Pagi itu kawasan Lapangan Pancasila, Simpang Lima, Semarang terlihat sangat ramai. Sangat berbeda dibandingkan dengan kegiatan Car Free Day (CFD) sebelumnya. Setelah aku amati, ternyata sedang ada kegiatan yang diadakan oleh Pemkot Semarang. Kegiatan itu bernama Promosi Pangan Lokal Enak dan Bergizi atau yang disingkat menjadi Pisang Legi.
Pisang Legi merupakan salah satu upaya Pemkot Semarang untuk mengajak dan menggelorakan semangat masyarakat untuk mengurangi ketergantungan terhadap konsumsi beras. Ada lebih dari 300 stan yang ikut meramaikan kegiatan ini. Mereka berasal dari berbagai kalangan. Mulai dari dinas di lingkungan Pemkot Semarang, hotel, rumah sakit, puskesmas, hingga sekolah-sekolah yang ada di Kota Semarang. Selain itu, kegiatan ini juga didukung oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas).
Setiap stan menyediakan makanan yang akan dibagikan secara gratis kepada pengunjung Car Free Day (CFD). Makanan yang dibagikan adalah pangan lokal dengan bahan nonberas, dan nonterigu. Kegiatan ini memang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan dan daulat pangan.
Baca Juga: Tanjakan Jalan Sumbing
Kawasan Simpang Lima yang dipenuhi warga membuatku kesulitan untuk bergerak menggunakan sepeda. Beberapa kali aku mesti melaju dengan sangat pelan. Terkadang aku mesti berhenti sejenak agar orang lain dapat berjalan melintas. Aku sengaja memutari Lapangan Pancasila untuk melihat kondisi yang ada.
Di dekat tulisan Lapangan terdapat panggung acara. Di sana Ibu Walikota Semarang sedang melakukan demo memasak dengan ditemani beberapa juru masak. Beberapa bulan terakhir Pemkot Semarang sering mengadakan kegiatan memasak bersama. Salah satu yang terkenal adalah lomba memasak nasi goreng.
Pagi itu cuaca sangat cerah. Masyarakat tumpah ruah memenuhi jalan. Aku kesulitan untuk terus melaju. Akhirnya aku memutuskan untuk berhenti di salah satu sudut Simpang Lima. Tepatnya dekat lampu penerangan jalan di sebelah barat Hotel Ciputra. Di sana aku duduk lesehan di jalan, sedangkan sepeda aku parkirkan di pagar taman.
Aku mengeluarkan kamera dan mencoba untuk mengambil beberapa gambar. Beberapa kali aku mengobrol santai dengan para pesepeda yang ada di dekatku. Salah satu dari pesepeda menawariku untuk mengambil makanan yang ada di salah satu stan yang ada. Namun, aku menolaknya dan memilih tetap duduk lesehan sambil melihat suasana kawasan Simpang Lima.
Hari mulai beranjak siang. Beberapa peserta kegiatan mulai meninggalkan stan milik mereka. Aku bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Berbeda dengan sebelumnya, kini aku memilih untuk menuntun sepeda melewati orang-orang yang masih memenuhi jalan di Simpang Lima. Kulihat warga sangat antusias mengikuti kegiatan Pisang Legi ini.
Aku melanjutkan perjalanan pulang, tapi aku akan ke kawasan Kota Lama terlebih dahulu dengan melewati Jalan M.T. Haryono. Jalan ini terkenal panjang dan sepi ketika hari Minggu. Di kawasan Kota Lama pagi itu tampak sepi. Tidak banyak pengunjung. Tiba-tiba aku ditegur petugas keamanan Kota Lama karena menaiki sepeda ketika melintas di gang yang menjadi lokasi dinding akar.
Petugas itu mengatakan bahwa gang ini khusus pejalan kaki dan sepeda dilarang melintas. Aku pun meminta maaf dan menuntun sepedaku untuk segera keluar dari gang itu. Petugas tersebut mengatakan bahwa ada rambu larangan sepeda melintas. Aku tidak melihat dan mengetahui rambu tersebut. Kalau aku tahu, pasti aku tidak akan melintas dan melanggar aturan yang ada.
Baca Juga: Antara Kopi Giling dan Tanjakan Tanah Putih
Dalam perjalanan menuju Jalan Pemuda aku berhenti sejenak di Titik Nol KM Kota Semarang. Ada seorang penjual roti yang sedang mangkal di tepi jalan. Aku berhenti dan membeli roti rasa pisang coklat. Kemudian memakannya di bangku yang berada di seberang Titik Nol KM Kota Semarang.
Aku kembali melanjutkan perjalanan dengan menyusuri Jalan Pemuda. Banyak kantor pemerintahan dan sekolah yang berdiri di jalan ini. Salah satunya adalah kantor balai kota Pemkot Semarang. Di sebuah halte bus aku melihat seorang nenek yang sedang duduk menunggu bus tiba. Nenek tersebut melihatku dan kemudian tersenyum. Dengan cepat aku membalas senyuman nenek tersebut. Kemudian nenek tersebut melambaikan tangannya ke arahku. Tentu saja aku membalas dengan melambaikan tangan. Pemandangan tersebut menghilang ketika aku melewati nenek tersebut.
Beberapa minggu terakhir aku sering melintas di kawasan Simpang Lima. Namun, hari ini kawasan ini terlalu ramai sehingga tidak ideal untuk bersepeda. Di sisi lain tidak menyenangkan, tapi aku juga merasa senang karena Pemkot Semarang membuat kegiatan yang melibatkan masyarakat di Simpang Lima. Tentu saja kegiatan ini juga memberi dampak positif untuk kegiatan CFD. Mungkin untuk sementara aku akan mencari rute lain yang tidak melintasi kawasan Simpang Lima. Sepertinya aku butuh suasana dan rute baru ketika bersepeda.
Cerita Dari Sepeda
Simpang Lima, Semarang
12 November 2023
28 comments
Seru nih mas Vai..ada kegiatan pisang legi, aku kira awalnya beneran pisang , gak taunya kegiatan untuk mengurangi ketergantungan konsumsi makanan pokok seperti beras dan tepung ya…boleh juga tuh..alternatif pangan …lah kok malahan beli roti, kan dapet produk gratis mas hehehe
Pemkot sini sering bikin program dengan nama disingkat. Terdengar unik dan mudah untuk diingat. Panganan lokal memang perlu didukung.
kebetulan pas itu pengen makan roti rumahan 😀
Tanpa ada pisang legi pun, sepertinya CFD sudah identik sama kulineran kan ya? Abisan kan singkatan CFD tuh, Cari Food Doang, hahaha
Tapi aku seneng sih pemerintah support produk lokalnya. Apalagi momennya juga bagus, pas MUI lagi ngeharamin beberapa produk-produk yang pro israel. kesempatan banget buat produk lokal untuk bersinar.
Kalau kuliner lebih banyak di sekitar area cfd. Kalau di cfd-nya sudah disterilkan dari pedagang. Walaupun masih ada pedagang yang nakal.
Panganan lokal memang perlu didukung dan dipromosikan kepada warga.
Kayak mbak heni yang udah dulua komen, pas baca judul postingannya aku pun ngira pisang legi tuh beneran nama pisang ternyata ada kepanjangannya toh. Seruuu bgt sih kalo ada event2 semacam ini. Seneng liat orang2 yg pada excited meramaikan acara dan banyak jajanannyaa
Pemkot emang sering bikin program dengan memakai nama singkatan. Jadi terdengar unik dan mudah untuk diingat. Dua bulan ini banyak event diadakan di kota semarang yang selalu diramaikan oleh warganya.
Di Semarang, antusias olahraga saat pagi hampir mirip dengan di Jogja. Banyak yang gowes, dan sekarang lebih banyak lagi yang jogging. Menyenangkan kalau ada yang mendukung seperti ini
Para pesepeda biasanya bersepeda secara berkelompok. Beberapa lainnya memanfaatkan simpang lima sebagai titik kumpul.
Pas baca judulnya aku kira beneran pisang. Eh, ternyata singkatan acara. Anw, kalo aku jd Mas Rivai bakalan cobain semua makanannya sih HAHAHA kadang icip2 makanan umkm tuh enak2 (ketahuan bgt doyan makan LOL).
dulu pas ikut relawan Kelas Inspirasi di Semarang aku pernah ke simpang iniii. Dan emg ruame bgt yaa. Ini yg deket masjid agung itu bukan sih?
Pemkot sini masih sering bikin program dengan nama-nama singkatan. Biar lebih enak didengar dan gampang diingat..wkwkkwk
Seharusnya gitu. Apalagi kalau ada teman untuk cicipi makanannya…hahhahaa
Iyaa, namanya simpang lima. Masjid ada di sebelah barat. Selalu ramai, apalagi ketika akhir pekan.
Ah saya ketipu nih, saya kira pisang legi itu nama makanan, rupanya itu singkatan ya Mas.
Ramai juga ya acara promosinya. Sepertinya di kota saya belum ada nih promosi dalam rangka mengurangi konsumsi beras. Salut buat Semarang.
Ah Simpang Lima… Kangen Mas secara saya pernah duduk2 disana…
Salam,
Di kota ini lagi senang bikin program kemudian namanya disingkat-singkat. Tujuannya biar lebih gampang diingat dan diucapkan.
Ini program lanjutan dari program-program sebelumnya.
Ayoo om, main ke semarang lagi 😀
Yg aku inget dr simpang lima ini memang ruameee sih . Ngebayangin bawa kendaraan sendiri lewat di sana, aku keder jujur nya. Simpang tiga aja liat kiri kanannya lama banget, apalagi simpang lima .
Tapi yg aku inget ada banyak makanan juga di sana. Ntahlah kalo sekarang yaa . Dah lama banget ga main ke Semarang. Tapi biasanya kalo kesana, selalunya cari penginapan ya di sekitaran situ juga. Biar strategis . Kalo ga salah HSBC juga ada 1 cabangnya di simpang 5 kan yaa? Suami yg dulu sering ngaudit ke sana.
Masih lebih ramai jakarta kok mbak. Jadi yaa bakal aman juga kalau lewat simpang lima 😀
Pujasera masih ada di sekitar simpang lima. Kalau malam pasti ramai banget. Kantor HSBC dekat dengan simpang lima. Tinggal jalan kaki aja.
Di sekitaran simpang lima banyak hotel. Banyak pilihan. Kalau ingin yang mewah bisa ke hotel tentrem. 😀
Mumpung gratis
harusnya main sikat saja hehehe
lah kok ada gang khusus pejalan kaki, pesepeda tak boleh
biasanya, pejalan kaki dan pesepeda itu sama. kalau ditempat saya
Ya seharusnya begitu sih. Sekalian cicipi makanan lokal yang sudah disediakan oleh peserta. Setelah aku lihat, gang tersebut memang khusus untuk pejalan kaki. Pesepeda tidak boleh memasukinya. Kalau mau masuk sepeda mesti diparkir terlebih dahulu dulu.
Seharusnya tiap kota atau kabupaten menyelenggarakan acara seperti pisang legi ini ya mas. Fungsinya ya agar masyarakat tidak tergantung pada beras, belum makan nasi biarpun sudah makan bakso, mie ayam, gorengan tapi katanya belum makan….
daerah Serang Banten ada acara sepeda tapi tidak ada acara bagi bagi makanan gratis..
Aku juga kadang ngga lihat rambu lalu lintas kalo lagi jalan-jalan, cuma karena naik motor kena tilang, bukan ditegur doang.
Jadi sebuah kebiasaan, kalau belum makan nasi yaa berarti belum makan. Padahal sudah dapat sumber energi dari makanan lain. Kebanyakan konsumsi beras atau nasi itu kurang baik untuk tubuh.
Lha bukannya kalau ada event selalu ada makanan atau jajanan yang dibagikan secara gratis…?
Kalau naik motor biasanya emang ditilang mas agus
Oh jadi kalo ada event kayak pisang legi gitu ada pembagian makanan gratis ya mas. Soalnya aku waktu itu naik motor terus pas lihat acara itu sudah banyak pengendara sepeda yang lagi jalan-jalan, jadi mungkin sebelumnya sudah dikasih Snack kali ya.
Jajannya memang dibagikan kepada warga mas. Jadi warga bisa langsung ambil aja.
Selalu suka cerita-cerita tentang sepeda nya mas Vay. Lama nggak bersepeda soalnya haha. Sekarang mulai musim hujan lagi.
Akhir-akhir ini bakal lebih sering dapat cerita ketika bersepeda. Jadi ya selamat menikmati tulisan tentang kegiatan bersepedaku 😀
Kalau aku malah lebih suka musim hujan. Soalnya cuaca jadi lebih adem karena mendung. Kalau pagi jarang hujan sehingga cocok buat sepeda. Menjelang siang ketika perjalanan pulang cuaca tidak terlalu panas. Kalau begini tidak cepat lelah.
Ku kira makanan dong. Hehe Pisang legi ternyataa event. Hhee. Kulineran di Semarang asyik juga ternyata apalagi pas pagi-pagi selepas olahraga yang lgi capek-capeknya, lalu karbo loading lagi di tempat. Pas deh!
Di semarang setiap event yang ada sering dibuat singkatan namanya. Tujuannya biar gampang diingat.
Nah itu, salah satu alasan olahraga adalah agar bisa makan banyak..hehhee
Menurut saya pas, sih, Mas, kalau kampanye penganan lokal untuk mengurangi ketergantungan beras dilakukan di tempat-tempat orang berolahraga. Tapi ada yang ironis, Masvay: sedang kampanye pengurangan konsumsi beras kok, ya, sempat-sempatnya bikin lomba masak nasi goreng. Hehehe.
Btw, di Jogja, massa sudah bergeser ke running, Mas. Jadi warung-warung tujuan bersepeda di Jogja sudah mulai sepi. (Mungkin sepeda nantinya banyak yang diobral). 😀
Banyak program yang berjalan di semarang itu berjalan secara berkesinambungan. Seperti program menanam sayur di halaman rumah, lomba nasi goreng dengan bahan yang berasal dari tanaman sayur yang sudah ditanam di halaman rumah. Program ini berkaitan untuk menanggulangi masalah stunting. Kemudian berlanjut dengan program-program lainnya.
Di antara banyak pesepeda yang berkurang, pesepeda bapak-bapak tetap bertahan dengan hobinya itu. mereka sangat setia dengan hobinya 😀
Weee acaranya pemkot keren bisa bikin Simpang Lima ruameee…Mungkin krn ada makanan gratis juga kali ya apalagi makanan lokal.
Mas, titik Nol di mana sih? Saya kok penasaran ya. Hehehee. Ituuu roti Selina masih ada? Ikonik banget rotinya. Saya mayan sering beli. Aduh, malah kangen roti sobek ayam dan nastarnya Swiss House. Hhhmmmm,,,pikiran melayang2 sama kuliner Semarang. Ngiler. Tahaaannn…tahaaaannn…hahaha.
Acara didukung oleh dinas, sekolah, dan pihak swasta sehingga banyak pegawai dinas yang ikut meramaikan acara. Akhirnya car free day terlihat sangat ramai.
Titik nol kota semarang itu ada di depan kantor pos johar. Ada tugunya kok. Kalau sekarang ada tugu bentuk 0 di sana. Aku rasa mbak pipit biasa lewati kantor pos johar.
bener banget, itu roti selina yang produksi di daerah kranggan.