk mulai memulai menulisnya dan dua minggu untuk menyelesaikan ini semua. Yaa yang pasti masih banyak kekurangan. Menulisnya juga penuh emosi.
Sebetulnya masih ada beberapa cerita sedih lainnya. Namun aku rasa ga perlu aku masukkan. Karena itu bakal menguras emosi dan akhirnya tulisan akan semakin panjang.
aku juga langsung kepikiran almh kak yun ketika menulis ini. Sempat akan menawarkan diri jika ada rencana ke ereveld di semarang. Tulisan ini juga aku dedikasikan untuk kak yun. Meskipun belum bisa ke sana, aku menceritakan beberapa cerita tentang ereveld kalibanteng. Kalau ada kesempatan, aku juga bakal ke ereveld candi.

Reply
Lisa Fransisca April 14, 2020 - 5:19 am

Ereveld menyimpan banyak sejarah dan cerita ya, Mas Vay. Setiap sudutnya juga mengundang tanya. Kenapa kok bentuk nisannya beda-beda? Apa maksud dari patungnya? Dsb. Pernah ketemu Pak Robert juga, aku ingat dia berpesan kita sebagai anak muda harus paham apa dampak sebuah perang.

Anyway, aku suka sekali cara penulisannya! Rapi! Semoga suatu saat bisa mengunjungi Ereveld Kalibanteng juga.

Reply