551
Sebetulnya aku tidak pernah kepikiran untuk menulis kejadian hari ini dalam postingan blog aku. Rencananya untuk hari ini, aku menceritakan kelanjutan catatan perjalanan pendakian ke gunung Slamet yang aku lakukan pada tanggal 17 Agustus 2013 lalu. Ternyata catatan perjalanan itu belum selesai, bahkan penulisannya masih 10%. Aku ingat hari ini adalah hari Rabu, hari dimana kita berdua (aku dan Christina) untuk memposting sebuah artikel di blog kita masing-masing. Artikel boleh dalam bentuk apa aja. Kita berdua memang suka jalan-jalan atau travelling, tapi kita tidak mau membatasi isi blog dengan catatan perjalanan aja. Aku sudah terlalu sering telat untuk posting artikel. Dan dia pun mulai jengkel sampai-sampai berniat mengenakan denda kepadaku. Haduuh, padahal cuma telah beberapa hari lho hihiii. Daripada telat, kena jengkel orang, apalagi juga kena denda mendingan aku posting cerita yang aku alami hari ini aja heheee.
Hari ini sebetulnya gada spesial yang harus dilakukan. Kebetulan hari Rabu ini sekitar jam 10 pagi aku ada janji sama dokter gigi untuk perawatan gigi. Maklum masih dalam masa perawatan gigi hehhee. Sekitar jam 9.30 aku sudah siap untuk berangkat ke klinik. Hari ini gada motor, dan aku bingung untuk pergi kesana dengan menggunakan apa. Akhirnya aku putuskan untuk menggunakan kedua kakiku (baca: jalan kaki) untuk pergi kesana. Sempat ragu sih, akhirnya aku mantapkan hati untuk berjalan kaki. Jarak ke klinik tidak terlalu jauh, hanya sekitar 1 Km. Tapi ada jalan tanjakan sepanjang 50 meter dengan tingkat kemiringan mencapai 45 derajat. Aku lalui tanjakan itu dengan santai. Setelah itu jalanan lebih banyak menurun dan mendatar. Akhirnya sampai juga di klinik. Klinik terletak di sebuah bangunan kuno buatan Belanda. Bangunan tersebut pernah digunakan untuk syuting film Gie dan Soegija. Sesampainya aku di klinik, aku langsung mendaftar untuk mendapatkan nomor antrian. Aku dapat nomor antrian delapan. Setelah menunggu 20 menit, akhirnya giliranku untuk masuk ruang perawatan. Bertemu bu dokter yang baik. Kebetulan kita sudah kenal jadi aku langsung dipersilahkan ke kursi khusus perawatan gigi. Awalnya aku takut dengan perawatan gigi karena pasti rasanya sakit. Namun setelah melakukan perawatan sebanyak 2x, ternyata perawatan gigi itu ga sakit seperti yang aku banyangkan selama ini. Akhirnya perawatan selesai juga. urusan tentang gigi pun telah selesai.
Aku pun melanjutkan perjalananku lagi. Menyelesaikan urusan yang cukup penting. Tujuan selanjutnya adalah kantor pos. Bukan untuk mengirim surat lamaran apalagi undangan nikah, tapi untuk mengambil kiriman uang dari kakakku yang bekerja di Dubai, UEA. Dari klinik ke kantor pos berjarak kurang lebih 500 meter. Karena jarak tidak terlalu jauh, perjalanan kesana aku lanjutkan dengan jalan kaki lagi. Saat itu jarum jam menunjukkan pukul 10.45. Panas terik matahari sangat terasa sekali di kulit ini. Tapi perjalanan harus tetap berlanjut. Pukul 10.55 aku sampai di kantor pos. Aku langsung menuju loket. Tidak ada 10 menit pelayanan sudah selelsai. Kebetulan tadi kantor pos sepi, sehingga tidak perlu mengantri. Ketika berbicara tentang kantor pos, aku punya keinginan untuk melakukan kegiatan surat-menyurat antar sahabat. Sebuah aktivitas yang sudah sangat jarang ditemui di jaman serba modern dan cepat ini. Namun, aku merasa akan ada ikatan batin yang kuat ketika seseorang melakukan aktivitas berkirim surat kepada orang lain. Mungkin suatu saat aku akan mengirimkan sebuah surat unutk sahabatku yang berada nun jauh disana.
Setelah dari kantor pos, aku melanjutkan perjalanan menuju perpustakaan daerah yang ada di jalan Sriwijaya. Jarak dari kantor pos ke perpustakaan sekitar 1,2 Km. Cukup jauh juga. sebetulnya bisa dicapai dengan menggunakan angkot, namun ketika itu aku sednag malas untuk menggunakan angkot. Akhirnya aku putuskan untuk jalan kaki lagi sejauh 1,2 Km. Aku memilih melalui jalan dalam kampung daripada melalui jalan raya. Siang itu terasa panas sekali, sambil membawa daypack berisi laptop menjadikan perjalanan terasa lebih sempurna. Aku tetap semangat untuk berjalan kaki. Pukul 11.25 aku telah sampai di perpustakaan daerah. Sebetulnya gada urusan penting yang harus diselesaikan di sana. Aku pergi kesana dengan harapan bisa segera menyelesaikan catatan perjalanan ke gunung Slamet. Aku segera membuka catatan yang kemarin. Kemudian aku lanjutkan. Tapi sayang, baru dapat beberapa baris tulisan, pikiranku terganggu dengan ajakan makan siang para teman-teman dari komunitas instagram. Beberapa teman #KameraHpGw_semarang sedang mengadakan acara makan siang. Kebetulan jarak tempat makan dan perpustakaan relatif dekat. Cukup naik angkot sekali lagi. Sebetulnya ingin jalan kaki, tapi ga enak kalau keburu kelar makan siangnya hehhehee. Angkot pun telah datang, dan aku siap meluncur kesana. Ketika diangkot ada radio yang sedang memainkan lagunya Farid Harja yang berjudul “Ini Rindu”. Aku suka liriknya terutama di bagian “Oooo…aku rindu, katakanlah padanya aku rindu. Ooh burung…nyanyikanlah, katakan padanya aku rindu.” Aku pun mengetik lirik tersebut dan mengirimkanya kepada seseorang yang nan jauh disana. Mungkin dia juga tau, kalau aku juga merindukannya. Akhirnya aku sampai di tempat pemberhentian, kemudian aku jalan kaki 50 meter menuju teman makan. Akhirnya sampai juga di tempat makan. Di sana sudah ada kaka Lisa, kaka Dhini dan tante Ina beserta anaknya Jenny. Awalnya mereka heran ketika aku kasih tahu kalau aku datang menggunakan angkot. Aku cuma bilang kalau aku lagi pengen naik angkot. Menu makan siang kali ini adalah tahu gimbal. Yaa tahu gimbal adalah salah satu masakan khas dari kota Semarang (maaf gada fotonya karena baterai hp saat itu sedang lowbat hehhee). Tidak lupa minumnya teh botol. Tidak berapa lama, om Charles datang bergabung bersama kita. Kita makan siang sambil ngobrol-ngobrol tentang apa aja. Tak terasa sudah pukul 13.45, kami pun segera meninggalkan tempat tersebut karena kaka Dhini dan tante Ina mau melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing. Sebelum berpisah, kami menyempatkan untuk berfoto ria hehhee.
kak Lisa, kak Dhini, tante Ina, om Chales, dan aku |
Kita pun berpisah, namun om Charles mengikuti aku karena ternyata om Charles juga tidak bawa motor. Aku melanjutkan perjalananku menuju sebuah cafe untuk bertemu teman-teman Backpacker Indonesia Regional Semarang (BIRS). Kebetulan jarak antara tempat makan dan cafe juga tidak terlalu jauh, sekitar 200 meter. Aku dan om Charles menuju kesana dengan jalan kaki. Akhirnya kita sampe, disana sudah ada Arka dan Allet. Mereka berdua salah satu anggota tertua di BIRS. Mereka berdua sudah sering jalan-jalan. Si Allet pernah sampai Mahameru. Kalau si Arka sudah malang melintang ke berberapa kota di Indonesia dan Singapura serta Malaysia. Mereka cukup berpengalaman dalam urusan jalan-jalan ala ransel (baca: backpacker). Akhirnya pukul 16.00 om Charles pulang terlebih dahulu, katanya mau pergi ke Jakarta. Kita bertiga melanjutkan obrolan. Kemudian pukul 16.15 kita meninggalkan tempat itu. Aku mau beranjak pulang dan si Arka dan Allet masih mau kumpul dengan teman-teman BIRS lainnya. Kita pun berpisah dengan tujuan masing-masing.
Aku melanjutkan perjalananku selanjutnya, yaitu pulang ke rumah. Setelah keluar cafe, aku berjalan menyusuri bundaran Simpang Lima hingga bundaran air mancur di jalan Pahlawan. Rencana aku akan menunggu bus atau angkot di bundaran air mancur. Bundaran air mancur memiliki sejarah sendiri dalam hidupku, karena di sana tempat aku menunggu bis ketika pulang sekolah semasa SMA. Sekarang fasilitas disana sudah bagus. Tempat duduk, trotoar, pepohonan pun juga mulai tumbuh, walaupun masih ada beberapa PKL yang berjualan. Akhirnya bis yang aku tunggu datang. Aku pun meninggalkan bundaran air mancur dengan segala kenangan-kenanganku semasa SMA dulu.
Tempat Menunggu Bus di Bundaran Air Mancur |
Perjalanan naik bus terasa lancar. Tidak ada kemacetan sepanjang perjalanan. Akhirnya aku turun di daerah Jangli. Aku memilih daerah itu agar aku bisa jalan kaki lagi dengan track yang naik. Sudut kemiringan memang kurang dari 45 derajat. Tapi memiliki track menanjak yang lumayan panjang. Aku memilih track ini karena itu merupakan salah satu latihan hiking. Melatih langkah berjalan dan stamina agar tidak kalah (lagi) dari Christina. Christina kalau sedang hiking langkahnya sangat cepat dan penuh semangat. Pernah aku jalan bareng, dan aku sedikit tertinggal darinya. Setelah berjalan kaki selama 20 menit aku pun sampai dirumah. Kakiku tak terasa pegal, hanya saja jari-jariku yang terasa perih karena gesekan dengan sepatu. Sesampainya dirumah, aku segera mandi untuk membersihkan badan yang terasa lengket.
Aku tak menyangka hari ini akan mengunjungi beberapa tempat dengan berjalan kaki. Semua tak direncanakan, namun aku cukup menikmati apa yang aku lakukan hari ini. Ketika banyak orang mengganggap aku aneh karena sekarang lebih suka jalan kaki atau naik angkot daripada naik motor, apapun kata mereka, aku sangat menikmati setiap langkahku. Sebetulnya aku terinpirasi dari seorang sahabatku yang suka jalan kaki dan naik angkot. Hal itu dilakukannya hampir tiap hari. Dia sangat menyukai hiking di alam bebas. Mulai dari gunung hingga air terjun pernah jadi tempat hiking-nya. Kita berdua berjanji untuk melakukan hiking bersama. Entah dimana dan kapan. Namun yang pasti kita akan melakukan hiking bersama. Karena kita percaya, di setiap langkah selalu meninggalkan cerita.
0 comment
wah ternyata kamu merasa di kalahkan oleh saya? __" padahal aq juag ga kuat-kuat banget lho kalo jalan.. hahaha….
pokoknya kalo telat lagi denda yaaa ^^ kalau aq yg telat gpp…
hihihihi jadi lucu banget, bener2 sibuk ya seharian kamu..
tetep semangat Rivai ^^
hahhaa…ntar kita hiking bareng aja 😀
sbtulnya ga sibuk sih…pengen mnyelesaikan apa yg harus diselesaikan…kalo 2 kejadian terakhir thu tanpa rencana 😀
tetep semangat christina 😀