Berkunjung ke Pura Mangkunegaran, Surakarta

“Permisi pak, kalo mau ke Pura Mangkunegaran lewat sebelah mana yaa?”
“Masuk aja ke gerbang itu, terus ada bangunan sebelah kanan. Disana nanti ada petugas tiket”
Inggih pak, matur suwun inggih pak”
Inggih mas, sami-sami
Setelah mendapatkan informasi dari seorang bapak-bapak, aku melanjutkan perjalananku menuju sebuah gedung tempat petugas tiket. Aku melihat para perempuan muda yang sedang mengobrol di teras belakang gedung loket masuk. Mereka memperhatikanku, aku coba melempar senyum kepada mereka, namun tak satu pun yang tersenyum balik, apalagi menyapaku. Haissh, sepertinya aku diabaikan. Tak biasanya seperti itu.

Pura Mangkunegaran, Surakarta

“Pagi ibu”, sapaku kepada wanita paruh baya yang berdiri di belakang meja petugas tiket
“Pagi mas, ada yang bisa saya bantu mas?”, tanya  kepadaku
“Saya hendak masuk ke Pura Mangkunegaran. Caranya gimana bu?”
“Mas harus bayar tiket masuknya Rp 10.000,-/orang. Itu belum termasuk tip buat guide
“Oke, makasih bu”, sodorin duit Rp 10.000,-
“Sama-sama mas”,
Setiap pengunjung yang akan memasuki Pura Mangkunegeran diharuskan untuk memakai guide. Hal itu disebabkan karena pengunjung akan memasuki beberapa ruangan penting yang ada di Pura Mangkunegaran. Selain itu, banyak barang-barang antik yang masih terawat dengan baik. Besaran tip untuk seorang guide terserah dari pengunjung, namun menurut petugas tiket besarnya tip rata-rata Rp 30.000,-Rp 50.000,. Pagi itu aku mendapatkan guide seorang perempuan yang bernama Dinda. Dia merupakan siswi magang dari SMK jurusan Pariwisata. Setelah berkenalan, kita berdua langsung menuju Pura Mangkunegaran.
Pura Mangkunegaran dibangun pada tahun 1757 oleh Raden Mas Said yang bergelar Pangeran Sambernyawa (kemudian menjadi Mangkunegara I) setelah sebelumnya melakukan pemberontakan kepada VOC. Pemberontakan berakhir dengan adanya perdamaian antara VOC, Surakarta, dan Yogyakarta melalui perjanjian Salatiga pada tahun 1757. Sebelumnya, pada tahun 1755 terjadi perjanjian Giyanti yang isinya membagi pemerintahan Jawa menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kesultanan Surakarta. Setelah pembangunan pura, Raden Mas Said bergelar Mangkunegara I.
Bagian pertama yang kita kunjungi adalah Pendopo Agung. Bentuknya berupa bangunan Joglo yang atapnya disokong dengan empat pilar kayu jati. Di Pendopo Agung terdapat seperangkat gamelan yang masih bisa digunakan. Pendopo Agung sering digunakan untuk pementasan tari. Ada yang terlihat unik di Pendopo Agung, yaitu langit-langit pendopo yang memiliki corak dan warna yang berbeda.
Menurut cerita, setiap warna memiliki filosofi masing-masing. Seperti warna kuning untuk mencegah kantuk, warna biru untuk menghalau musibah, warna hitam untuk mencegah rasa lapar, warna hijau untuk mengobati depresi, warna putih untuk meredam nafsu seks (birahi), warna orange untuk mengatasi ketakutan, warna merah untuk menghalau setan, dan warna ungu untuk menghalau segala yang jahat. Oyaa, kita harus melepas alas kaki (sepatu/sandal) ketika memasuki Pendopo Agung. Setelah dari Pendopo Agung, kita menuju ke Paringgitan.
Paringgitan berbentuk seperti teras Joglo. Paringgitan sering digunakan untuk pementasan wayang kulit. Terdapat foto-foto para raja yang pernah memerintah Pura Mangkunegaran. Selain itu terdapat beberapa patung dan hiasan. Setelah dari Paringgitan, kita akan menuju Dalem Agung.

Paringgitan Pura Mangkunegaran, Surakarta

Dalem Agung merupakan bagian utama dari Pura Mangkunegaran. Kita tidak diperbolehkan untuk mengambil gambar atau foto. Tak jauh dari Dalem Agung terdapat sebuah museum yang memamerkan benda-benda peninggalan tempo dulu. Seperti lukisan, pakaian raja-raja, senjata kerajaan, dan barang-barang antik lainnya. Setelah dari Dalem Agung, kita bisa menuju Keputren.
Keputren merupakan tempat tinggal putra-putri dari Mangkunegara. Terdapat sebuah taman di depan Keputren. Sehingga menjadikan tempat ini menjadi sejuk dan asri. Kita melanjutkan perjalanan menuju ruang pertemuan dan ruang makan. Kursi dan meja di ruang pertemuan ditata dengan bentuk huruf “U”.

Keputren Pura Mangkunegaran, Surakarta
Ruang Pertemuan di Pura Mangkunegaran, Surakarta

Ruang Makan terletak disebelah ruang pertemuan. Ruangan ini dipenuhi dengan hiasan dan ornamen. Ruang makannya luas dan sangat nyaman. Kemudian kita menyusuri lorong untuk melihat foto-foto keluarga Mangkunegaran. Oya, sekarang Pura Mangkunegaran masih dipimpin oleh Mangkunegara IX.

Salah Satu Sudut Pura Mangkunegaran, Surakarta

Di Pura Mangkunegaran juga terdapat perpustakaan yang terbuka untuk umum. Selain itu, ada kereta kencana yang masih terawat dengan baik. Perjalananku telah usai, aku memberi tip kepada Dinda sambil berucap, “Makasih ya udah ditemani. Ini uangnya ga seberapa, yang penting kamu dapat ilmu dan pengalaman baru”.

Foto Keluarga Pura Mangkunegaran, Surakarta

Perjalanan di Pura Mangkunegaran sangat berkesan. Di sini kita bisa melihat keunikan, keindahan, tradisi, budaya dan sekaligus mengintip kehidupan sebuah keraton. Pura Mangkunegaran adalah destinasi wisata yang wajib dikunjungi ketika kita berkunjung ke kota Surakarta. Suatu saat aku akan berkunjung lagi ke Pura Mangkunegaran.

Leave a Reply