Setelah mengayuh sejauh 4 km, akhirnya aku tiba di tanjakan Alas Roban, Kabupaten Batang. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 08.15. Panas matahari belum terlalu terik untuk mulai melewati tanjakan ini. Alasanku memulai perjalanan sepagi mungkin agar bisa tiba di tanjakan Alas Roban sebelum pukul 09.00. Hal ini untuk menghindari terik panas matahari. Melewati jalan menanjak jadi lebih berat ketika dibarengi teriknya panas matahari.
Aku terus mengayuh pedal secara perlahan dan pasti. Beberapa kali aku beristirahat untuk minum, menyeka keringat, dan meregangkan otot di kaki. Tanjakan Alas Roban ini memiliki tanjakan panjang dan terjal. Aku mengatur nafas dan kecepatan untuk tetap stabil. Tidak perlu terburu-buru agar tidak kehabisan tenaga.
Perasaan senang ketika akan tiba di akhir tanjakan Alas Roban. Di depan sudah terlihat jalanan datar dan deretan warung. Aku beristirahat di salah satu warung yang ada. Tidak lupa aku memesan minuman. Ibu-ibu penjual menanyakan banyak hal kepadaku. Mulai dari mana dan akan pergi kemana, hingga mengapa aku bersepeda sendirian dengan jarak sejauh itu. Ibu-ibu itu sangat ramah dan memperbolehkan aku untuk beristirahat lama di warungnya.
Baca Juga: Bersepeda Melintasi Kabupaten Kendal
Tanjakan Alas Roban memanglah berat, tapi ternyata itu merupakan awal dari tanjakan-tanjakan selanjutnya. Setelah tanjakan ini, jalan yang akan aku lalui berupa jalan menanjak dan menurun. Setelah jalan menanjak berarti akan ada jalan menurun dan begitu sebaliknya. Masih ada jarak sekitar 30 km untuk tiba di Alun-Alun Kabupaten Batang. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 09.10.
Sebetulnya aku tidak mengingat dengan baik tentang jalan yang aku lewati setelah tanjakan Alas Roban. Terlalu banyak jalan tanjakan dan turunan yang aku lewati. Aku hanya berpikir untuk meluncur dengan sekencang mungkin ketika jalan turunan. Hal ini berguna ketika melewati jalan menanjak. Di jalanan menanjak aku mesti menjaga kecepatan stabil dan mengatur nafas agar tidak ngos-ngosan. Selain itu, aku harus tetap fokus karena sepanjang perjalanan banyak truk dan kendaraan yang melintas.
Di sebuah minimarket aku membeli minuman berkarbonasi yang mengandung banyak gula. Aku mencampur minuman ini dengan air mineral. Gula dari minuman ini akan diproses oleh tubuh menjadi sumber kalori dan energi. Secara tidak langsung minuman ini memberikan sumber energi baru. Bersepeda ke Batang itu tidak hanya berhadapan dengan jalanan yang menanjak dan menurun, tetapi juga teriknya panas matahari.
Perasaanku senang ketika tiba di persimpangan pintu keluar tol Kandeman. Dengan ini jarak ke Alun-Alun Kabupaten Batang semakin dekat. Jalan yang akan aku lewati juga bakal lebih ramai dengan aktivitas warga. Sebelumnya, kondisi jalan yang aku lewati cenderung lengang. Kondisi jalan terlihat lebih ramai ketika melintas di dekat pasar tradisional atau sedang ada hajatan warga. Aku menikmati pemandangan aktivitas yang dilakukan oleh warga, meskipun jalanan akan menjadi lebih ramai.
Setelah menempuh sejauh jarak 30 km selama sekitar 3.5 jam dengan jalanan yang menanjak dan menurun akhirnya aku tiba di Alun-Alun Kabupaten Batang pada pukul 11.15. Total jarak yang aku tempuh sekitar 92 km. Lantas aku menghubungi Ratih. Awalnya dia terkejut ketika mengetahui aku yang bersepeda ke Batang. Tidak hanya itu, bahkan dia menganggapku seperti orang gila dan kurang kerjaan karena bersepeda ke Batang.
Perjumpaan dengan Kawan
Ratih merupakan salah seorang teman dekatku yang sudah kukenal sejak tahun 2013 dari sebuah komunitas yang kami ikuti. Dia asli orang Batang yang pernah berkuliah di Semarang. Sekarang dia menetap di Kabupaten Batang dan menjalankan usaha produk teh miliknya yang diberi nama Nala Tea.
Baca Juga: Merekam Cerita di Pasar Jatingaleh
Nala Tea tidak hanya menyediakan berbagai jenis teh, seperti white tea, green tea, oolong tea, dan black tea. Namun, juga teh artisan hasil racikannya. Teh artisan merupakan olahan teh dengan bahan baku teh berkualitas tinggi yang dikombinasikan dengan bahan alami lain yang disebut dengan tisane (bunga, buah, dan rempah). Beberapa produk teh artisan Nala Tea antara lain adalah Swaran Blue, Nalawatea, Darana Cocopandan, Mana Chai, Dahayu, Ramu Cotecaberry, dan Santika.
Aneka macam bahan–bunga, buah, dan rempah–dicampur sesuai dengan takarannya. Seperti campuran white tea, bunga telang, mawar, longan, dan berry pada Swaran Blue. Kombinasi green tea, buah nanas, chamomile, bunga mawar, daun pandan, dan kulit kayu secang pada Nalawatea. Pada produk Ranu Cotecaberry terdapat kombinasi dari black tea, biji kopi, coklat, goji berry, daun mint, dan buah nanas yang dikeringkan. Ranu Cotecaberry sangat cocok diminum di pagi hari sebagai booster sebelum memulai aktivitas.
Kami beristirahat di sebuah tempat makan. Kami memesan makanan untuk memulihkan energi. Aku merasa sangat lelah dalam perjalanan bersepeda ke Batang. Kami mengobrol banyak hal karena sudah lama kami tidak berjumpa. Mulai dari kabar, kesibukan masing-masing, hingga project yang sedang dikerjakan oleh Nala Tea. Ratih bersama Nala Tea miliknya sering mengikuti kegiatan pameran teh di luar kota. Salah satunya pameran Java Tea di Kota Bandung.
Cerita dari Sepeda
Bersepeda ke Batang
3 Juni 2023
30 comments
Ya emang lumayan jauh juga mas jarak 90 km lebih itu , kalo stamina enggak kuat dan gak sering latihan bakalan ngos-ngosan…btw teh”dan segala perintilan temennya itu lumayan banyak variannya ya..kemasannya juga bagus gitu
Jaraknya ya relatif. Kalau ga biasa latihan tetap bakal ngos-ngosan.
Kebetulan semua teh artisan yang dia jual merupakan hasil racikannya.
Wah 90 km lebih??? Kayak sepedaan dari Malang-Surabaya. °0° Ngakak baca komen temennya mas Vay yang bilang orang gila atau kurang kerjaan. xD Wah wah pulangnya gimana tuh? Nggak tepar?
Bener sekitar segitu. Apalagi surabaya-malang jalannya juga datar. Jadi bakal lebih nyaman untuk antarkota.
Yaa berhubung teman kata-kata kayak gitu sudah biasa didengar dan diucapkan..hahaha
Gimana perjalanan pulangnya? tunggu kelanjutan ceritanya di minggu depan. 😀
Kak Rivai hebat banget bisa kuat sepedahan sampai 90KM!! aku 7 KM aja udah ngos-ngosan banget wkwk. kalau Kak Rivai masih suka ngerasa pegel sampai susah jalan gitu nggak sehabis sepedahan jarak panjang?
btw, usaha teman Kak Rivai keren banget!! kreatif banget racik-racik teh sendiri. semoga usahanya lancar terus!!
Ya lumayanlah jarak yang ditempuh. Ini jarak ini paling jauh ketika bersepeda selama ini.
Masih, paling butuh istirahat 1-2 hari. Kalau susah jalan belum pernah.
dia pernah ikut kursus barista teh. Dari sana dia belajar tentang bahan dan cara meracik teh. Kemudian dikembangkan racikannya.
Keren mas, selain bersepeda juga menyambangi usaha kawan serta menuliskan di sini.
Jos tenan gowesmu
Dari dulu kalau pas keluar kota sering menyempatkan ketemu teman yang tinggal di sana. Yaa walaupun cuma sebentar, tetap menyempatkan untuk ketemu.
Assalamulaikum, jauh tu bersepeda 90km++. Semoga terus sihat dengan aktiviti yang sihat. Hati di jalanan. Setelah sampai balik semula atau bermalam di Alun Alun?
walaikumsalam kak. Jaraknya cukup jauh dan di jalan juga dalam keadaan baik-baik saja.
Perjalanannya langsung balik, tanpa bermalam.
Dan kemudian langsung balik lagi naik sepeda?? . Luar biasa mas
Aku ngebayangin tanjakannya, securam apa. Sama kayak tanjakan yg mengarah ke gunung kidul ga? Itu juga curam dan ga brenti2 naik ke atas . Kalo aku lagi lewat sana naik mobil, sering ketemu Ama pesepeda. Ampuuun deh, kuat2 banget
Suamiku juga sering sepedahan, pernah dari Rawamangun ke PIK. Tapi itu datar, ga naik turun hahahahahha. Kalo naik turun, kurasa pulang nya dia sewa mobil
Langsung balik semarang mbak. Minggu depan baru publish untuk cerita penutupnya. 😀
Lebih curam gunungkidul mbak fanny. Banyak pesepeda yang selalu penasaran dengan jalan menanjak. Mereka merasa bangga kalau bisa melewati tanjakan-tanjakan yang ada. Kalau aku bukan penyuka tanjakan, tapi lebih ke petualangan dengan sepeda atau backpacking
Daerah jakarta masih aman buat sepeda karena jalannya datar. Kalau nanjak paling yaa naik flyover. Tapi sebaiknya jangan, angin di flyover itu terlalu berbahaya untuk pesepda.
Semoga kedepannya sya ada kesempatan coba-coba kesana, walaupun jaraknya jauh tapi seru pastinya traveling-traveling gitu 🙂
Traveling selalu memberikan pengalaman tersendiri mas. Salah satunya seru dan menyenangkan 😀
Perjalanan yang cukup jauh bagi saya, mungkin saya dah tah kuat nafas hehe
akhirnya berjumpa dengan kawan, punya usaha sendiri pula
semoga makin jaya dan laris manis, sukses selalu dan tak kalah pentingnya sehat terus
Kalau ada kesempatan, memang sering menyempatkan untuk bertemu dengan kawan yang tinggal di daerah yang sedang dikunjungi mas. Usaha terus berjalan dan semakin berkembang.
mantappp
goweser mania mas
itu apa enggak pegel itu belakang mas
Lumayan pegel lah, tapi kalau sudah biasa bakal lebih cepat untuk penyembuhannya mas
wow 92 KM?! Ini mas Rivai lagi mau memulai perjalanan bersepeda jarak jauh macam dari Belanda ke Indonesia itu kah? hehehe
Tidak kak. Emang suka melalukan perjalanan dengan bersepeda. 😀
Saya orang Jawa Tengah tapi belum pernah ke Batang. Dulu punya pacar orang Batang malah gak jadi wkwk … malah curhat
wah, sayangnya malah jadi mantan. Seandainya bisa berlanjut bakal sering main ke batang mas..hahhaa
Selalu pengen melintas kota kota di jawa tengah tiyap kali aku baca post mas vai huhu…senang banget baca suasana kota batang yang syahdu dan mengingatkanku tiap kali liwat jalur mudik pas arah semarang di pinggiran tol yang ada sebagian kelihatan dikit alas roban…trus baru ke batang pekalongan dll…aku pernahnya mampir sarapan tuh di nasi briyani pak adi apa ya….pokoknya yang bulir nasinya dowo dowo itu. Baca tehnya ratih…aku jadi pengen teguk…kayaknya kok enak ada yang rasa buah buahan bunga dan rempah ya…aku suka teh yang ada macam rasa gini ga sekedar yang kayak biasanya gitu…apalagi yang aromanya wangi gitu deh
Kapan-kapan bisa dicoba kalau mudik lewat jalur pantura biasa. Memang bakal lebih pelan, tapi bisa melihat aktivitas di setiap kota yang dilewati.
Pilihan teh milik ratih lumayan banyak. Jadi bisa disesuaikan menurut selera.
udah nggak bisa ngomong apa apa aku hahaha, ini luar biasa. Mungkin nggak ya kayak sepedaan dari Jember ke Surabaya gitu jaraknya, ehmmm
mas Vay kalau sepedaan dengan rute jauh jauh kayak gini, ritme gowesnya nyantai aja atau cepet cepetan? misalnya kayak ngejar waktu gitu kan, jadi ngayuhnya ya cepett
Masih lebih jauh surabaya-jember mbak aniun. Kalau 92km itu paling sekitar surabaya-malang. Kalau ke jember jaraknya sudah 200-an km.
kalau aku biasanya ritme santai mbak. Ga biasa cepat macam sepeda balap. Kalau ngejar waktu biasanya lebih ke kondisi aja. Kayak misalnya kalau turun alas roban sebisa mungkin jangan pas malam hari.
wah kakak keren banget, aku aja sepedaan sekitaran rumah udah lelah hehehe kurang olahraga :p
terima kasih kak. Jangan lupa untuk terus berolahraga!!
Wah lumayan, nih, 92 km. Sedikit lagi sudah fondo. Jadi penasaran apakah Masvay balik hari itu juga atau menginap semalam. Tapi kayaknya pertanyaan itu bakal terjawab di postingan selanjutnya. 😀
Tentu saja langsung balik. Emang tidak ada rencana untuk menginap 😀