Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the soledad domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/masvayco/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114
Bus Sekolah Masa SMP - Rivai Hidayat

Bus Sekolah Masa SMP

by Rivai Hidayat
Bus Sekolah

Siang itu aku penasaran dengan salah satu film pendek yang muncul di linimasa youtube-ku. Judulnya Summer, Bus. Film yang diproduksi di Korea Selatan bercerita tentang kehidupan dalam sebuah bus yang melibatkan sopir, dan para penumpangnya. Setelah selesai menonton film ini, ingatanku tertarik ke  beberapa kejadian ketika aku jadi anak bus pada masa sekolah. Aku menyebutnya dengan bus sekolah saja. Ini bukan bus yang khusus pelajar. Melainkan gabungan kata yang aku pakai untuk menceritakan bus yang aku gunakan selama masa sekolah menengah.

Tepatnya ketika SMP dan SMA. Selama menjalani masa itu, aku sering menggunakan bus kota sebagai transportasi berangkat dan pulang sekolah. Perkenalanku dengan dunia bus dimulai pada masa sekolah menengah itu hingga berlanjut sampai sekarang. Banyak yang bilang naik bus itu menghabiskan banyak waktu di jalan. Lama di jalan. Tapi percayalah, naik bus itu akan memberikan tersendiri selama perjalanan.

Satu minggu setelah masa orientasi sekolah selesai, akhirnya aku dilepas oleh orang tua untuk berangkat sekolah menggunakan bus kota. Tentu saja dikasih tahu tentang Di halte tempat aku menunggu bus, aku melihat beberapa siswa yang satu kelas. Mereka sering ngobrol sambil menunggu bus datang. Sekolahku berada di jalan yang strategis. Jadi banyak bus yang melintas di sekolahku. Biasanya kami akan naik bus jika bus tersebut tidak penuh. Kalau penuh, kami menunggu bus lain yang tidak penuh.
Baca Juga: Sendiri di Bengkulu

Karena sering bertemu di sekolah dan di halte,  akhirnya kami berkenalan. Nama mereka Kak Agus dan Kak Rinaldi. Mereka berdua adalah siswa kelas 3. Tepatnya siswa kelas 3A dan 3B. Dari mereka inilah aku mulai mendengar cerita-cerita tentang sekolah. Khususnya yang berkaitan dengan guru. Kami saling bertegur sapa ketika berpapasan di sekolah atau di kantin. Kadang-kadang ada Kak Sonia yang sering gabung ngobrol ketika menunggu bus. Kak Sonia ini merupakan siswi kelas 3C. Rambutnya panjang, kulitnya sawo matang, dan ketika senyum terlihat lesung pipinya. Setelah lulus SMP, mbak Sonya ini menjadi teman sekelas pas SMA dengan kakak perempuanku.

Jika kalian termasuk generasi 90-an, pasti kalian tahu dengan bus Damri klasik yang beredar di awal tahun 2000-an. Biasanya menggunakan mesin buatan pabrikan asal Jerman. Dibandingkan dengan bus kota lainnya, bus Damri ini memiliki ukuran yang lebih besar. Ukuran ini membuat bus ini tidak bisa melaju dengan kencang. Terkadang kami menyebut bus kura-kura. Jika bus dilihat dari luar dengan penuh dengan penumpang, pemandangan itu terlihat seperti akuarium yang dipenuhi dengan ikan. Kami sering menyebut bus ini seperti bus akuarium. “Itu bus akuarium datang.” kata salah temanku yang rumahnya hanya dilalui bus Damri. Tapi kedua alasan inilah yang menarik minat kami untuk naik bus Damri klasik ini.

Bus Damri klasik yang melaju dengan pelan membuat kami menikmati perjalanan pulang sekolah. Aku naik bus bersama teman-teman yang memiliki arah pulang yang sama. Mungkin bisa terdiri dari 5-7 orang untuk sekali naik. Makanya kami rela menunggu lebih lama agar kami bisa pulang bareng. Kami sering terlibat dalam sebuah obrolan dan kadang bercanda dalam bus. Tak ayal sering mengganggu penumpang bus yang lainnya.

Salah satu ayah temanku adalah seorang pengemudi bus Damri klasik ini. Kalau sedang naik bus yang beliau kendarai, kami biasa diberi ongkos gratis. Tinggal menyebut nama bapak sopirnya. Pernah di lain kesempatan, saat itu kayaknya masih kelas 2, aku dan temanku pernah tidak membayar ongkos karena saking penuhnya penumpang. Sehingga kami terlewat oleh kondektur yang sedang minta ongkos.

Selain anak sekolah, bus Damri klasik ini juga sering dipenuhi dengan pedagang. Khususnya pedagang dari Pasar Johar. Sebelum terbakar pada tahun 2015, Pasar Johar ini menjadi pusat perdagangan di Kota Semarang. Saat ini, pasar karya arsitek Herman Thomas Karsten ini belum beroperasi lagi. Di bus kami terbiasa berbagi tempat dengan barang dagangan para pedagang. Biasanya kami juga memberikan tempat duduk kami untuk para orang tua yang berdiri.
Baca Juga: Desa di Ujung Pulau Sinabang

Tempat favorit kami biasanya ada di barisan belakang dekat jendela. Di sana terdapat ruang yang lebih lebar untuk berdiri dan beramai-ramai tanpa berdesakan. Kalau sedang penuh dengan penumpang, tidak jarang bus terlihat miring karena terlalu banyak beban penumpang. Aku pun pernah bergelantungan di pintu karena bus sedang penuh dan aku bisa terlambat jika tidak naik bus tersebut. Sungguh mengerikan jika diingat sekarang. Tapi entah kenapa malah berani ketika masa itu. 

Pengalamanku naik bus kota selama SMP juga dilengkapi dengan melihat para taruna Akademi Kepolisian (Akpol) yang sedang pesiar di hari Sabtu. Sekolahku terletak di dekat kompleks Akpol. Hanya berjalan kaki selama 15 menit sudah tiba di depan gerbang Akpol. Beberapa temanku tinggal di asrama yang terletak di dalam area Akpol. Di mata seorang anak SMP, melihat para taruna Akpol dengan seragam, sebilah sangkur, dan segala aksesorisnya itu terlihat sangat keren. Begitu juga dengan taruni Akpol saat itu. Selama tiga tahun masa SMP, hampir setiap hari Sabtu selalu berada dalam satu bus dengan para taruna Akpol.

Pengalaman bus sekolah pada masa SMP ini membuatku terbiasa dengan moda transportasi ini. Aku mulai tahu beberapa jurusan bus kota yang ada di Kota Semarang. Selain itu, aku juga diberitahu oleh kernet jika akan turun dari bus untuk menggunakan kaki kiri terlebih dahulu. Meskipun bus belum benar-benar berhenti, turun menggunakan kaki kiri akan lebih aman dibandingkan kaki kanan. Jika turun menggunakan kaki kanan terlebih dahulu, kemungkinan besar akan terjungkal ke depan.

Aku juga mengenal beberapa sopir dan kondektur atau kernet yang busnya biasa aku tumpangi. Pada masa ini pula aku juga mengenal beberapa jenis pekerjaan yang berhubungan dengan bus kota. Mulai dari calo, pencatat waktu (timer), pengamen di bus, kernet cadangan, hingga para preman yang biasa berkumpul di sekitar halte bus. Pengalaman bus sekolah masa SMP ini kemudian berlanjut ke bus sekolah masa SMA.

Jadi, kamu mulai naik bus kota pada usia berapa?

You may also like

38 comments

Dodo Nugraha October 18, 2020 - 3:48 am

Kaloo aku masa SMP atau SMA juga sering naik bus kota mas. Waktu SMP, normalnya ongkos seharga 1000 rupiah, namun kalo pulang kadang 500 rupiah saja. Itu tahun 2010an. Tapi, ketika aku kelas 3 SMP, ongkosnya naik jadi 2000 rupiah, krn BBM naik haha

Reply
Rivai Hidayat October 18, 2020 - 4:40 am

Kalau bbm naim, ongkos bus jadi naik. Yang anak sekolah yang protes.kadang untuk mengakalinya, bayarnya dijadiin satu sama yang lainnya..hahaha

Reply
Eya October 22, 2020 - 3:05 pm

Aku setuju banget sama pendapatnya Mas Rivai, kalau naik bus itu pasti ada cerita tersendiri selama di perjalanan.

Dan ya ampun bus Damri klasik ini beneran yaa nostalgic banget. Beberapa tahun lalu masih sering banget naik bus Damri klasik ini, karena harganya murah Tapi sekarang udah diganti semua dengan unit baru sih, harga naik sedikit tapi masih tetap terjangkau.

Aku pertama naik bus SMP kayaknya, metromini 42 kalo ada orang Jakarta Timur pasti hapal busnya kecil dan rata2 tuh udah jelek, mana suka ngebut, mau turun dan mau naik pun jarang yang busnya bener2 berhenti

Reply
Rivai Hidayat October 24, 2020 - 4:17 am

bus damri dengan mesin Mercedes emang ikonik banget. hahahhaa
ongkos bus damri memang lebih murah dibandingkan dengan bus kota lainnya. Di semarang, bus damri sudah tidak beroperasi lagi. Banyak sopir yang pindah ke transsemarang.

Aah, metromini di jakarta banyak banget, dengan jurusannya masing-masing..hhehehee
kalau mau berhenti lama biasanya pas ngetem cari penumpang. Itu pun hanya beberapa menit saja.

Reply
Rudi Chandra October 18, 2020 - 5:14 am

Seru juga ya pengalaman naik bus nya Mas.
Kalo aku naik bus pertama tuh saat SMA.
Itupun bus antar kota, karena sekolah SMA ku ada di kota kabupaten, jadi kost di sana.
Jadi saat libur, baru deh pulangnya naik bus.

Reply
Rivai Hidayat October 19, 2020 - 8:18 am

Mas rudi yang masih sekolah sudah berasa pekerja. Yang terbiasa pulang ke rumah tiap akhir pekan..heheh

Reply
Ina October 18, 2020 - 6:33 am

Aku naik bis sendirian waktu sd kalo antarjemput sudah pulang duluan, jalan kaki dulu sampe marwo trus naik bis/ angkot turun di pasar.

Tapi aku dr kecil suka diajak naik bis sama bapak ke luar kota, yah namanya anak kecil ya jelas enggak ‘awas’

Sekarang sih, udah berani naik bis ke barat sendirian, sebelumnya ke selatan aja beraninya.

Wah, masnya bismania comm ya?

Reply
Rivai Hidayat October 19, 2020 - 8:21 am

Mantap yaa, jaman sd sudah berani naik bus/angkot sendirian. Aku ke sd masih dekat rumah..hahahaa
Seiring berjalannya waktu, sudah terbiasa naik bus yaa kak 😀

Aku ga ikut komunitas busmania. Hanya penumpang biasa yang suka memperhatikan keadaan di bus. Sekaligus mendengarkan kehidupan dalam sebuah bus
*Halaah 😀

Reply
Ina October 23, 2020 - 2:31 am

SDnya jauh soalnya, seberangnya ADA atas situ. Tapi mulai ngangkot juga kelas 5.

Aku juga inget, dulu awal2 Java Mall buka pas kelas 4, ngangkot rame2 sama temen2 rumah
Kalo skg sih, kmn aja hayok deh, mau sendiri apa ada temennya, bebas.

Mendengarkan kehidupan dlm sebuah bus ya? Padahal kalo malem paling pada tidur…

Reply
Rivai Hidayat October 24, 2020 - 4:34 am

Awal-awal buka javamall ada astro cafe. Biasanya tiap sabtu-minggu selalu ramai dengan band-band sekolah.
Kalau malam mending tidur aja, simpan tenaga untuk keesokan harinya. 😀

Reply
ina October 24, 2020 - 4:58 am

wah aku gatau astro cafe di mana i, aku bukan anak gaul kak 🙁
malem sukanya overthinking T_T

Rivai Hidayat October 24, 2020 - 5:39 am

Mungkin pas jaman itu kamu belum mengenal dunia percafean anak sekolah..wkwkkwkk

Ikrom October 18, 2020 - 11:00 am

di kota saya engga ada bus kota mas dan malah mengharamkan bus kota soalnya jalannya di kotaku sempit sempit hahaha
jadi saya naiknya mikrolet alias angkot yang warna biru
sama sih mas kadang kenal sama kakak kelas atau malah kenal kakak kelas sekolah lain karena penumpangnya ya itu itu saja
makanya aku dulu kadang pengen banget ngerasain naik bus kota pakai seragam
solanya pas ke surabaya atau ke kota lain suka liat anak anak seragaman seru aja masih megang es plastik naik bus hahaha

sayang sampai aku lulus engga ada bus kota di kotaku

Reply
Rivai Hidayat October 19, 2020 - 8:24 am

Hiks, berarti emang kondisi tidak memungkinkan untuk operasional bus yaa mas..hehehhe

Kalau di sekolah ketemu kakak kelas canggung, tapi kalau di luar malah saling sapa dan kenal. Kalau pas naik bus bareng, sering disuruh naik terlebih dahulu. Baru kemudian mereka.
Mungkin mereka ingin memastikan agar adik kelasnya baik-baik saja ketika naik bus…hehehhee

Reply
PIPIT October 19, 2020 - 1:41 am

Bisa dibilang Mas Rivai ini bus mania ya?
Well, aku kebalikannya dari kamu.
Karena beberapa faktor seperti tempat tinggal yang akhirnya terlalu jauh kalau naik bis plus ini bukan kota kayak Semarang, aku g ada ketertarikan naik bis.
Pertama kali naik bis sendiri itu pas SMP apa ya?
Cuman bawaannya nakutin dan parno. Tiap kali mau turun, karena masih pendek agak kesusahan, plus bisnya grusa grusu. Hampir mau jatuh tiap kali turun bis.
Yang paling parah kalau naik bis Bojonegoro sih, I dunno why tapi kalau naik ini tiap kali mau turun kayak disuruh terjun bebas karena sepersekian detik bisnya udah ngegas lagi.
Aku mending naik sepeda motor, kalau capek naik travel dah apa ojol gitu.

Reply
Rivai Hidayat October 19, 2020 - 9:04 am

Ga juga sih mbak pipit. Mungkin karena terbiasa naik bus, akhirnya suka dengan momen-momen yang ditemui ketika naik bus..hehhehe

Mungkin busnya lagi kejar setoran, makanya sering grusa grusu. Seperti yang sering aku temui dulu. Kalau ketemu bus pesaing, seringkali kedua bus itu saling mendahului untuk mendapatkan penumpang. Memang bahaya, tapi banyak penumpang yang anggap itu seru…hehehehe

Dulu ketika akan turun dari bus dikasih tahu untuk menggunakan kaki kiri terlebih dahulu. Jadi kemungkinan terjatuh sangat kecil. Tapi yaa tetap berhati-hati..hehehe

Reply
Lia The Dreamer October 19, 2020 - 2:47 am

Kak Rivai berarti termasuk ahli dalam urusan bus kota ya karena pengalamannya banyak
Seru sekali bisa menemukan teman seperjalanan ketika naik bus! Oiya, aku sering lihat bus yang penuh dengan penumpang dan jalannya jadi miring, aku yang lihat dari luar aja udah ngeri, bagaimana rasanya di dalam bus yang miring?
Kalau aku waktu SD naiknya angkot, Kak, karena di sini lebih banyak angkot hahaha. Seringkali aku bertemu juga dengan seorang anak perempuan yang kira-kira sebaya denganku di angkot yang sama. Terud akhirnya sewaktu SMA, kita jadi teman sekelas, dan baru mulai ngobrol hahaha. Nggak nyangka dari yang awalnya cuma lihat-lihatan di angkot, beberapa tahun kemudian jadi teman sekelas

Reply
Rivai Hidayat October 19, 2020 - 8:58 am

Karena mungkin dulu terbiasa naik bus. Akhirnya sedikit memahami pola kerja dalam dunia bus. Ternyata ga sekadar bus yang angkut penumpang, tapi lihatnya ada kehidupan dalam bus tersebut..hehehe

Bus yang miring itu cukup mengerikan kak Lia. Dulu pernah terpaksa naik karena hampir telat masuk sekolah. Jaman SMP tidak ada angkot yang melintas di depan sekolah. Jadi masa SMP selalu naik bus.

Nah, kejadian-kejadian unik ini yang akhirnya mengenalkan kita dengan orang lain. Eh tiap hari ketemu, akhirnya jadi teman sekelas. Mungkin kejadian itu ga pernah kita duga sebelumnya.heheheh

Reply
Nasirullah Sitam October 19, 2020 - 5:31 am

Aku jarang naik bus waktu sekolah, soalnya kosanku berdekatan dengan sekolah. Cuma dulu sering ikutan naik bus ke rumah teman. Jadi kalau kami pakai seragam sekolah, bayarnya cuma 1000an hehehehhehe
Yang jelas, tiap bus punya pelanggan sendiri-sendiri. Sampai-sampai kadang bus tersebut berdesakan para siswa

Reply
Rivai Hidayat October 19, 2020 - 8:36 am

Pakai seragam adalah salah satu cara untuk dapat ongkos lebih murah. Biasanya setengah dari harga untuk penumpang umum..hehehee

Bener banget mas, setiap bus punya penumpangnya sendiri. Itu yang aku lihat ketika di halte. Banyak penumpang dengan berbagai jurusan bus..hehehehe

Reply
Thessa October 19, 2020 - 4:46 pm

Owh di Semarang yaa mas.. Saking ramenya sampe pernh kelewat pas ditagih ongkos yaa. Hehehe. Klo Mas Rivai pernh digratisin krna sopirnya bapak temennya, aku juga dulu pas Smp suka digratisin ongkos angkot (iya, aku dulu SMP n SMA naiknya angkot, bukan bus), karena sopir angkotnya sodara temenku. Hehehe. Kadang kita sampe rela nungguin angkotnya yg itu biar bisa naik bareng2 n gratis

Reply
Rivai Hidayat October 20, 2020 - 3:25 am

iyaa mbak, saya lahir dan besar di semarang. Jaman masih sekolah kadang nakal juga, ga bayar ongkos bus kalau ga diminta sama kondekturnya. hahhaaa
Kalau angkotnya ke arah yang berlawanan jadi repot mbak thessa. Khan jadi kelamaan nunggunya..hahhahaa

Reply
CREAMENO October 19, 2020 - 5:12 pm

Saya nggak naik bus waktu sekolah, mas. Jadi nggak punya pengalaman seru yang bisa diceritakan seperti mas Rivai bersama teman-teman hehehehe 😀

Kalau ditanya kapan pertama kali naik bus, mungkin waktu usia sekolah tapi bukan ke sekolah. Waktu itu seingat saya…. saya diajak pergi ke Kebun Raya Bogor sama ibunya sahabat baik saya, dan ke sananya naik bus plus kereta. Hehehehe. Cukup berkesan sebab saya dan sahabat baik saya bisa bersenang-senang 😀

Terus di Jeju beberapa kali naik bus, nggak begitu sering tapi pernah hehehe. Kalau di Bali nggak pernah. Soalnya di Bali jarang ada bus kelihatan. Saya nggak tau pangkalannya di mana :s

Reply
Rivai Hidayat October 20, 2020 - 8:48 am

Aku dulu ke kebun raya bogor juga naik kereta, kemudian dilanjut naik angkot. Di bogor itu banyak angkot, bahkan dijuluki sebagai kota seribu angkot..hehehe

Di kota-kota besar di indonesia sudah memiliki sistem transportasi yang saling terhubung. Jadi sangat memudahkan masyarakat dalam menggunakan bus dan transportasi lainnya.

Reply
Fanny_dcatqueen October 20, 2020 - 3:15 pm

Seru juga yaaa bis nya :p. Sampe miring begitu, seraaaaam hahahahhaa. Duh ga kebayang kalo kebalik mas.

Aku dulu zaman TK sampe SMU, sekolah di sekolah khusus yg hanya terima anak2 yg ortunya kerja di perusahaan gas alam cair PT Arun LNG. Jd Ama perusahaan di sediain komplek perumahan lengkap Ama fasilitas termasuk sekolah dr TK Ampe SMU. Dan pastinya ada bus sekolah gratis khusus yg anterin siswa ke rumah2 semua. Busnya juga dibedakan utk TK sampe SMU. Jd aku ga ngerasain bus kota yg beneran sih. Naik bus sekolah ini juga ga tiap HR. Krn kdg kalo papa cuti ya dijemput. Ato pas SMU, udh punya pacar, ya dianter jemput pergi dan pulang hahahahah.

Tapi serulah naik bus bareng temen2 gitu. Apalagi yaaa kalo sdg naksir cowo nih, dan kebetulan rumahnya searah, lgs deh lirik lirik rumah dia sampe anaknya msuk hahahahahah.

Reply
Rivai Hidayat October 22, 2020 - 4:04 am

pas jamanku sekolah dulu, aku juga sering lihat bus sekolah yang disediakn oleh sekolah khusus untuk para siswanya. Kami yang melihatnya hanya bisa melongo aja, menganggap kalau sekolah mereka elite. Karena punya bus sekolah sendiri..hahhahaa

Karena naik bus ini aku juga kenal dengan siswi dari kelas lain mbak. Memulai perkenalan dari sebuah bus, kemudian jadi teman ngobrol sepanjang perjalanan. hahhahaa

Reply
Jezibel Alfiya October 21, 2020 - 3:33 am

Halo Mas Rivai, salam kenal!
Pas SMP aku nggak pernah naik bus sih, melainkan jasa antar jemput sekolah. Mobilnya pake minibus gitu, atau kadang suzuki APV hehehe. Tapi aku mulai naik bus kota saat SMA, ketika harus pergi les setelah pulang sekolah. Walaupun ojek belum terlalu mahal saat itu, tapi vibes buat naik bus kota tuh asik aja gitu. Btw, itu daerah Jakarta dan tahun 2013.

Sedihnya, aku sekolah di negeri dan pasti nggak disediakan bus sekolah hahaha. Waktu itu juga kayaknya belum ada bus sekolah gratisan seperti sekarang di Jakarta (bus kuning kalo nggak salah). Jadi, kalau nggak bus kota, ya paling Transjakarta.

Reply
Rivai Hidayat October 22, 2020 - 4:40 am

halo kak ibel, salam kenal yaa 😀
Ternyata kita sama. Sama-sama merasakan vibes berbeda ketika naik bus kota. Perjalanan terasa sangat seru, asyik, kadang jengkel jika bus terlalu penuh hingga kita terpaksa saling berhimpitan dengan penumpang lainnya. Tapi tetap saja, selalu dibuat asyik. Namanya juga naik bus, hal seperti ini bukan hal aneh..hahaha

Sekolahku negeri tidak menyediakan bus sekolah. Dulu sering melihat beberapa bus sekolah swasta melintas dengan membawa siswa dari sekolah tersebut. Hingga kepikiran bahwa sekolahnya elite, karena punya bus sekolah sendiri..haaahahaa
sebetulnya jakarta itu sudah bagus dengan transjakarta-nya. Sistemnya juga sudah terintegrasi dan ada yang beroperasi selama 24 jam.
setiap pagi di semarang disediakan bus sekolah. meskipun bus transsemarang, namun penumpangnya para pelajar. Pada jamanku sekolah belum ada bus sekolah. Kami para pelajar mesti berjibaku dengan penumpang umum lainnya..hahhahaa

Reply
Reyne Raea October 21, 2020 - 4:04 am

Saya jarang naik bus dulu, eh ekarang juga ding, jadinya kagok kalau naik bus 😀
Dulu SMP jalan kaki, kadang naik sepeda 😀

Kalau STM naik angkot.
Kuliah jalan kaki
Kerja ngangkot dan naik motor hahaha.

Saya takut naik bus karena kadang kita baru naik, busnya udah jalan, bisa jatuh sayanya hahaha

Reply
Rivai Hidayat October 22, 2020 - 4:28 am

banyak yang mengira kalau naik angkot lebih aman, padahal naik bus lebih seru. Aku lebih suka naik bus, dibandingkan naik angkot..hehehhee

Reply
ainun October 21, 2020 - 2:30 pm

jadi keinget waktu TK nih, soalnya aku berangkat sekolah TK aja naik bis damri, lumayan jauh juga soalnya, tapi bukan naik sendirian, tapi sama bapak. karena TK nya berlokasi satu lokasi dengan kantor bapak.
nggak banyak yang bisa aku ingat, pokoknya jaman tahun segitu, bis selalu penuh tiap pagi, kadang aku duduk di samping sopir, anteng banget.
waktu SMA aku lihat temen temenku juga banyak yang pakai bis damri ini, selalu penuh sesak pokoknya
sayangnya sekarang bis damri di kotaku Jember sini udah perlahan meredup, sayang sebenernya, karena sekarang hampir semua orang punya kendaraan sendiri dan munculnya transportasi online

tetangga aku kerja di damri, malah kadang damri di kotaku buka trayek ke lokasi wisata

Reply
Rivai Hidayat October 22, 2020 - 5:43 am

waah, sekolah tk sudah naik bus. Hebat dong mbak ainun. aku tk masih di dekat rumah. biasanya jalan kaki 😀
Pada jamannya, bus damri selalu jadi primadona dan mungkin satu-satunya pilihan. Bisa dibilang menguasai pasaran bus kota di banyak kota. Mereka lupa untuk memperbaiki diri, hingga akhirnya tersaingi dengan bus lainnya.
Di semarang, bus damri juga meredup. Banyak sopir yang pindah ke transsemarang. Sekarang damri mulai membuka jalur ke tempat wisata.

Reply
Rahul Syarif October 22, 2020 - 1:21 am

Kalo di kota saya, bus bukan moda transportasi umum utama. Tapi angkutan umum yang disini disebutnya pete-pete. Kalau mas pernah ke Sulawesi, atau spesifiknya ke Kendari mungkin akan tau. Disini, bus digunakan untuk keluar kota atau kegiatan tertentu. Semisal menyewa bus untuk kegiatan wisata sekolah

Pengalaman saya sepanjang SMP sama pete-pete juga tidak jauh berbeda dengan mas Rivay. Saya juga belajar naik angkutan umum sendirj pas masuk SMP. Aslinya cuma rumah-sekolah kemudian berani ke Gramedia sendiri

Reply
Rivai Hidayat October 22, 2020 - 5:58 am

baru beres googling, ternyata pete-pete itu semacam angkot yaa. Angkot memiliki banyak sebutan yaa 😀
Kebiasaan-kebiasaan naik angkot akan membuat kita terbiasa dengan jalur transportasi. Akhirnya kita tidak merasa kesulitan ketika akan mncoba transportasi lain atau jurusan lainnya. 😀

Reply
morishige October 22, 2020 - 9:49 am

Kayaknya saya mulai naik bus kota sendirian itu antara kelas 4-5 SD, Mas. Kelas 6 rutin tiap minggu karena waktu itu lagi senang-senangnya berenang dan kolam renangnya di jalur bus kota. Waktu SMP, kawan-kawan saya kebanyakan tinggal di jalur bus kota. Jadi kalau ke rumah mereka naik bus kota. Sampai kelas 3 SMA saya masih naik bus kota kadang-kadang, tapi lebih sering naik angkot.

Kami naik bus DAMRI biasanya kalau sisa jajan tinggal sedikit, soalnya ongkos bus DAMRI lebih murah ketimbang bus kota biasa, meskipun, ya, lelet kayak kura-kura. 😀

Reply
Rivai Hidayat October 23, 2020 - 8:29 am

Jadi ingat, dulu pas Sd juga sudah naik bus kota bareng teman-teman kampung. Tujuan pas itu juga sama mas, ke kolam renang. 😀

Jaman smp hampir tiap hari naik bus. Pengalaman banyak didapat dari rutinitas tersebut..hehehhe

Reply
Phebie October 23, 2020 - 12:29 pm

Topik yg menarik banget! Saya ingat sdh naik bus sendiri kls tiga atau 4 SD. SMP dan SMu masih suka naik bus dari yg besar sampai metro mini yg suka kebut2an. Sampai hafal banget kl naik metro mini turun musti kaki mana dulu dan posisi gimana (biasa tarik sebelum wktnya). Hahaha…

Naik bus AKAP juga bnyk serunya. Cuma suka deg degan krn pernah pengalaman nabrak krn sopirnya ngantuk…

Reply
Rivai Hidayat October 24, 2020 - 4:27 am

Kalau bus kebut-kebutan itu berasa deg-degan. Atara takut dan merasa seru..hahhahaa
wah, Kak Phebie keren, sampai tahu posisi dan kaki mana dulu jika akan turun bus. Aku baru tahu ketika dikasih tahu kernetnya..hehhehe

Bus AKAP di jalur selatan pulau jawa seru mbak. Sopirnya terbiasa kenceng dan kebut-kebutan. Kemudian di jalur lintas sumatera yang didominasi sopir yang berasal dari sumatera utara. 😀

Reply

Leave a Comment