Perkebunan Teh Malabar merupakan salah satu perkebunan teh tertua dan terluas yang ada di Indonesia. Letaknya masih di daerah Pangalengan. Perkebunan Teh Malabar didirikan oleh Karel Albert Rudolf (K.A.R) Bosscha pada tahun 1896 dengan luas sekitar 2.000Ha. Di sekitar perkebunan terdapat dua pabrik pengolahan teh yang masih berfungsi hingga sekarang. Namun, Kami tidak mengunjungi kedua pabrik tersebut. Kami memilih untuk trekking menuju salah satu Bukit Nini yang ada di Perkebunan Teh Malabar.
Setelah sekitar 15 menit trekking, kami tiba di puncak bukit. Jalan yang kami lewati bukanlah jalan yang biasa digunakan kendaraan bermotor untuk menuju puncak bukit. Tapi sebuah jalan setapak yang berada di tengah perkebunan teh. Di puncak bukit terdapat sebuah gazebo yang bisa digunakan untuk bersantai dan menikmati pemandangan hamparan kebun teh, beberapa lahan yang kosong, dan barisan perbukitan Meski waktu sudah menunjukkan pukul 10:00, udara di puncak masih terasa sangat sejuk.
Baca Juga: Sunrise Point Cukul dan Pertualangan di Pangalengan
Di puncak Bukit Nini terlihat dua orang bapak-bapak. Mungkin usianya sekitar 60 tahun. Kedua bapak yang menggunakan topi kupluk itu merupakan penjaga area Perkebunan Teh Malabar. Aku menyempatkan diri untuk ngobrol dengan salah satu bapak penjaga perkebunan. Aku lupa menanyakan siapa nama beliau. Beliau sangat ramah menyambut kedatangan kami. Beliau bercerita banyak hal tentang Bukit Nini. Mulai dari pemandangan matahari terbit di atas bukit Nini, jalan yang biasa digunakan kendaraan bermotor untuk mencapai puncak bukit, hingga bukit ini menjadi salah tempat favorit dari Bosscha. Beliau menawarkan diri untuk menemani kami melewati jalur kendaraan ketika turun nanti. Namun kami menolaknya, karena jalannya lebih jauh dan memutar dibandingkan jalan yang kami gunakan ketika naik.
Rumah Bosscha
Rasanya kurang lengkap jika sudah datang ke Perkebunan Teh Malabar, namun tidak mengunjungi rumah K.A.R. Bosscha. Rumah ini masih terletak di kawasan Perkebunan Teh Malabar. Tiket masuknya cukup terjangkau, yaitu Rp10.000/orang. Rumah yang dibangun pada tahun 1894 ini memiliki bentuk bangunan seperti bangunan kolonial lainnya. Karena dibangun di daerah dataran tinggi yang memiliki udara dingin, Rumah Bosscha dibangun dengan langit-langit yang tidak terlalu tinggi dan dilengkapi dengan cerobong asap. Tujuannya agar keadaan di dalam rumah tetap hangat. Semua barang di rumah ini merupakan barang peninggalan Bosscha. Semuanya terawat dengan baik, termasuk piano Zeitter & Winkelmann buatan 1837 yang masih bisa dimainkan.
Aku bertemu dengan Pak Ujang, salah satu petugas keamanan yang menjaga rumah Bosscha. Beliau banyak bercerita banyak hal tentang Rumah Bosscha dan Perkebunan Teh Malabar. Mulai dari kondisi rumah, pengelolaan perkebunan, penggunaan mesin untuk memetik daun teh, alih fungsi lahan perkebunan, hingga beberapa wisatawan mancanegara yang datang ke Rumah Bosscha. Rata-rata berasal dari negera Belanda. Mereka sengaja singgah ke Rumah Bosscha hanya untuk makan siang dan berziarah ke leluhur mereka. Perlu diakui, bangsa Belanda memang sangat menghormati leluhur mereka. Kebetulan siang itu ada beberapa wisatawan mancanegara yang datang.
Rumah Bosscha juga dilengkapi dengan homestay atau penginapan yang bisa disewa. Satu homestay bisa diisi hingga empat orang. Harganya juga sangat terjangkau, yaitu sekitar Rp400.000 hingga Rp1.000.000. Kawasan Rumah Bosscha bisa digunakan untuk kegiatan outbond dan gathering. Selain itu, penyewa homestay juga akan diajak trekking menuju Bukit Nini untuk menikmati pemandangan matahari terbit.
Aku sangat menikmati obrolan dengan Pak Ujang. Mungkin kalau tidak terbatas waktu, kami bisa mengobrol cukup lama. Banyak hal yang masih ingin aku ketahu tentang Bosscha. Selama hidupnya, Bosscha sangat berjasa bagi perkembangan Kota Bandung. Seperti ikut mendirikan Technische Hoogeshool te Bandoeng (sekarang ITB), dan perintis pembangunan Observatorium Bosscha. Atas jasa-jasanya, K.A.R. Bosscha dianugerahi penghargaan sebagai Warga Utama Kota Bandung. Hari sudah beranjak siang, sebelum meninggalkan Rumah Bosscha kami menyempatkan diri untuk foto bersama.
Pertualanganku di Pangalengan akan dilanjutkan pada keesokan harinya. Setelah ini kami akan makan siang dan kemudian menuju homestay yang telah kami sewa. Ini merupakan pengalaman pertamaku datang ke Pangalengan. Meskipun Pangalengan terkenal dengan kebun teh dan pemandangan matahari terbitnya, aku enggan berekspektasi terlalu jauh tentang pertualanganku kali ini. Cukup mengalir dan mencoba menikmati apa saja yang ditemui. Termasuk berinteraksi dengan warga lokal. Yang menjadikan pertualanganku lebih berwarna.
49 comments
Ajakin aku main!
Ke boscha gpp
Biar puas ngobrol sama pak ujangnya
Ya kan kemarin, besok2 bisa.
Yaa pankapan
Wiw satu trip sama ka titi nih ya.. Perkebunan teh nya bikin adem mata ya… Next mau jugalah kesana
Bener banget mbak dan mulai Udaranya juga sangat segar mbak. Jadi bakal betah berlama-lama di kebun teh.
Ikut aja trip pangalengan mbak 😀
Bener sekali mbak cha. Mulai kenal dengan beberapa anak Kubbu 😀
Woww… Baru tahu ternyata Bosscha punya andil yang besar dalam perkembangan kota Bandung ya, wajar sihh kalau diangkat jadi warga utama. Duhh semoga someday bisa liat langsung semua peninggalan berlian dari Bosscha.
Bosscha juga sangat berjasa bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Banyak melahirkan para ahli dibidang teknik melalui ITB
Haha.. gmn rasanya nginep semalem di rumah boscha ya?..
Jadi ngebayangin rasanya kyk komunitas sejarah suka ngadain tur museum malem2..
Btw, nice story
Rasanya perlu nyobain nginep di sana. Apalagi suasanan cukup tenang dan udaranya segar 😀
Mungkin bakal seru kali yaa. Malam-malam bisa keliling area museum
Wah seru sekali petualangan bersama Kubbu ke Perkebunan Teh Malabar dan rumah Bosscha! Aku baru tahu nih ternyata jasa Bosscha untuk Bandung besar sekali. Nice artikel, Mas Vay!
Awal kenal teman2 kubbu 😀
Nama bosscha ga bisa dilepaskan dari Bandung.
Makasih kak lisa sudah berkunjung 😀
Kayanya butuh refeeshing juga nih aku, Pengalengan bisa jadi rekomendasi, buat hangout seru-seruan bareng temen.
Btw foto yang dikebun teh kaya di ftv gitu, kerennn.
Jaraknya yang relatif dekat dengan jakarta dan udara yang segar dan bersih bisa jadi pilihan utama liburan ke pangalengan. Ayo ke pangalengan 😀
Ruang Tamu rumah Bosscha bikin suasana hati adem yah… Cuacanya adem, udaranya sejuk. Tapi kalau malam, berani tidur situ sendirian gak ya?
Ada homestay yang disewakan mas. Jadi yaa bisa merasakan suasana malam hari di rumah bosscha, wlpn ga di dalam rumahanya
seru banget kak, ada nanjak2 kecilnya gitu untuk sampe di perbukitan plus dikelilingi pemandangan kebun teh lagi, uhh pasti menyenangkan sekali ya kak
Bener sekali mbak. Trekking sambil menikmati udara segar dan pemandangan yang bagus
Ya kan kemarin, besok2 bisa.
Hmm
Pen liat langit malam di Bosscha
Terus foto milky way-nya 😀
Baca ini bikin aku menyesal kemarin nggak bisa ikutan, seru banget tripnya. Pemandangan dari Bukit Nini pasti keren banget itu, penasaran sama sunrisenya
Ternyata ga jadi ikut yaa 😀
Aku juga penasaran sama pemandangan sunrise-nya. Soalnya banyak perbukitan yang mengelilingi malabar
Baru tau kalau ada rumah Bosscha, selama ini kata Bosscha yang aku kenal hanya pusat Observatorium aja. Nice Share mas Vay.
Mungkin karena letaknya yang lumayan jauh dari lokasi observatorium, akhirnya kurang populer dan belum banyak diketahui masyarakat luas
Aduh Malabar lagi.. Malabar lagi..
Dulu waktu aku ke sana belum sekece ini buat photo3 atau emang jenis kameranya uda berubah kwkw..
Jadi pengen ke sana lagi.. hiks kapan yah.
Yaa bisa jadi teman seperjalanannya juga bisa membuat seru dan kece
Ini trekkingnya gabikin kapok kan mas rivai? Hahah.. soalnya aku dikit lagi udah kapok.. pengen lebih lama loh padahal ngiderin kebun teh.. enak gitu ya ngobrol2 liat pemandangan ijo2.. adem lagi.. tapi apadaya dibatasi waktu
Kalau treking kayak gini ga bakal merasa kapok mbak le. Malah merasa ketagihan 😀
Yaa namanya liburan ramai-ramai. Jadi yaa mesti menyesuaikan dengan yang lainnya. Tapi trip kemarin memang berkesan banget 😀
saya sekitar sebulan yang lalu juga ke malabar, salah satu destinasi wisata yang dikunjungi ketika ke pangalengan. kebun tehnya indah banget memang.. dan ada rumah salah satu orang penting dalam astronomi, kakek boscha 🙂 mampir juga ga kak, ke kebun teh kertamanah?
Ke rumah bosscha juga kak. Rumahnya sejuk. Jadi kerasan ketika berada di sanan
wah ini yg trip kubbu ke pengalengan kemarin ya.. sayang aku ga ikut baru balik dr luar kota.
semoga next time ada lagi deh
Kalau butuh udara segar dan sejuk bisa ke pangalengan kak
Dari fotonya yang sangat cerah kelihatannya panas, tapi kata masvay jam 10 aja masih sejuk, mungkin karena ketinggiannya.
Udaranya masih sejuk. Ga terlalu panas mbak 😀
Sebenarnya saya sudah daftar ikutan trip kubbu ke pengalengan. Tapi cancel menjelang hari H karena ada keluarga yang sakit. Semoga bisa ke sana, terutama ke rumah boscha, karena pernah ikut trip ‘Jejak Boscha di Bandung’ tapi sampai rumah Boscha kepagian, jadi ndak bisa masuk…
Semoga bisa segera ke pangalengan mbak 🙂
Kalau emang menyukai sejarah, khususnya bosscha, rasanya emang wajib ke kebun teh malabar, terus lanjut ke rumah bosscha, dan diakhiri ke makam bosscha
Ini trip yang ke Pangalengam kemarin yaa mas? Aduhai seru syekaliih. Asyik sekali, menyambangi Rumah Boscha. Adem pisan yaa kelihatannya.
Iyaa mbak, trip kubbu bulan lalu 😀
Mulai kenal dengan anak2 kubbu
Wahhh aku juga pengen bangrt bisa main ke Bosscha, tapi lebih ke teropong bintangnya sih hehehe. Tapi aku baru tau loh kalau Bosscha ternyata punya rumah yang dijadikan Museum di Bandung. Nice info
Lokasi teropong atau observatorium bosscha ada di lembang. Bisa dibilang itu adalah karya terbesar dari bosscha.
Kalau liat foto2nya jadi inget film petualangan sherina
Pas di sana jadi pengen lari-larian mas 😀
hai kawan satu trip ini… hehehehe.. jujur saya gak suka sama trip ini… kurang lama.. hehehehe…. maunya paling enggak 3 hari lah.. jadi puas… bagus2 banget pemangandangannya
Iyaa, lebih lama biar bisa menikmati suasana pangalengan-nya bang 😀
wisata pemandangan dan sedikit nyantai ini memang perlu banget.. refreshing soalnya… minimal 2 bulan sekalilah …
Memang perlu menyediakan waktu untuk hiking sambil menikmati alam
Pastinya sejuk di sini yah.
Bangunannya masih khas dulu2 yah. antik dan unik
sangat sejuk mas. Bangunan juga masih terawat dengan baik
[…] Baca juga: Bertualang di Perkebunan Teh Malabar […]