Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the soledad domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/masvayco/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114
Cerita Long Weekend (Bagian Akhir) - Rivai Hidayat

Cerita Long Weekend (Bagian Akhir)

by Rivai Hidayat

Curug Grenjengan Kembar

Waah…maap yaa teman-teman baru sempat update cerita tentang long weekend kemarin. Sibuk banget sama urusan sana-sini. Padahal kemarin baru aja ngelewati long weekend yang kedua dibulan ini, hahahaa. Pasti semuanya merasa capek setelah melewati acara long weekend kemarin khan. Atau mungkin segera berganti sore. Segera terbebas dari rutinitas kerjaan. Kembali beristirahat. Mengembalikan tenaga yang sudah dihabiskan kemarin. Dan pasti mulai berharap untuk segera ketemu dengan long weekend lagi dan saatnya kita jalan-jalan. Eehh….santai aja guys, kamu ga sendirian aku, aku juga mengalami hal yang sama. Ga hanya kita, mungkin ada ratusan bahkan ribuan orang berharap seperti itu juga, hahahha. Hari ini pasti akan berlalu kok, sabar yaa. Selamat menunggu long weekend yaa. Ga usah lama-lama lagi mari kita lanjutkan cerita long weekend kemarin.
Curug Grenjengan Kembar





*file foto telah diterima*
“Wuiih….keren amat bang”, *pasang muka kagum
“Thu air terjun dimana? Keren banget lho”, tanyaku pada bang Toding.
“Thu curug kembar, di daerah Magelang. Tapi gue lupa tempatnya”, jawab bang Toding
“Ayok..kapan-kapan kita kesana. Ajak yang lain juga”, ajak bang Toding
“Ouw…siiap, tapi jangan sekarang. Mulai musim hujan, curug jadi keruh”, jawabku
“Oke deh, terserah..sambil ntar cari info tentang thu curug”, kata si bang Toding
“Okee…siaap 😀 “, jawabku

Itu awalnya aku mengetahui air terjun ini. Thu percakapan kita di bulan November 2013. Sekarang sudah bulan April 2014, hahahha. Selama bulan-bulan itu, curah hujan sedang tinggi. Sehingga tidak cocok untuk jalan-jalan. Sampai akhirnya bang Toding lulus dan pindah keluar kota untuk mencari sebongkah berlian (katanya sih gitu), hehhee, kita belum sempat mengunjungi curug itu. Rasa penasaranku terhadap curug itu mulai luntur. Dan tidak terlalu mencari informasi tentang keberadaan curug itu. Aku hanya memberitahu kepada beberapa teman tentang keberadaan curug tersebut. Pernah temenku Farid berusaha untuk mengunjunginya, namun hal itu gagal lantaran ketika itu Magelang sedang diguyur hujan deras.

Ketika itu aku lagi online, dan ga tau mau buka situs apa. Iseng- iseng main ke grup Facebook National Geographic (Natgeo) Indonesia. Kemudian aku masuk ke regional Jateng. Awalnya cuma iseng mau cari destinasi buat hunting foto di daerah Jateng. Hanya ada beberapa foto aja. Yaa maklum, karena foto-foto di Natgeo Indonesia banyak diupload tidak di album yang disediakan atau diupload secara acak. Kemudian pandanganku mulai terpana pada sebuah foto air terjun. Kemudian aku buka foto itu. Waah ternyata foto air terjun yang pernah dikirim bang Toding. Air terjun itu dikemas dengan teknik fotografi, sehingga menghasilkan sebuah karya foto yang luar biasa. Buru-buru aku melihat keterangan di foto itu. Curug Grenjengan Kembar, yup itulah sebuah nama air terjun yang sempat aku lupakan. Aku pun kemudian mencari informasi tentang curug Granjengan Kembar di mbah google. Mbah google emang baik hati, ada beberapa artikel yang membahas tentang curug tersebut. Dan semua foto yang ditampilkan sesuai dengan foto yang pernah dikirim oleh bang Toding. Berarti emang itu air terjun yang dimaksud oleh bang Toding. Akhirnya informasi lengkap tentang curug tersebut sudah lengkap. Sekarang tinggal mencari hari dan tanggal untuk mengunjunginya.  Shiaat *ambil kalender, kemudian liat tanggal*. Akhirnya diputuskan pergi kesana pada tanggal 30 Maret 2014. Kebetulan pas itu libur panjang. Sehari setelah datang ke acara resepsi nikahanya Arka.
Papan Penunjuk Jalan Ke Curug Grenjengan Kembar (*Ada Penampakan)
Saatnya mulai mencari massa, aku pun hanya mengajak beberapa orang saja. Yaitu si Farid, Ucup, Memet, Roesli, Nisa, Anggi, Ari-Giska (mereka sepaket,hehhee). Namun, Nisa dan Anggi tiba-tiba ga bisa ikut karena ada keperluan lain. Awalnya rencana kita berangkat pukul 07:00, namun akhirnya molor sampai pukul 08:15, hehehee. Kebetulan hari libur, jadi jalanan lengang dan kita bisa melaju tanpa hambatan. Curug Grenjengan Kembar berada jalur Magelang – Salatiga. Seperti perkiraanku, curug tersebut terletak tak jauh dari lereng gunung Merbabu. Masih dekat dengan kawasan wisata Kopeng. Kita memutuskan untuk lewat Salatiga kemudian menuju Kopeng. Dengan berbekal informasi dari mbah google, kita mencoba menelusuri jalan dari Kopeng kearah Magelang. Udara sejuk setia menemani perjalanan kita menyusuri jalan itu. Kopeng merupakan kawasan dataran tinggi yang berada di lereng gunung Merbabu. Karena itulah, hawa kawasan ini tersa sejuk sekali. Setelah 15 menit menyusuri jalan, akhirnya kita menemukan petunjuk jalan yang mengarahkan kita untuk menuju ke curug. Kita berbelok kanan, sebuah menuju perkampungan warga. Kita sempat bertanya bertanya kepada ibu penjual jamu untuk memastikannya lagi. Ternyata kita benar, ini adalah temapt yang kita maksud. Dari sini kita tinggal menyusuri jalanan aspal saja sampai ketemu petunjuk jalan yang kedua. Jalanan sangat bagus dan layak untuk dilalui. Akhirnya kita menemukan petunjuk kedua, dari petunjuk ini kita disuruh untuk belok kanan memasuki sebuah perkampungan warga. Setelah itu kita hanya butuh 5 menit untuk sampai di parkiran air terjun. Akhirnya perjalanan kita sampai juga. Kemudian kita memarkirkan motor dan membayar uang parkir sekalian. Untuk menuju curug, kita tidak dipungut uang masuk. Kita hanya membayar uang parkir sebesar Rp 2.000,-. 
Area Parkir Curug Grenjengan Kembar
Kita mulai perjalanan dengan trekking. Rute yang pertama kali kita jumpai adalah rumah –rumah warga. Kemudian kita melewati sebuah jalan yang samping kanan-kiri diapit oleh tebing yang berupa tanah. Setelah itu, kita akan memasuki kawasan hutan Taman Nasional Gunung Merbabu milik Perhutani. Hawa sejuk mulai menyelimuti kita. Jajaran pohon pinus mulai menari-nari untuk menyapa kedatangan kami. Rerumputan pun mulai berbaris rapi, tersenyum menemani setiap langkah kami menyusuri jalan setapak ini. Suasana yang pantas untuk tidak dilewatkan. Gemericik air pun mulai terdengar. Aliran sungai juga sudah mulai terlihat. Itu tandanya kita sudah semakin dengan dekat curug.  
Bergaya dulu dengan Kaos Baru (*Keliling Indonesia)
Wuiih…keren banget!!! Seperti foto yan pernah dikirimkan beberapa bulan yang lalu. Kita bersuka ria karena kita bisa sampai juga di curug Grenjengan Kembar. Aku, Farid, dan Memet berhenti sejenak untuk memotret air terjun itu. Yang lain langsung menuju ke arah air terjun tersebut. Setelah puas dengan beberapa foto, kita bertiga menyusul yang lain menuju kebawah. Hari itu si Ucup tidak bisa membawa kameranya. Sedangkan baterai kameraku lupa aku charge. Hanya menyisahkan beberapa baterai saja. Yaa akhirnya kita hanya memanfaatkan kamera HP aja. Yaa lumayan daripada gada dokumentasi sama sekali, hhehehe. Siang itu suasana mulai ramai. Kebanyakan pengunjung berasal dari desa sekitar. Selain itu, aku juga lihat beberapa motor yang berasal dari Semarang. Sepertinya tempat ini sudah mulai terkenal. Banyak orang yang telah mengetahui keberadaan curug ini. Ayo para perangkat desa, kembangkan potensi wisata ini untuk kemajuan desa. Menurutku, pemandangan curugnya sangat bagus. Dengan terdiri 3 curug memberikan keunikan tersendiri. Apalagi dua curug saling berdekatan, sehingga disebut curug kembar. Untuk kata “Grenjengan”, aku belum tau maksud kata itu. Namun air yang ada di curug kurang bersih. Banyak lumpur disekitaran curug. Arus air juga cukup deras. Bahkan cipratanya bisa kita rasakan jika berada di sekitar curug. Kalo kamu mencari sebuah pemandangan, curug ini sangat disarankan untuk dikunjungi.
The Reds in Curug Grenjengan Kembar
Setelah puas bermain di curug, kita memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju ke kawasan Ketep Pass. Ketep Pass bisa ditempuh dengan waktu 20 menit dari curug. Perjalanan yang singkat dan ditemani dengan udara yang sejuk. Ketep Pass merupakan temapt yang biasa digunakan untuk melihat gunung Merapi. Ketika sampai sana, kita langsung dsmabut oleh mendung. Tak lama kemudian hujan pun turun. Akhirnya kita berteduh sambil makan siang. Hujan pun mulai reda. Kita mulai naik untuk menikmati pemandangan. Aku sudah beberapa kali berkunjung kesini. Entah kapan terkahir kesini aku juga lupa. Sedangkan Ucup baru pertama kali kesini. Kita menyempatkan diri untuk berfoto ria. Setelah itu beranjak untuk masuk ke museum. Di dalam musem ada berberapa foto mengenai gunung Merapi. Bahkan dokumentasi tentang letusan dahsyat gunung Merapi pada tahun 2010 pun juga ada di museum ini. Letusan gunung Merapi pada tahun tahun 1967 juga terdapat di musium ini. Terdapat foto presiden Soekarno bersama para warga yang hidup di lereng Merapi pada kala itu. Selain itu juga ada replika gunung Merapi. Dalam replika itu juga terdapat peta aliran lahar panas merapi.

Setelah puas mengunjungi Ketep Pass, kita bersiap-siap untuk pulang ke Semarang. Jalur yang kita lewati tetap sama, yaitu jalur Kopeng. Cuaca mendung masih setia menemani perjalanan kita. Akhirnya hujan juga. Buru-buru kita mengenakan jas hujan. Di tengah perjalanan kita ketemu dengan Adnan, Bangkit, dan Rio. Kemarin mereka mendaki gunung Merbabu. Akhirnya kita pulang bersama-sama. Jalanan sore itu terasa lengan. Namun ketika sampai terminal Bawen, kemacetan pun mulai terjadi. Jalur padat merayap. Setelah itu perjalanan kembali normal. Kita sempat mampir terlebih dahulu untuk makan malam. Setelah makan kita melanjutkan perjalanan pulang ke Semarang. Perjalanan yang menyenangkan. Ditemani cuaca yang sejuk selama perjalanan. Bersama orang-orang yang luar biasa.

You may also like

0 comment

christina anggreani April 29, 2014 - 3:43 am

kerennn ^^ kembar gitu curugnyaa hahaha ><
nanti ajakin aku yaaaa

Reply
Rivai Hidayat April 29, 2014 - 4:49 am

iyaa…pemandangan curugnya bagus…tapi kurang bersih sih. masih lebih bersih curug lawe..hehhee

iyaa…asal kau banyak waktu aja 😀

Reply
Pharied Zone January 28, 2016 - 2:54 pm

Bakso ndas bayine rak dicritake

Reply
Pharied Zone January 28, 2016 - 2:54 pm

Bakso ndas bayine rak dicritake

Reply

Leave a Comment