Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the soledad domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/masvayco/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114 Cerita Mudik: Berkeliling Desa Dengan Sepeda Onthel - Rivai Hidayat
Bagi sebagian masyarakat Indonesia, mudik menjadi sebuah tradisi yang mereka jalani setiap Hari Raya Idul FItri. Jarak puluhan hingga ratusan kilometer rela mereka tempuh demi bertemu sanak keluarga. Panas, hujan dan sesaknya jalanan tak menjadi penghalang bagi mereka untuk pulang ke kampung halaman.
Bersepeda diantara hamparan sawah
Berbeda dengan lebaran tahun-tahun sebelumnya, lebaran tahun ini terasa berbeda. Karena lebaran tahun ini aku ikutan mudik *yeaayy*. Mudiknya ke rumah eyangnya Aqila dan Naufal (mereka itu keponakanku). Eyangnya bernama Mbah Hadi. Beliau tinggal di Gombong, Kebumen. Perjalanan bisa ditempuh dengan waktu 5-6 jam perjalanan dari kota Semarang.
Arus mudik dari kota Semarang menuju kabupaten Purworejo pas hari Lebaran terpantau lancar. Ruas jalan juga sangat nyaman untuk dilalui kendaraan bermotor. Arus kendaraan bermotor mulai terlihat ramai dan padat ketika kami melewati wilayah Purworejo hingga Kebumen. Jalanan yang bergelombang mengakibatkan pemudik untuk lebih berhati-hati dalam memacu kendaraan mereka. Aktivitas masyarakat lokal juga terlihat beberapa di ruas jalan.
Ketika pemudik merasakan padatnya jalanan Purworejo-Kebumen, pemudik juga bisa menikmati pemandangan berupa perbukitan dan hamparan hijaunya persawahan. Selain itu, pemudik bisa mencicipi dawet ireng yang banyak dijajakan dipinggir jalan.
Dawet ireng
Warung Dawet irengpun diserbu para pemudik dari luar kota. Pemudik penasaran untuk mencicipi rasa manis dawet ireng. Dengan adanya aktivitas ini, pemudik selaku pembeli tidak hanya merasakan manis dan segarnya dawet ireng. Namun mereka juga telah ikut membantu perekonomian penduduk lokal, sekaligus ikut melestarikan minuman khas daerah tersebut.
Sekitar pukul 17:00, kita telah sampai di rumah mbah Hadi. Kita disambut senyum ramah mbah Hadi beserta keluarga. Rumah mbah Hadi terletak diujung sebuah desa. Dibelakang sebuah perbukitan karst. Kata mbah Hadi, di bukit tersebut terdapat tiga goa.
Rumah Mbah Hadi
Goa tersebut dulunya sering digunakan para mahasiswa untuk penelitian dan kegiatan caving. Namun, sekarang goa-goa tersebut jarang dikunjungi. Mbah Hadi juga mengatakan bahwa belum ada yang bisa mencapai ujung goa tersebut. Dulu, goa-goa tersebut akan dikembangkan menjadi tempat wisata. Namun, hingga sekarang tak terlihat aktivitas pengembangan wisata di area perbukitan karst dan goa tersebut.
Rumah mbah Hadi masih berbentuk Joglo, rumah khas masyarakat Jawa. Rumah ini ditopang dengan empat tiang utama yang terletak di bagian tengah. Bahkan rumah ini telah turun temurun hingga tiga generasi. Terdapat sebuah sendang atau mata air didepan rumah mbah Hadi. Terlihat beberapa pohon kelapa yang menjulang tinggi. Sebuah sepeda onthel juga terparkir di depan rumah.
Sepeda Onthel Mbah Hadi
Pagi ini aku berkeliling desa dengan mengayuh sepeda onthel. Masuk desa satu, keluar desa lainnya. Jalanan desa masih berupa jalan setapak. Rumah-rumah model Joglo masih tegak berdiri diantara rumah-rumah bergaya modern. Tak lupa mengucap salam ketika berpapasan dengan masyarakat desa. Beberapa orang telah memulai aktivitas mereka.
Kemudian ku kayuh sepedaku diantara hamparan sawah yang telah menghijau. Sepedaku melaju lambat. Meskipun berkarat, sepeda tua ini masih kokoh dan setia menemani perjalanan si empunya. Kini aku mencoba menikmati setiap hembusan udara dan pemandangan yang ada di sekitarku. Suasana yang jarang aku temui di tengah hiruk pikuk kehidupan kota. Air sungai mengalir deras diantara area persawahan. Matahari pagi mulai menghangatkan tubuh dan setiap kayuhan pedal sepeda ini.
Benteng Van Der Wijck
Ada beberapa destinasi wisata di sekitar daerah Gombong, Kebumen. Antara lain adalah pantai Suwuk, pantai Karang Bolong, pantai Menganti, pantai Karang Agung, Goa Jatijajar, Waduk Sempor, dan Benteng Van Der Wijck. Jika kalian melewati daerah Gombong, Kebumen, singgahlah sejenak dan kunjungi beberapa destinasi tersebut. Kalian akan menemukan keunikan yang tak ditemukan di tempat lain.
5 comments
ah, Gombong. kota kecil yg sejak lama menarik perhatian saya di jateng selain Lasem.
banyak hal yg msih bisa dieksplore disana 😀
Wah ini bener-bener mudik, kembali ke kampung. Rumah eyangnya asyik banget mas, joglo gitu. Alamnya juga masih asri. Seger.
iyaa…ga sibuk ngurus sosmed gara2 sinyal susah..hahhaha
joglonya msih kokoh dan adem 😀
pengen dawet ireng , nyam nyam nyam