816
Jakarta (dulu dikenal dengan Batavia) merupakan ibukota negara Republik Indonesia. Pada masa lalu, Jakarta (baca Batavia) menjadi saksi perjuangan para pejuang bangsa Indonesia. Mulai dari masa penjajahan Hindia-Belanda, masa penjajahan Jepang, hingga masa setelah bangsa ini memproklamasikan diri sebagai bangsa yang merdeka. Setiap masa selalu meninggalkan cerita dalam bentuk bangunan dan gedung bersejarah. Gedung-gedung bersejarah tersebut hingga saat ini masih berdiri kokoh dan bisa kita kunjungi, salah satunya adalah Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
Museum Perumusan Naskah Proklamasi terletak di jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta Pusat. Bangunan museum didirikan sekitar tahun 1920-an oleh arsitek Belanda J.F.L Blankenberg. Pada masa kekuasaan Jepang, bangunan ini menjadi tempat tinggal Laksamana Muda Tadashi Maeda. Laksamana Muda Tadashi Maeda merupakan Kepala Kantor Penghubung antara Angkatan Laut dan Angkatan Darat Jepang.
Aku mulai menyusuri kawasan Menteng. Berjalan kaki dari stasiun Cikini menuju Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Jarak kedua tempat tersebut sekitar 2 Km. Banyak hal yang aku temui selama berjalan kaki. Mulai dari melihat beberapa kantor kedutaan besar negara sahabat, suasana tenang taman Suropati, hingga menikmati kemegahan gedung Museum Perumusan Naskah Proklamasi dari luar.
Lantai Satu Museum Perumusan Naskah Proklamasi
Aku disambut dengan ramah oleh penjaga museum yang sedang berjaga. Tiket masuk museum sebesar Rp 2.000/ orang. Selain tiket masuk, pengunjung juga diberikan brosur yang berisi tentang informasi Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
Di lantai 1 museum terdapat empat ruangan. Ruangan pertama merupakan ruang tamu yang digunakan sebagai tempat bertemu Bung Karno, Bung Hatta, dan Ahmad Soebardjo dengan tuan rumah, yaitu Laksamana Tadashi Maeda. Di ruangan ini, Bung Karno mengucapkan terima kasih kepada Laksamana Maeda yang telah bersedia meminjamkan kediamannya untuk tempat mempersiapkan proklamasi kemerdekaan.
Ruangan kedua merupakan tempat makan sekaligus tempat rapat. Di ruangan ini, Bung Karno, Bung Hatta, dan Ahmad Soebardjo menyusun dan merumuskan draft naskah proklamasi. Bung Karno bertugas menulis draft naskah proklamasi, sedangkan Bung Hatta dan Ahmad Soebardjo menyumbangkan pikirannya secara lisan.
Setelah draft naskah proklamasi selesai dibuat, Bung Karno membacakannya di sebuah ruangan yang dihadiri oleh para pejuang. Antara lain Ki Hajar Dewantara, Sukarni, Chaerul Saleh, R. Soepomo, B.M. Diah, dan Sayuti Melik. Mereka yang hadir menyetujui draft naskah proklamasi yang dibuat oleh Bung Karno, Bung Hatta, dan Achmad Soebardjo. Kemudian Sukarni mengusulkan Bung Karno dan Bung Hatta untuk menandatanganinya atas nama bangsa Indonesia.
Draft naskah yang sudah disetujui kemudian diketik oleh Sayuti Melik yang ditemani oleh B.M. Diah. Kemudian naskah tersebut ditandatangani oleh Soekarno-Hatta diatas piano yang ada dibawah tangga. Tak jauh dari ruangan yang digunakan untuk pengetikan naskah proklamasi.
Tepat pukul 10:00 WIB, tanggal 17 Agustus 1945, Bung Karno yang didampingi Bung Hatta membacakan naskah proklamasi di kediamanan Bung Karno di jalan Pegangsaan Timur, No 56 Jakarta (kini menjadi Tugu Proklamasi Republik Indonesia). Sejak saat itulah Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka.
Lantai Dua Museum Perumusan Naskah Proklamasi
Lantai dua museum terdiri dari empat ruangan. Ruang-ruangan tersebut menampilkan tentang peristiwa menjelang proklamasi, ketika proklamasi, mempertahankan proklamasi dan peninggalan tokoh yang hadir ketika peristiwa perumusan naskah proklamasi.
Selain menampilkan barang-barang peninggalan masa kemerdekaan, Museum Perumusan Naskah Proklamasi juga menampilkan informasi tentang museum dalam bentuk media digital. Media digital dikemas secara lengkap dan interaktif dalam memberikan informasi.
Museum Perumusan Naskah Proklamasi
Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta Pusat
No. Telp (021) 3144743
Waktu Buka Museum:
Senin Tutup
Selasa s.d Minggu (08:00-16:00 WIB)
Tiket Masuk:
Rp 2.000,-/orang
10 comments
aku tahun lalu juga pergi kesana kak. Tapi aku sedih, karna pas kesana museumnya nampak sepi.
kalo weekday biasanya sepi. mungkin pas weekend baru tampak ramai
pernah kesini, sewaktu pohon beringin di depannya belum ditebang..
sepi, mungkin karena kurang promosi, padahal berdampingan dengan taman suropati dan masjid sunda kelapa.
disini ramainya dengan anak-anak sekolah. beberapa kunjungan dari luar kota juga.
Museumnya bagus masih terawat dan terjaga kebersihannya…
bener banget mas budy, apalagi pengunjungnya ga terlalu ramai juga
setiap berangkat kerja lewat tempat ini
tapi dari depan kelian sepi, saya kira museumnya tutup
next mampir ah buat masuk ke dalam
heheheee
salam kenal mas
http://kelilingdesa.com
tiap hari buka mas dendy. museum emang ga terlalu ramai mas. mari kita ramaikan..hahhaha
salam kenal mas dendy
hahaa,, setuju,…
Kl museum tiketnya murah2 bgt ya, tp jarang yg mau mengunjungi.. Hhh
Kl aku masuk museum tu rasanya mrinding, bukan mrinding takut tp lebih karena mrinding takjub.. Hhh