Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the soledad domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/masvayco/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114
Bersepeda ke Curug Lawe - Rivai Hidayat

Bersepeda ke Curug Lawe

by Rivai Hidayat

Aku belum menentukan bakal melanjutkan perjalanan kemana. Bahkan sejak aku kayuhan pertama ketika meninggalkan rumah sekitar 30 menit lalu. Kini aku sedang mengelilingi Lapangan Pancasila, Simpang Lima untuk ketiga kalinya. Di putaran sebelumnya aku belum menentukan tujuan selanjutnya. Di putaran ketiga akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Curug Lawe yang berada di sebelah selatan Kota Semarang.

Curug Lawe terletak di Desa Kalisidi, Kabupaten Semarang. Jaraknya sekitar 24 km dari Lapangan Pancasila, Simpang Lima. Aku sering mendatangi curug ini. Selain curug, di Curug Lawe juga menyuguhkan pemandangan yang bagus, aliran sungai, suasana hutan, dan jalur trekking. Curug Lawe selalu ramai dikunjungi oleh pengunjung, terutama di akhir pekan. Tidak hanya oleh pengunjung biasa, tetapi juga para pesepeda.

Lapangan Pancasila, SImpang Lima

Dari Lapangan Pancasila, Simpang Lima aku langsung menuju Jalan Pandanaran. Lalu lintas terpantau lengang.  Aku memacu laju sepeda sedikit lebih kencang. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.50. Cukup siang untuk memulai perjalanan panjang. Dari Jalan Pandanaran aku langsung belok ke Jalan Dr. Sutomo. Jalan ini terasa sangat teduh karena banyaknya pohon di sepanjang jalan. Dari Jalan Dr. Sutomo aku mengarah ke Sampangan. Jalanan yang aku lalui masih berupa jalanan datar.

Setelah melewati daerah Sampangan aku akan menuju ke daerah kampus Universitas Negeri Semarang (Unnes). Jalanan mulai menanjak ketika memasuki gapura kampus Unnes. Kampus ini memang terletak di daerah perbukitan sehingga jalanan menanjak akan sering aku lalui dalam jalur ini. Tanjakan pertama berhasil aku lalui dengan baik. Pada awalnya aku mengira bagian terberat tanjakan ada pada awal tanjakan, ternyata tanjakan ini cukup panjang dan menguras tenaga. Aku baru menemukan jalan menurun ketika dekat kampus Unnes.
Baca Juga: Singgah di Kampung Bustaman

Kampus Universitas Negeri Semarang

Perjalanan selanjutnya adalah dari kampus Unnes menuju Kantor Kecamatan Gunungpati. Jalur kampus Unnes ke Kantor Kecamatan Gunungpati ini akan didominasi jalanan datar, tanjakan, dan turunan. Namun, tanjakan dan turunan di jalur ini tidak begitu terjal seperti jalur sebelumnya. Aku singgah di sebuah minimarket untuk membeli bekal makanan dan minuman. Tidak lupa aku juga membeli dua buah apel di sebuah toko buah yang tidak jauh dari minimarket. Di rute ini aku menikmati pemandangan area persawahan, sungai, dan saluran irigasi.

curug lawe
Jalan yang telah aku lalui

Akhirnya aku tiba di Kantor Kecamatan Gunungpati. Aku memilih beristirahat sejenak di taman yang tidak jauh dari kantor kecamatan. Rute Kantor Kecamatan Gunungpati menuju Curug Lawe merupakan rute terakhir dalam perjalanan ini. Aku akan menempuh jarak sejauh 6 km. Jalan tanjakan akan mendominasi sepanjang rute terakhir ini. Waktu sudah menunjukkan pukul 09.45 dan aku memulai perjalanan di rute terakhir ini. Aku memperkirakan akan membutuhkan waktu sekitar 1,5 untuk tiba di loket masuk Curug Lawe.
Baca Juga: Jelajah Kampung Kulitan Semarang

Aku mulai merasakan suasana pedesaan. Jalanan menanjak dan tidak lebar. Aku sering berpapasan dengan warga yang sedang bersantai di depan rumahnya. Terlihat beberapa anak sedang bermain sepeda, meskipun jalan yang mereka lewati berupa tanjakan. Sesekali aku beristirahat karena lelah mengayuh pedal sepeda. Ada seorang bapak-bapak yang menawarkan untuk singgah di rumahnya. Dengan halus aku menolak tawaran tersebut. Aku kembali melanjutkan perjalanan.

curug lawe
Motor warga desa yang sudah dimodifikasi

Aku mulai merasakan teriknya matahari. Semangatku luntur ketika melihat jalan aspal menanjak yang tidak ditumbuhi pohon di sepanjang jalan. Kaki terus mengayuh pedal sepeda. Sangat pelan, tapi tetap melaju hingga akhirnya aku memilih berhenti di tanjakan di bawah sebuah pohon perdu. Sambil beristirahat aku memakan apel yang aku beli tadi. Banyak pengendara motor yang melintas dan menatapku dengan penuh keheranan. Mungkin mereka merasa aneh melihat seorang pesepeda yang beristirahat di bawah pohon perdu yang ada di tepi jalan.

curug lawe
Memasuki gerbang area perkebunan

Jalan tanjakan tersebut berhasil aku lewati dengan susah payah hingga aku menuntun sepeda hingga puluhan meter. Aku kembali merasakan suasana pedesaan yang teduh dengan pohon di sepanjang jalan. Aku melihat dua orang bapak-bapak yang sedang mengobrol di atas motor mereka. Salah satu motornya telah dimodifikasi sesuai dengan kebutuhannya untuk mengangkut rumput dan kayu.

Aku tiba di pos satpam area perkebunan cengkeh. Satu-satunya akses menuju Curug Lawe memang melewati area perkebunan. Aku memberi salam kepada seorang bapak-bapak yang sedang berjaga di pos. Dengan sangat ramah beliau mempersilahkanku untuk melanjutkan perjalanan. Jalan di area perkebunan berupa jalan menanjak yang kondisinya rusak parah. Sebetulnya kondisiku sudah kehabisan tenaga. Bekal yang aku bawa menyisakan air minum setengah botol. Rasanya tanggung kalau aku tidak melanjutkan perjalanan hingga ke Curug Lawe.

curug lawe
Pemandangan Kota Semarang dari tanjakan terakhir Curug Lawe

Pada jarak 200 meter sebelum Curug Lawe beristirahat lama di bawah pohon cengkeh di tepi jalan. Aku mencoba mengatur napas dan mengumpulkan sisa-sisa tenaga yang ada. Akhirnya aku memutuskan menuntun sepeda melewati tanjakan terakhir. Menuntun sepeda di jalan tanjakan juga bukan perkara mudah, aku harus tetap fokus. Aku kembali mengayuh pedal sepeda pada 50 meter dari Curug Lawe karena jalanan datar. Tetap saja aku ngos-ngosan pada akhir perjalanan menuju Curug Lawe.

Akhirnya aku tiba di loket tiket masuk Curug Lawe. Aku segera melapor kepada petugas bahwa aku hanya pergi ke warung yang terletak di dekat loket masuk. Aku tidak perlu membayar tiket masuk. Lokasi Curug Lawe masih berada sekitar 2 km atau berjalan kaki selama 1 jam dari loket tiket masuk. Mungkin terdengar jauh, tetapi tidak perlu khawatir karena sepanjang perjalanan kita akan disuguhi suasana hutan, jembatan, aliran sungai, dan irigasi. Bahkan jika beruntung akan bisa melihat lutung Jawa yang sedang bergelantungan di pohon.

Aku berada di warung selama kurang lebih 1 jam. Perjalanan pulang lebih cepat karena banyaknya jalan turunan. Aku mesti tetap fokus dan berhati-hati. Meskipun sangat melelahkan, aku merasa perjalanan ini sangat berkesan dan menyenangkan. Biasanya aku pergi ke Curug Lawe menggunakan motor, tetapi kali ini aku datang dengan bersepeda. Mungkin suatu saat aku bakal balik lagi ke Curug Lawe dengan bersepeda.

Cerita dari Sepeda
Curug Lawe, Desa Kalisidi
18 Desember 2022

You may also like

22 comments

Heni July 5, 2023 - 2:28 am

Seru ya mas jalan ke Curug Lawe pakai sepeda, dua kali lebih susah bahkan lebih berat
dan butuh tenaga ekstra kalau pakai sepeda,apalagi jalan menanjak,tapi rasa lelah bakalan terbayar kalau melihat pemandangan sekeliling begitu indah, ga bareng temen”nya mas .

Reply
Rivai Hidayat July 6, 2023 - 5:43 am

Aku biasa bersepeda sendiri mbak heni.
perjalanan kayak gini sesuai dengan pengalaman dan pemandangan yang akan didapat. Jadi yaa sangat menikmati perjalanan ini.

Reply
Aul Howler July 5, 2023 - 4:29 am

Senangnya kalau tinggal dinarea yg byk kenampakan alam yah

Jd bs sering healing

Tp ya Auto pegel-pegel nih pasti

Sebagai anak malas yg suka rebahan dan benci berkeringat cape cape, aku langsung mundur dwh kalau diajak sepedaan ke curug hahahahhaha

Reply
Rivai Hidayat July 6, 2023 - 5:40 am

Rata-rata curug memang ada di daerah perbukitan. Jadi mesti ada energi ekstra untuk melewati tanjakan-tanjakan yang ada. Capeknya sesuai dengan pengalaman dan pemandangan yang ada.

Reply
Djangkaru Bumi July 5, 2023 - 4:42 am

Wah kasihan itu petugas
kan jadi sepi kerjaan, gara-gara tak masuk hehehe
makin keren semarang ya
dulu saya mainnya ke rumah sakti karyadi
unnes keren juga

Reply
Rivai Hidayat July 6, 2023 - 4:13 am

Iyaa, beberapa kali ke curug lawe petugasnya mulai mengenaliku mas.
Semarang sudah banyak berkembang mas 🙂

Reply
fanny_dcatqueen July 24, 2023 - 1:23 pm

2 km kalo untuk jalanan datar atau treadmill, aku biasanya hanya butuh 15-18 menit mas, kalo menuju Curug ini 2 km sampai 1 jam, aku prediksi medannya berat berarti??

Mungkin Krn di awal hrs naik sepeda, banyak tanjakan udah kebayang sepegel apa itu. Rasanya lebih pegel naik sepeda ke atasnya, drpd trekking menuju Curug nya

Sayang ga masuk yaaa, aku penasaran Ama bentuk curugnya

Reply
Rivai Hidayat July 28, 2023 - 9:59 am

2 km di jalan datar biasanya bisa ditempuh dalam beberapa menit. Tapi kalau tanjakan bakal beda cerita. Lumayan berat dan panas juga. Kalau dilihat dari aplikasi elevasinya cukup tinggi.

Nanti tentang curugnya bakal ditulis di artikel lain mbak. Sudah niat untuk ditulis

Reply
Nasirullah Sitam July 5, 2023 - 8:36 am

Hahahahaha, tiap curug pasti punya jalan dengan cerita tersendiri. Intinya kalau orang kayak kita, mending nikmati dengan jalan kaki daripaa hanya menguras tenaga dan memaksakan diri, mas

Reply
Rivai Hidayat July 6, 2023 - 5:44 am

Setuju mas, terkadang memang lebih nyaman jalan kaki tanpa memaksakan diri.

Reply
morishige July 6, 2023 - 1:06 am

Kalau sedang bersepeda ke tempat-tempat tinggi, yang saya bayangkan biasanya sensasi turunnya, Mas. Meliuk-liuk di jalanan, dibelai semilir angin, fokusnya cuma menghadapi jalanan. Rasanya seperti dalam video game. 😀

Reply
Rivai Hidayat July 6, 2023 - 6:03 am

Kualitas jalanan yang bagus bisa menambah sensasi menuruni jalan tersebut mas. Jadi kita hanya berfokus pada jalan, tanpa perlu menghindari jalan berlubang atau jalan yang ditambal. 😀

Reply
Cipu July 6, 2023 - 1:29 am

Saya lebih banyak ikut trail dulu ke area luar Jakarta, sepertinya bersepeda juga bisa dijajal nih untuk explore daerah daerah sekitar Depok dan Jakarta.

Saya tadi nunggu foto Curug nya eh ternyata mas Vay nya mampirnya ke warung hahaha.

Reply
Rivai Hidayat July 6, 2023 - 4:05 am

Aku belum pernah ikutan trail mas. Lebih sering jarak jauh dan sekitar kota. Beberapa kali jalur luar kota.

Aku tidak masuk ke curugnya mas. Untuk ke curug masih perlu trekking dengan waktu 45-60 menit. Jalurnya berupa saluran irigasi dan masuk area hutan. Aku sudah beberapa kali ke sana. Nanti kapan-kapan aku tulis di sini 😀

Reply
adipraa July 7, 2023 - 12:55 am

Ini adalah pengalaman yang menyenangkan untuk menikmati alam sekitar saat menuju Curug Lawe. Meski terdengar jauh, perjalanan akan memberikan kesempatan untuk mengamati keindahan alam dan mendapatkan pengalaman yang tak terlupakan. Selamat menikmati perjalananmu ke Curug Lawe kakak!

Reply
Rivai Hidayat July 9, 2023 - 12:42 pm

Perjalanannya sangat berkesan mas, meskipun melelahkan. Yaa biasa, seperti kegiatan-kegiatan lainnya. Intinya kita mesti menikmati perjalanan itu.

Reply
Mbul Kecil July 11, 2023 - 4:26 am

Ya Alloh baca ini isuk-isuk jadi kangen suasana semarang…Simpang Lima, Pandanaran dan Unes…dulu kelingan tes unes ga ketompo pengen sastra Inggris hahahha…

btw mas vai ini sepedaan sendiri tah? Syahdu juga itu jalanan desa melewati kebun cengkeh dan rerimbunan hutan…ngaso di bawah pohon perdu emang bagi yang liat bikin gumun sik. mungkin masvai dikira orang kutho wkwkkw…tapi untungnya perbekalan apel masih ada ya biar kata minum air mineralnya tinggal dikit…aduh curug itu objek wisata alam favoritku banget deh.. apalagi ada lutungnya pastinya kerasa lebih alami…

Reply
Rivai Hidayat July 12, 2023 - 2:42 am

Gagal jadi orang semarang..hihihi
Iyaa, aku sendirian. Kalau bersepeda lebih sering sendirian. Kalau berkelompok biasanya ikut gabung bareng teman.
Nah, di curug lawe masih ada lutung. Suatu siang aku pernah lihat lutung yang masih rebahan di pohon. Kalau ingin lihat lutung mesti berangkat pagi atau pulang agak sore.

Reply
ainun July 15, 2023 - 4:11 am

gowesnya mas vay luar biasa, meskipun jalanan kurang enak, terus kanan kiri ga ada pepohonan dan puanas buanget terus dihajar pokoknya
apalagi kalau rame rame sama temen memang seru bawaannya ya, yang penting olahraga
senengnya kalau sepedaan ke rute yang nggak biasa jadinya bisa ketemu sama orang orang baru juga, petani petani di pelosok yang mungkin sebelumnya kita ga kenal malah jadi kenal

Reply
Rivai Hidayat July 17, 2023 - 1:39 am

Sudah niat untuk gowes ke sana mbak ainun. Jalan menanjak, rusak, dan panas sudah bagian dalam gowes. Jadi yaa dinikmati saja 😀
Bertemu dengan warga lokal ketika bersepeda itu sangat menyenangkan. Jadi mendapatkan banyak cerita tentang tempat yang aku datangi. Aku selalu menikmati cerita-cerita dari warga lokal 😀

Reply
kotanopan.com July 17, 2023 - 4:05 am

Jaraknya sekitar 24 km dari Lapangan Pancasila, ditempuh sekitar 1.5 jam, berarti lumayan menguras tenaga apalagi waktu berangkat banyak tanjakan. malam harinya kakinya gempor gak om? hahaha

Reply
Rivai Hidayat July 20, 2023 - 12:38 am

Lumayan melelahkan mas. Elevasinya terlalu tinggi jadi mesti bersabar untuk melewati jalur ini. Beruntungnya pemulihan pasca sepeda bisa lebih cepat. Tidak terlalu gempor, tapi tetap butuh istirahat sejenak.

Reply

Leave a Comment