Siang itu, terlihat lima orang polisi terpaksa melakukan rekayasa arus lalu lintas dengan membuka dan menutup persimpangan Ngemplak atau Jalan A. Yani, Surakarta. Hal ini dikarenakan padatnya arus lalu lintas di depan Masjid Raya Sheikh Zayed. Polisi juga berjaga untuk kelancaran lalu lintas dan pengamanan area sekitar masjid
Girra dan Yudhi sudah tiba terlebih dahulu. Sementara itu, Prita tidak ikut karena acara dengan temannya. Kami bertemu di depan pintu masuk masuk masjid. Hanya aku dan Yudhi yang masuk ke dalam masjid. Girra tidak diperbolehkan masuk ke dalam area masjid karena tidak mengenakan jilbab atau kerudung. Perempuan yang tidak mengenakan jilbab atau kerudung dilarang memasuki area Masjid Raya Sheikh Zayed, begitulah aturan yang disampaikan oleh petugas yang berjaga di pintu masuk.
Sebetulnya aku kurang setuju dengan aturan larangan bagi perempuan tanpa hijab atau kerudung memasuki area masjid. Namun, kita juga mesti menghormati aturan yang dibuat oleh pengurus masjid. Anehnya, di sekitar masjid ada beberapa orang yang menyewakan kerudung bagi perempuan tak berjilbab, tapi ingin memasuki area masjid.
Pintu masuk masjid dilengkapi dengan alat pemindai barang bawaan milik pengunjung. Alas kaki dilepas dan bisa dimasukkan ke dalam kantong kresek. Tidak perlu khawatir karena ada penjual kantong plastik di sekitar pintu masuk. Tidak ada harga pastinya karena pengunjung bisa membayar seikhlasnya. Kami membelinya, tapi kami baru sadar bahwa alas kaki bisa dipakai kembali setelah melewati pintu masuk. Kemudian alas kaki bisa ditaruh di loker yang ada di dekat pintu utama masjid.
Baca Dulu: Sarapan di Soto Seger Hj. Fatimah
Siang itu, kondisi Masjid Raya Sheikh Zayed ramai dengan pengunjung. Mayoritas datang dari luar kota. Aku mulai memasuki pintu utama dan menuruni anak tangga menuju tempat wudu laki-laki. Yang pertama kali aku rasakan ketika di tempat wudu adalah perasaan kagum. Semuanya terlihat sangat mewah, bagus, dan bersih. Bahkan terdapat satu petugas kebersihan yang berjaga dan bertanggung jawab di tempat wudu ini.
Tempat wudu ini menyediakan banyak kran air untuk berwudu. Tidak hanya itu, masjid ini juga menyediakan tempat wudu khusus untuk pengunjung disabilitas. Belasan kamar mandi yang bersih dan nyaman bisa digunakan oleh pengunjung masjid. Aku sempat kepikiran berapa anggaran yang digunakan untuk membangun tempat wudu dan kamar mandi sebagus ini. Tentu saja bukan sebuah anggaran yang kecil untuk semua ini.
Desain ruangan utama salat tidak kalah mewah dan bagus. Lagi-lagi aku kagum dengan pemandangan yang ada di depanku ini. Ruang utama salat menggunakan karpet tebal yang berfungsi sebagai alas dan sajadah ketika salat. Aku bergegas melaksanakan salat zuhur terlebih dahulu bareng beberapa jamaah yang juga baru tiba di masjid. Di sudut lain terlihat beberapa jamaah yang sedang rebahan. Mungkin mereka pikir ini adalah tempat yang nyaman untuk merebahkan diri.
Baca Juga: Nonton Wayang Orang Ngesti Pandowo
Sejak diresmikan, Masjid Raya Sheikh Zayed selalu ramai dengan pengunjung. Baik itu dari Kota Surakarta, maupun dari luar Kota Surakarta. Masjid ini menjadi pusat keramaian baru di kota. Seringkali di waktu-waktu tertentu terjadi kepadatan arus lalu lintas di sekitar masjid. Ini juga menjadi ladang penghasilan baru bagi warga sekitar masjid. Rumah makan, tempat oleh-oleh, minimarket, dan bahkan penyediaan lahan parkir di sekitar rumah warga.
Di luar masjid ramai dengan pengunjung yang sedang berfoto. Bahkan ada kelompok fotografer yang menawarkan jasa foto langsung cetak. Kami kembali menghampiri Girra yang sedang duduk di dekat pintu keluar. Kurang baik kalau kami tinggal terlalu lama. Waktu sudah menunjukkan pukul 02.15. Kami berencana untuk makan sate buntel yang berada di sekitar Stasiun Solo Balapan. Sate buntel menjadi kuliner wajib bagi kami di sore itu.
Sebelumnya Pergi ke Pasar Gede
Akhirnya kami bertemu lagi di sekitar Pasar Gede setelah menembus ramainya jalanan Kota Surakarta. Kami memasuki Pasar Gede melalui pintu sebelah utara pasar. Menyusuri selasar pasar yang dipadati para pedagang makanan gerobak. Mereka adalah para pedagang makanan olahan daging babi. Setiap gerobak ramai dengan para pembeli yang sedang mengantri. Beberapa orang makan dengan duduk dibangku yang terbuat dari kayu. Pasar Gede memang terletak di kawasan Pecinan, Kota Surakarta.
Suasana ramai dengan para pengunjung pasar ketika kami memasuki Pasar Gede. Es dawet telasih Bu Dermi sudah ramai dengan pembeli. Beberapa orang terlihat berdiri mengantri. Sementara itu, ada sekitar delapan orang yang sedang menikmati es dawet di meja yang ada. Mungkin mereka sedikit terburu-buru karena ditunggu pembeli lainnya. Memang tidak nyaman kalau sedang makan kemudian diburu-buru untuk gantian tempat duduknya.
Kami terus berjalan kaki sambil berdesakan dengan pengunjung lainnya. Di Pasar Gede terdapat banyak lapak penjual es dawet telasih. Tidak perlu khawatir jika tidak kebagian menikmati es dawet telasih. Kalau satu lapak ramai dan antri, bisa pindah ke lapak yang lebih sepi. Dari sekian banyak lapak es dawet, akhirnya kami memutuskan untuk singgah di es dawet telasih Bu Wiji. Kami tiba ketika satu rombongan keluarga yang baru kelar menikmati es dawet.
Selain menjual es dawet, Bu Wiji juga menjual es gempol, wedang seduh, dan panganan lainnya. Usia Bu Wiji sudah lebih dari 60 tahun. Orangnya sangat ramah dan suka ngobrol dengan pembeli, termasuk kami yang memesan empat porsi es dawet telasih. Satu porsi es dawet disajikan dalam mangkok ukuran kecil.
Baca Juga: Istirahat Siang di Desa Sepakung
Sekitar 20 menit kami berada di lapak Bu Wiji. Kemudian kami melanjutkan perjalanan keluar dari Pasar Gede melalui pintu utama pasar. Dalam perjalanan itu tiba-tiba Yudhi berhenti di sebuah lapak yang menjual teh racikan. Sebuah racikan teh dijual secara paket yang berisi enam produk teh dari beberapa merek teh. Cara penyeduhannya tinggal dicampur semua sesuai dengan takarannya.
Racikan teh Surakarta biasa disajikan secara ginastel (legi, panas, kenthel) atau wasgitel (wangi, sepet, legi kenthel). Tergantung selera para penikmatnya. Satu paket teh racikan (isi enam produk teh) biasa dijual dengan harga Rp20.000. Para pedagang angkringan biasa menjual teh hasil racikan di angkringan mereka. Mereka menilai racikan teh ini memiliki rasa dan ciri khas dibandingkan teh lainnya.
Orang Surakarta biasa menyebut angkringan dengan sebutan hik. Para penjual hik yang merantau ke luar Surakarta membawa racikan teh ini. Pada akhirnya racikan teh ini terkenal hingga di luar Kota Surakarta. Menikmati sajian teh racikan di hik di Surakarta bakal memberikan pengalaman tersendiri.
Perjalanan kami di Pasar Gede berlanjut ke pujasera Pasar Gede yang terletak di seberang bangunan utama pasar. Di sini kami singgah di Kedai Kopi Pak Agus. Letaknya berada di lantai dua sisi sebelah timur yang menawarkan pemandangan Jalan Jend. Urip Sumoharjo dan Pasar Gede. Aku sangat menikmati pemandangan lalu lalang orang-orang. Mereka tampak sibuk dengan segala aktivitasnya. Kemudian kendaraan bermotor yang melaju pelan di arus lalu lintas yang ramai.
Tujuan utama kami berada di sini adalah untuk menyesap kopi dan sekaligus beristirahat sejenak. Aku memesan Kopi Berseri. Kopi ini terdiri dari ice coffee, fresh milk, flavour butterscotch, caramel, dan palm sugar. Rasa kopinya begitu kuat, meskipun aku masih merasakan rasa manis. Seharusnya aku memesan less sugar. Kedai Kopi Pak Agus sangat terkenal di antara para pengunjung pujasera Pasar Gede. Selain itu, kami juga memesan kentang goreng untuk dimakan bersama.
Sekitar satu jam kami berada di Kedai Kopi Pak Agus. Prita tidak ikut ke kedai karena ada acara dengan temannya. Setelah berunding, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Masjid Raya Sheikh Zayed. Ini merupakan perjalanan pertama kami di Masjid Raya Sheikh Zayed.
Cerita dari Kota Surakarta
Masjid Raya Sheikh Zayed
23 Juni 2024
20 comments
wah masjid raya baru yang ada di solo ya mas, dulu waktu masih kerja di semarang kalau lagi pulang kampung naik motor selalu nglewatin masjid ini, dari mulai dibangun sampai jadi, pas udah jadi belum pernah mampir soalnya rame banget pengunjungnya waktu itu hehe
Wah, sekali-kalai bisa main ke masjid ini mas. Arsitekturnya bagus. Kalau ramai ya nikmati saja. Masjid ini belum lama dibuka jadi bakal ramai dengan pengunjung.
waah masjidnya sangat mewah yaa mas, terlepas berbagai kontroversinya yang membuat nya selalu dibahas di jagat sosial media, saya sangat ingin berkunjung ke masjid tersebut. huuhuu
Semoga mas dodo juga bisa berkunjung ke masjid raya sheikh zayed
Pernah denger aja nama masjid ini, tapi tadinya kurang tau persis nya di mana, emang indah sih masjidnya kalau liat foto di sini, mudah”an banyak di bangun masjid tapi banyak juga yang solat di dalamnya.
Kalo kedai-kedai minum di berbagai daerah itu unik cara penyajian dan ciri khasnya,kayak teh di atas, ada juga teh poci, atau kopi yg pake areng dan sebagainya,suka aja liat cara penyajiannya.
masjid ini terkenal di media sosial ketika awal-awal pembukaannya. Setuju, harapannya juga semakin banyak jamaah yang salat di masjid ini.
Itu salah satu bentuk kearifan lokal yang dimiliki setiap daerah di indonesia. Mereka punya cara masing-masing untuk menyajikan setiap makanan atau minuman
megah banget masjidnya,
jujur saya belum pernah ke masjid raya sheikh zayed ini
semoga bisa segera ke sana mas rezky
Sekarang bagus banget, pas ke sana waktu itu masih tahap pembangunan. Bisalah kapan-kapan ke sini sekalian salat duhur
aku pernah lewat ketika proses pembangunan bagian akhir. sebulan kemudian baru dibuka. Aku malah kepikiran ke sana pas salat subuh mas. Pasti bakal lebih sepi dibandingkan waktu salat lainnya..hihihi
Mas Vay kenapa Masjid Raya Sheikh Zayed ramai pengunjung dari luar kota? Karena kemegahannya kah? Atau karena nama Sheikh Zayed. Aku tadi googling, yang aku temuin cuma Sheikh Zayed ini presidennya UEA. Tapi apa karena itu masjidnya jadi ramai pengunjung?
kalau di Indonesia ramai karena viral. Pas saat jadi banyak media yang memberitakan masjid ini. Video-video di media sosial juga semakin menarik perhatian masyarakat untuk mengunjungi. Masjid ini memang megah dan desain bangunannya mirip dengan masjid-masjid yang ada di UEA. Proses pembangunan masjid didanai oleh pemerintah UEA. Kota solo hanya menyediakan tanah untuk pembangunannya.
Baca tulisan ini jadi kangen pengen melipir keliling mesjid lagii.
Dulu aku suka juga tuh melipir ke beberapa masjid, tapi sayangnya arsip tulisan lamaku hilang gara-gara lupa perpanjang hosting 🙁 Hiks
Semoga bisa salat di sana mas fajar.
bulan depan aku mesti perpanjang domain dan hosting mas..wkwkwkk
Mesjid syekh Zayed ini suamiku yg pernah sholat di situ. Aku sayangnya lagi halangan, JD ga bisa lihat langsung . Dari foto2 memang cantiiiiik dan nyaman di dalamnya ya mas . Semoga next ke solo bisa deh kesana.
Pasar gede ini aku blm pernah datangin hahahahaha. Cuma tahu tempatnya aja. Mama mertua pernah beli dawet nya, tp dibungkus dan bawa pulang. Seperti apa kondisi pasar di dalam blm pernah liat langsung .
Mbak fanny sering ke solo jadi bakal banyak kesempatan untuk salat di masjid raya sheikh zayed.
Waah..mbak fanny mesti masuk ke pasar gede karena bukan sembarang pasar tradisional. Terus coba jajan di pusat kuliner di yang ada di seberang pasar gede.
Menarik juga perjalanannya di Solo ya Mas.
Izin jadi referensi itenary ya Mas, kalo sewaktu-waktu berkunjung ke Solo
Silakan mas rudi. Semoga bisa berkunjung ke solo.
ya ampun udah di solo aja mas
kapan kapan jalan jalan naik BST yuk
enak ini sekarang bisa ke MBZ sama pasar gede naik BST
btw emang keren MBZ ini apalagi bisa ngadem sambil liat kereta
trus lanjut beli dawet di pasar gede hmm seger banget
Kalau bicara tentang BST jadi ingat jalur BST di jalan slamet riyadi, surakarta yang berlawanan arah dengan jalannya. Sudah ada tanda pada jalurnya, tapi pengendara motor atau mobil mesti waspada dan berhati-hati karena ada BST yang melaju berlawanan arah.