Kami langsung diajak menuju sebuah bangunan yang menjadi kantor kelompok tani kopi Argo Wilis, Desa Brenggolo. Di tempat ini kami bertemu dengan peserta lainnya yang telah tiba terlebih dahulu. Para peserta acara Suro Brenggolo dipersilakan untuk duduk merapat, melingkar, dan kemudian saling mengenalkan diri masing-masing.
Acara Suro Brenggolo merupakan hasil kolaborasi petani kopi Desa Brenggolo dengan pelaku industri kopi yang ada di Wonogiri, seperti Salaga dan Wonogorich. Lebih tepatnya acara ini diadakan di Dusun Gemawang, Desa Brenggolo, Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Wonogiri. Kata Suro pada nama acara merupakan singkatan dari Syukuran Panen Robusta. Uniknya esok hari merupakan hari libur Tahun Baru Hijriah, 1 Muharram 1445 H. Dalam tradisi Jawa sering dikenal dengan Malam 1 Suro.
Acara Suro Brenggolo diikuti sekitar 35 orang. Lebih dari separuhnya berasal dari luar Wonogiri. Jumlah ini di luar prediksi panitia. Mereka tidak menyangka banyak orang dari luar kota tertarik dengan kopi Wonogiri, khususnya kopi robusta Brenggolo. Bahkan seorang peserta anak-anak yang usianya sekitar 11 tahun. Anak kecil itu merupakan seorang barista di kedai kopi milik ayahnya.
Acara perkenalan berjalan dengan santai dan penuh keakraban. Panitia juga menyuguhkan kopi asli Desa Brenggolo, ubi rebus, dan kacang yang berasal dari hasil kebun milik warga. Kopi yang disuguhkan adalah jenis kopi robusta. Sesuai dengan tanaman kopi yang ada di desa ini. Beberapa peserta menambahkan sedikit gula untuk mengurangi rasa pahit kopi.
Baca Juga: Safari ke Kabupaten Wonogiri
Hari beranjak sore dan kami diajak ke kebun kopi yang letaknya tidak jauh dari rumah warga. Kami mulai menyusuri jalan tani yang terbuat dari beton. Kebun kopi terletak di sebuah lereng bukit yang ada di tepi jalan tani. Kami mulai menuruni jalan setapak berupa tanah. Beberapa peserta terpeleset karena licinnya tanah. Terlihat puluhan pohon kopi yang sudah siap dipetik bijinya.
Mas Heri–salah satu petani kopi–memberi arahan untuk memetik biji kopi yang berwarna merah. Tidak diperbolehkan untuk memetik biji kopi yang masih berwarna oranye dan hijau. Biji kopi yang berwarna merah memiliki kualitas yang bagus dibandingkan dengan biji kopi berwarna oranye dan hijau. Para penggiat industri kopi sering menganjurkan petani untuk memetik biji kopi warna merah. Istilah ini dikenal dengan sebutan Petik Merah. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan kualitas kopi yang dihasilkan.
Di tengah kegiatan memetik biji kopi kami kedatangan Mbah Sadiman. Beliau merupakan seorang aktivis lingkungan yang berasal dari Wonogiri. Mbah Sadiman pernah mendapatkan penghargaan Kalpataru atas usahanya melakukan penghijauan di wilayahnya. Para tetua desa menyambut kedatangan Mbah Sadiman. Kemudian Mbah Sadiman ikut bergabung memetik biji kopi.
Tidak jauh dari kebun kopi terdapat sebuah gubuk yang digunakan panitia menyiapkan makanan dan minuman bagi peserta. Tentu saja minumannya berupa kopi. Warga desa ikut membantu dalam menyediakan nasi bungkus. Kami beristirahat di sekitar gubuk kayu tersebut. Para peserta mulai akrab satu dengan lainnya. Semua terlibat dalam obrolan santai dan seru. Aku menyukai kopi Brenggolo yang disajikan, hingga aku lupa sudah berapa cangkir yang aku minum.
Bakda salat Isya kami berjalan kaki menuju kantor kelompok tani Argo Wilis. Malam itu angin bertiup cukup kencang. Aku sudah mengenakan jaket, kaos kaki, dan kupluk untuk melindungi badan dari tiupan angin. Kami duduk melingkar, rapat, dan penuh dengan keakraban.
Baca Juga: Pasar Johar: Mahakarya dari Thomas Karsten
Malam ini merupakan puncak dari acara Suro Brenggolo yang diisi dengan syukuran, potong tumpeng, dan ngobrol santai tentang kopi dan Desa Brenggolo. Acara malam ini tidak hanya diikuti oleh peserta, tetapi juga warga dan tetua Dusun Gemawang. Pak Darmo–ketua kelompok tani–berbagi cerita tentang proses masuknya kopi di Desa Brenggolo. Pak Darmo dan Pak Yahmin menjadi orang pertama yang menggalakan penanaman kopi robusta di Dusun Gemawang, Desa Brenggolo.
Mereka berdua mendapatkan ilmu tentang kopi ketika merantau dan bekerja di perkebunan kopi di Palembang. Sejak tahun 2007, tanaman kopi hadir di Brenggolo. Tanaman kopi hadir sebagai pengganti komoditas jagung, cengkih, dan tanaman lainnya yang mengalami penurunan penjualan. Hasil penanaman kopi sudah terlihat dan menjadi daya tarik tersendiri bagi desa mereka. Kini mereka sedang mewariskan pengetahuan dan ilmu tentang kopi kepada generasi selanjutnya. Salah satunya adalah Heri.
Heri merupakan anak sulung dari Pak Yahmin. Di usianya yang masih muda dia ikut bergerak dalam mengembangkan kopi robusta di Desa Brenggolo. Di acara malam syukuran dia mendapatkan kehormatan untuk menerima potongan tumpeng dari Pak Darmo. Ini merupakan simbol sebagai estafet kepemimpinan dalam mengembangkan kelompok tani Argo Wilis dan kopi Brenggolo. Di pundak Heri dan anak muda lainnya masa depan kopi Brenggolo bergantung.
Acara syukuran malam ini mengingatkanku pada tradisi orang Jawa yang sering mengadakan syukuran di malam 1 Suro. Tujuannya sebagai rasa syukur karena bisa menjalani tahun tersebut dan tentu saja sebagai bentuk doa dan harapan untuk tahun yang baru. Seperti harapan para petani kopi untuk mendapatkan hasil yang berlimpah dan berkualitas.
Malam sudah semakin larut. Acara untuk malam ini telah selesai. Tidak terasa hari telah berganti. Angin bertiup semakin kencang. Dinginnya udara membuat kami merasa tidak betah berada di luar ruangan. Beberapa rumah warga dimanfaatkan sebagai tempat menginap para peserta. Salah satunya adalah rumah milik Pak Narimo–tempat kami menginap. Kami memutuskan kembali ke rumah Pak Narimo untuk beristirahat.
Cerita dari Wonogiri
Desa Brenggolo
18-19 Juli 2023
24 comments
Kegiatan yang gak ngebosenin,udah dapet ilmu ttg perkopian, bisa ngopi-ngopi dan ketemu sesama pecinta kopi, sekaligus penggerak lingkungan, yang muda”dapet kesempatan buat meneruskan estafet. Lampung juga salah satu penghasil kopi robusta,banyak toko oleh-oleh dan pembeli dari luar provinsi yg sekedar berburu kopi, sebagai penyuka kopi saya turut senang ,tapi gak sebanyak yg mas Vai minum, cukup satu sampai dua cangkir kecil perhari …hehe,tapi sekarang sudah mulai mengurangi.
aku suka mengikuti acara-acara seperti ini mbak heni. Seru dan pasti berkesan. Lampung dari dulu terkenal dengan kopinya. Seringkali kopi lampung dijadikan oleh-oleh. Minum kopi jangan kebanyakan mbak. Disesuaikan dengan kemampuan aja mbak 😀
Asyik juga nih Masvai bisa kumpul bareng kelompok tani kopi di Desa Gemawang…sambil bertukar ilmu juga dan jadi tahu seluk beluk perkopian robusta, salah satunya petik bijinya yang dah matang dan berwarna merah biar kopinya juga enak ya. Kalau aku ga ngopi sih, jadi paling kalau ngumpul kayak gini nyemil kacang aja #lha kok kacang Mbul…iya itu liat ada kacang dalam piring sebagai snacknya…trus maem nasi bungkus rame rame sambil nanti tumpengan…wah kerasa banget keakrabannya ya…
Esensinya memang kumpul bareng, kemudian saling belajar dan bertukar ilmu. Kopi, jajanan, dan makanan hanya jadi pendukung dari kegiatan kumpul-kumpul itu sendiri. Senang sekali bisa ikutan kumpul-kumpul.
Kumpul bareng warga seperti ini selalu menyenangkan, kita mendapatkan banyak hal. Dan pastinya keramahan beliau paling utama
Setuju mas sitam. Selalu suka dengan acara yang mengedapankan kegiatan dengan masyarakat lokal.
Ih seru banget bisa eksplor dan melihat langsung petani kopi lagi panen.
Aku juga kebetulan lagi pengen banget-banget ikut acara kayak gitu dan mendokumentasikannya.
Semoga di Bandung sini juga bisa dijodohkan ketemu event kunjungan ke kebun kopi dan ikut proses panennya.
Di sekitar bandung banyak penghasil kopi. Rasanya bakal banyak kegiatan yang berhubungan dengan kopi dan prosesnya. Semoga aja banyak acara seperti ini digelar di banyak daerah di indonesia biar kita bisa belajar tentang proses perkebunan kopi.
iya sih, kalo petani kopi di sekitaran Bandung kayaknya ga dikit, yg masih belum kutemukan adalah penyelenggara acaranya.
Kayaknya ada, tapi aku belum dipertemukan aja sih.
Sebetulnya ga mesti menyoal kopi, mau aktifitas panen padi atau teh juga oke… cuma kopi ini karena secara personal lagi suka-sukanya, jadi kayaknya bakal lebih dapet aja gitu, hehe…
Biasanya bisa belajar dari kelompok tani kopi di tempat itu kang ady. Mereka dengan senang hati akan mengajari dan berdiskusi tentang kopi.
Ayo semangat untuk belajar tentang kopi mas 😀
lihat foto-fotonya terasa hangat sekali momen kali ini, Kak Rivai. aku salut sama adik yang berusia 11 tahun udah menjadi barista. berarti dari kecil udah kuat minum kopi sedangkan aku yang udah umur segini masih mentok di kopi susu :’) wkwk
gimana Kak setelah minum beberapa cangkir kopi di sana? apakah malamnya tetap bisa tidur?
Lingkungan dia untuk belajar kopi sangat mendukung. Belum lagi ditambah ekosistem industri kopi yang sangat bagus sehingga dia bisa mengembangkan kemampuannya di bidang kopi. Ga masalah Lia, setiap orang punya caranya masing-masing untuk menikmati kopi.
Jam tidur aman, hanya pas itu terasa kedinginan.
Kalau ada acara seperti ini
saya ingin ikut
saya kan maniak dengan kopi
sungguh luar biasa, saya salut dan takjub
Semoga suatu saat bisa ikut acara seperti ini mas 😀
Wawwwww.. sungguh menghangatkan. Aku lohh yang cuma lihat dari Blog aja berasa hangatnya sampai sini… Sumpahh sih Mas Rivai pinteran sih nemu acara kaya gitu.. Saluutt aku..
Btw, ini masih lanjut kan ya? Aku malah penasaran sama suasana bermalam di rumah warga… heheh. Pasti seru banget tidur bareng-bareng gituuu.. heheh
Aku dapat info dari temanku. Karena merasa cocok dan suka, akhirnya ikut juga. Berwisata dengan cara yang lain..hehhee
Masih lanjut satu artikel lagi. Tunggu saja bay, bakal segera tayang kok
saya belum pernah minum kopi dari brenggolo
tapi apakah kalau minum kopi ini lambung saya bakal kuat?
Disesuaikan dengan kondisi lambung aja mas. Kalau ga cocok minum kopi, sebaiknya tidak dipaksakan.
Seriuuus sih aku pengen banget rasain kopi nya . Dan itu kaguuum banget pesertanya sampe ada anak 11 THN udh barista . Kereen sih.
Baru denger jujurnya kopi brenggolo ini. Pengen banget ikut ngerasain pas petik kopi. Jadi tau kalo kopi yg bagus itu merah yaaa.
Selama ini kan aku lihat ya kopi yg udh di roasted, jadi sudah kecoklatan semua .
Kebayang kopi nya wangiiii banget. Paling sukaa deh mas kalo cium aroma kopi. Nenangin gitu.
Kopi Indonesia memang enaak sih. Aku kan june ini mau ke Malaysia mas, itu temen2 di sana pada minta dibawain jenis2 kopi Indonesia. Kopi Papua, Gayo, luwak. Sayangnya yg brenggolo aku ga Nemu nih di tempat kopi langganan.
Kopi brenggolo bisa dibeli di tokopedia di toko wonogirich. Di instagram juga bisa cari akunnya wonogirich.
Kalau biji kopi sudah merah berarti sudah matang dan siap dipanen.
Keren mbak fanny, kopi sudah jadi oleh-oleh untuk teman di luar negeri. Beberapa kali aku juga pernah dioleh-olehi kopi sama temanku. Kalau Kopi brenggolo bisa beli secara online di tokopedia-nya wonogirich.
jadi keinget acara serupa akhir tahun lalu yang pernah aku ikuti di Banyuwangi, Ngopi di Gunung. Peserta diajakin kelilingk kebun kopi di Banyuwangi, kita dijelasin jenis jenis tanaman kopi dan prosesnya, terus waktu camping dijelasin juga cara ngeroasting kopi sama barista-barista cafe yang jadi panitia
terus ada acara sharing dengan tema umum juga. Senengnya kita bisa dapet kenalan temen baru
peserta juga dikasih kesempatan untuk mencicipi jenis kopi yang dibawa oleh panitia. Aku tuh heran temenku bisa tau aroma aroma kopi misalnya mirip permen karet, atau buah-buahan, mungkin karena suka explore berbagai kopi ya. aku aja belajar dari temenku yang barista tetep ga hapal
Setelah mendengar proses pengolahan kopi dari biji kopi hingga jadi kopi yang siap diseduh akhirnya kita sadar bahwa proses kopi itu panjang dan melibatkan banyak orang. Bukan yang tiba-tiba hadir di hadapan kita.
Untuk mengetahui rasa kopi itu butuh waktu, jam terbang, dan pengalaman. Tentu saja kita bisa belajar dan berlatih untuk mengetahui karakteristik tiap kopi.
Kuat banget lambungnya mas vai, daku 2 gelas aja udah gemeteran lho hahaha.
Aku tuh kagum ya sama banyak tradisi di daerah, khususnya di Jawa. Banyak sekali acara kumpul-kumpul silaturahmi seperti ini, yang seringkali secara filosofis bermakna rasa syukur atas segala nikmat yang telah diberikan.
Ah, andai orang kota kepikiran bikin gini juga, hahaha
Sekarang sudah mengurangi jumlah kopi yang diminum mas..hehhee
Orang Jawa memang suka bikin acara sebagai bentuk simbolis sebuah kejadian atau momen. Setiap momen bisa dirayakan dengan penuh rasa syukur.
Kebiasaan ini beberapa ada yang terbawa ke kota mas 😀