Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the soledad domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/masvayco/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114
Bersepeda ke Rumah Teh Ndoro Donker - Rivai Hidayat

Bersepeda ke Rumah Teh Ndoro Donker

by Rivai Hidayat
Beberapa tahun yang lalu aku pernah datang ke Kebun Teh Kemuning bersama beberapa teman dengan mengendarai mobil dari Semarang. Suasana yang hijau dan hawa yang sejuk memang membuat tempat ini ingin aku kunjungi lagi. Seperti minggu lalu, aku diajak ke Kebun Teh Kemuning oleh Asti. Tidak seperti beberapa tahun yang lalu, kali ini saya akan diajak bersepeda bersama salah satu komunitas sepeda dari Semarang. Mereka bersepeda menggunakan sepeda lipat. Awalnya aku ragu-ragu karena tidak memiliki sepeda jenis ini. Tapi akhirnya aku ikut berangkat karena Asti menawarkan untuk bergantian menggunakan sepedanya. Rute bersepeda pagi itu adalah Kantor Bupati Karanganyar menuju Rumah Teh Ndoro Donker di Kebun Teh Kemuning dengan jarak kira-kira 30 km.

Sebelum memulai perjalanan

Rumah Teh Ndoro Donker merupakan salah satu rumah teh yang berada di Kebun Teh Kemuning, Kabupaten Karanganyar yang berjarak sekitar 38 km dari Kota Surakarta. Rumah Teh Ndoro Donker menjadi tempat favorit untuk menyesap teh karena tempat ini dikelilingi oleh kebun teh. Nama Ndoro Donker berasal dari nama soerang ahli tanaman kewarganegaraan Belanda yang pernah hidup di Desa Kemuning untuk membangun perkebunan. Sedangkan “Ndoro” merupakan panggilan dalam Bahasa Jawa yang berarti Tuan. Saking cintanya pada alam dan warga Desa Kemuning, Ndoro Donker menolak untuk kembali ke Belanda dan memilih untuk meninggal di Desa Kemuning.

Setelah selesai persiapan dan sarapan, perjalanan bersepeda akhirnya dimulai. Perjalanan kami mulai dari Kantor Bupati Karanganyar. Jalanan dari Kantor Bupati Karanganyar masih terlihat datar dan landai. Belum terlihat tanjakan yang memperlambat perjalanan. Aku menumpang di mobil bergabung bersama tim evakuasi. Sesekali memotret para peserta yang sedang bersepeda. Sungguh menyenangkan bisa ikut mendokumentasikan kegiatan ini. Ini pengalaman pertamaku memotret kegiatan bersepeda.

Baca Juga: Menginap di Hello Guest House, Bukittinggi

Melewati jalanan kota

Setelah beberapa kilometer, rombongan memilih jalur melewati Desa Mojogedang. Jalur ini dipilih karena jalur ini bersih dari polusi dan memiliki tanjakan lebih landai dibandingkan melewati jalan nasional yang lebih menanjak, berkelok-kelok, dan penuh dengan polusi kendaraan bermotor. Setelah beberapa kilometer dengan jalanan menanjak, Asti memilih untuk beristirahat. Aku kemudian mengendarai sepedanya untuk melanjutkan perjalanan. Aku segera menyusul rombongan yang sudah jauh berada di depanku. Ini merupakan pengalaman pertamaku touring sepeda dengan rute yang cukup jauh dan sebagian besar merupakan tanjakan.

Tetap berombongan agar lebih aman

Rute melewati Desa Mojogedang juga menawarkan pemandangan kehidupan perdesaan. Pemandangan yang tidak akan kami dapatkan jika lewat jalan nasional yang selalu dipenuhi dengan bus dan truk. Terlihat warga desa sedang sibuk mengurusi sawah dan mencari pakan ternak. Di pinggir jalan terlihat beberapa petani yang sedang memisahkan gabah dari tanaman padi yang sudah dipanen. Aku tak lupa untuk menyapa ketika berpapasan. Mereka sangat ramah dengan kehadiran kami. Dalam perjalanan ini, kami juga bertemu dengan kelompok pesepeda lainnya.
Baca Juga: Menikmati Sunrise di Posong

Jalan mulai ramai ketika kami tiba di Pasar Karangpandan. Banyak warga yang sedang berbelanja di pasar. Jalanan mulai menanjak terjal dan di ujung jalan merupakan jalan pertemuan dengan jalan nasional yang cukup ramai. Jalanan mulai sepi kembali ketika kami mulai memasuki daerah Kecamatan Ngargoyoso. Meskipun sepi, jalanan menanjak telah siap menyapa perjalanan kami. Bahkan kami mulai terbagi dalam tiga rombongan. Aku, Om Kukuh, dan Om Heru singgah di sebuah warung untuk istirahat sejenak sambil menunggu mobil evakuasi lewat. Di belakang kami masih ada satu rombongan.

Istirahat di tengah perjalanan

Setelah berkoordinasi, akhirnya mobil akan mengevakuasi rombongan di belakang kami. Kami bertiga meneruskan perjalanan menuju Rumah Teh Ndoro Donker. Dalam perjalanan itu, kami akhirnya bertemu dengan Om Eri dan Om Edy yang ternyata telah menunggu kami di sebuah warung milik warga setempat. Warga sekitar bilang jika beberapa hari ini telah terjadi banjir dan hujan es pada siang hari di sekitar Candi Cetho. Mereka menyarankan kami untuk lebih berhati-hati ketika hujan.

Melanjutkan perjalanan.

Perjalanan dilanjutkan kembali, beberapa tanjakan kecil berhasil aku lewati dengan mulus. Aku hanya berpikir, setelah tanjakan pasti ada bonus berupa jalanan datar. Jalan menanjak sepanjang 200 meter sebelum area Kebun Teh Kemuning akhirnya membuatku untuk menuntun sepeda. Tanjakan itu terlalu panjang dan terjal untuk aku lewati menggunakan sepeda. Sehingga aku memutuskan untuk menuntunnya sejauh 50 meter. Ketika jalanan terlihat lebih landai, aku kembali memacu sepeda dengan tempo yang stabil. Tulisan “Kemuning” sudah terlihat jelas, berarti Rumah Teh Ndoro Donker sudah dekat. Dengan tenaga yang tersisa, aku melanjutkan perjalanan menuju Rumah Teh Ndoro Donker. Akhirnya aku tiba di Rumah Ndoro Donker dan disambut oleh Om Ery dan Om Edy yang telah tiba terlebih dahulu.
Baca Juga: Berkunjung ke Rumah Fatmawati, Bengkulu

Kebun teh yang berada di Rumah Teh Ndoro Donker
Tiba di Rumah Teh Ndoro Donker

Aku tidak menyangka bisa menyelesaikan rute ini. Kata mereka itu hal yang luar biasa karena pertama kali ikut dan bisa menyelesaikannya dengan baik. Ini merupakan pengalaman yang sangat berharga karena aku bisa bersepeda dengan orang-orang hebat dan sekaligus meningkatkan kemampuanku dalam bersepeda. Seandainya aku sendirian bersepeda ke Kebun Teh Kemuning juga belum tentu bisa. Kayaknya keberadaan mereka jadi salah satu penyemangat tersendiri. Mungkin kapan-kapan aku bisa mulai mlipir ke provinsi sebelah atau keluar pulau sekalian.

Tips bersepeda ke Rumah Teh Ndoro Donker
1. Pastikan kondisi badan dan sepeda dalam kondisi prima.
2. Bawa tas khusus sepeda untuk tempat barang-barang penting.
3. Jangan lupa membawa air minum, jas hujan, makanan ringan.
4. Gunakan sepatu, helm, dan masker (jika perlu).
5. Sebaiknya pergi secara berkelompok, minimal dua orang.
6. Patuhi aturan yang berlaku di jalan raya.

Rumah Teh Ndoro Donker
Jalan Karangpandan-Ngargoyoso
Puntukrejo, Ngargoyoso
Kab. Karanganyar

You may also like

19 comments

Rivai Hidayat March 19, 2019 - 11:35 am

semoga waktunya tepat agar bisa gabung lagi 😀

Reply
Anggara Wikan Prasetya March 19, 2019 - 2:16 pm

Wah, keren gowes sampe ke Kebun Teh Kemuning..

Sudah lama g sepedaan.. G punya sepeda.. haha

Reply
Rivai Hidayat March 19, 2019 - 4:16 pm

Beli sepeda mas…ayo hidup sehat dengan bersepeda…hahaha

Reply
Rivai Hidayat March 21, 2019 - 4:17 am

tinggal glondor aja yaa mas…hahhahaa

Reply
Gallant Tsany Abdillah March 21, 2019 - 9:24 am

Awalnya aku bayangin nyepedanya dari Semarang ini tadi. Edan bener. Hahaha.
Meskipun mungkin nggak full dari awal, tapi aku tep salut sih. Aku mungkin wes gempor duluan. Haha

Reply
Rivai Hidayat March 22, 2019 - 2:12 am

kalau dari semarang lumayan mas. mungkin bisa seharian baru sampai sana 😀
aku pun sudah merasa gempor juga, tapi gengsi mas. masa kalah sama yang udah bapak-bapak….wkwkwkkwk

Reply
Himawan Sant March 23, 2019 - 2:24 am

Kukasi tepuk tangan salut akh … keren banget mas Rivai berhasil nggowes dari Semarang ke nDoro Dongker Karanganyar, pp pula.

Pulang-pulang gimana rasa pegelnya paha ngayuh sepeda, mas ? .. hehehe
Mantaaap !.

Reply
aldhi Fajar March 24, 2019 - 4:27 pm

wew sepedeaan sampai kesana, gimana capeknya ya haha
mantap mas, olahraga memang penting soalnya

Reply
Rivai Hidayat March 25, 2019 - 4:16 am

Bukan dari semarang mas, tapi dari kantor bupati karanganyar 😀

Lumayan pegel, lebih pegel tangannya karena menahan badan karena jalan banyak turunan ketika pulang 😀

Reply
Rivai Hidayat March 25, 2019 - 4:16 am

Yaa capek sih mas, tapi lebih banyam senengnya 😀

Reply
Ella fitria March 25, 2019 - 5:10 am

duh kl liat orang bersepeda tuh mesti seger-seger banget, bugar, sehat. kan jadi pengen nyepeda juga, tapi nggak ada temen. alasan doang ini. wkwk
apalag itu sepedaan ke rumah teh, kebayang udaranya sejuk banget

Reply
Rivai Hidayat March 25, 2019 - 6:58 am

Dulu juga gitu, kalau sepedaan sering gada temannya. Yaa akhirnya sepedaan sendiri dan akhirnya kenal dengan yg lainnya.

Jadi semakin menikmati perjalanannya mbak 😀

Reply
moiismiy March 26, 2019 - 6:47 am

Wow seruunya, habis sepeda terus ngeteh lanjut foto – foto di Area Kebun Teh 😀

Reply
Rivai Hidayat March 26, 2019 - 8:27 am

terus jadi malas untuk pulang karena terlalu menikmati suasana kebun teh 😀

Reply
Himawan Sant March 27, 2019 - 2:19 am

Ooohh … berangkat sepedaannya dari Karanganyar …
Wis ndak apa-apa salah berkomentar, ini pasti gegara efek kagum lihat foto sepedaan rame-rame ke perkebunan teh begitu , jadilah aku salah berkomentar wwwwkkkk 😀

Ngga apa-apa juga tangan pegel, mas .. itung-itung tangan biar tambah kekar hohoho 🙂

Reply
Rivai Hidayat April 2, 2019 - 1:31 pm

yaa begitulah mas. Tapi pengalaman sangat berharga sekali 😀

Reply
Rin Muna April 2, 2019 - 10:53 pm

Wow… gowes sejauh itu dan masih ceria banget. Pasti suasananya bisa ngilangin lelah ya…
Di sama cuacanya dingin ya?

Reply
Rivai Hidayat April 2, 2019 - 11:24 pm

cuacanya bikin betah gowes. Maklum cuaca pegunungan yang cenderung dingin. Kalau capek yaa kayak gowes seperti biasa 😀

Reply
Liana May 14, 2019 - 3:28 am

keren! kamu keren bisa sepedaan sampe 30km wkwk
dan itu rumah teh ndoro donker seru banget mas, rasanya aku mau foto di depam mobil vw combi-nya 😀

Reply

Leave a Comment